Selasa, 26 April 2016

Bab.IV.hal.15 # Duka, Kemana Harus Kubawa?

###, Renungan 

Pontianak : Akhir tahun 1988.




Ketika rindu menggelayut di kalbu, ..




        Sudah beberapa hari ini hatiku gelisah dan gundah. Keresahan yang memang kadang hadir dan datang tiba -tiba, menyergap dan menyelimuti jiwa.  Entah kenapa?
           

Pada mula nya tidak begitu kuhiraukan, akan tetapi semakin hari semakin bertambah. Di malam hari, aku tak sanggup memejamkan mata. Berbagai hal berkecamuk di benak ku.. 


         Bayangan tentang kegagalan, tentang harapan, tentang keinginan, cita -cita, masa depan, pokok nya penuh berputar di kepala.  Kegalauan ini bergayut dan mengelindan di benak ku. 




Gambar Ilustrasi


          Mungkin ada sedikit ketakutan ku tentang masa depan, mengingat segala yang ingin kuraih dan kucapai, hingga hari ini, masih jauh panggang dari api. Maklum saja jiwa remaja, masa dimana kebimbangan adalah sahabat nya. Kebingungan adalah teman setia nya. 


Masa ini adalah masa pancaroba. Kadang panas, kadang hujan, tiba -tiba.  kadang tersenyum sendiri, kadang menangis diam-diam, tanpa tau sebab dan pemicu nya. Inilah masa yang penuh dengan bahaya pada masa pertumbuhan anak manusia



Kau adalah amanah dari hati Ku - 
Egy & Qini Channel


            Untuk sekedar melonggarkan nya, aku keluar dari rumah, tengah malam, lalu duduk nongkrong bersama beberapa teman ku, yang sebagian memang sedang pesta menenggak minuman keras.  Aku mendekati mereka, dan ikut nongkrong bersama.


 Teman ku menerima dengan baik, meskipun mereka semua tahu, aku tak pernah minum alkohol, tak pernah menyentuh minuman keras, tak pernah mencicipi lonang, wisky, topi miring, dan sebagai nya.





Akankah kau merindukan ku?

klik Link ini : 
ada film Veer & Zara, Kisah legenda cinta India Vs Pakistan



         Kadang aku nongkrong di warung kopi simpang tiga , sambil berbincang dengan teman ku, atau kadang sendirian. Kucoba memetakan ulang semua persoalan. Fikiran ku menerawang di tengah malam, jauh melintasi pulau dan negeri ku.  Aku mencoba mencari jawaban, mistery hidup yang kujalani. Apakah rencana Tuhan terhadap ku ? 


       Bukankah kelahiran adalah anugrah dari Nya? bukankah hidup adalah sebuah mahakarya? Ada teman ku yang pernah bilang, :  " Kita tak perlu kagum dengan orang yang berani mati, tapi kita  perlu salut dan hormat, dengan orang yang berani hidup ,!"


Ternyata memang hidup memerlukan keberanian untuk menghadapinya. Memerlukan ketabahan dan kesabaran dalam menjalani nya. Jangan pernah putus asa dalam hidup.  Karena banyak diantara kita yang lahir dan besar dalam kondisi yang jauh lebih buruk. 

       Hidup adalah pilihan, karena itu, perjuangkanlah. Hidup bukan hanya takdir, tapi anugrah. Tidak ada takdir seorang manusia untuk selamanya menjadi hina, tapi untuk mengubahnya, perlu kegigihan dan keuletan. Percayalah, Tuhan tidak pernah menzalimi kita, Tuhan hanya menguji saja. 


          Pernah suatu ketika, seperti mimpi rasa nya,  tengah malam, di luar dugaan, saat itu aku sedang nongkrong sendirian dengan segelas kopi, di dekat gardu listrik depan pintu kota gerbang istana. 


 Tiba - tiba Gadis itu datang keluar dari pintu kota, mendekat ke arah ku  dan spontan menghirup kopi di gelas ku. 


Ketika kutanyakan :

" Mau kemana dan kenapa?

 Ia dengan enteng menjawab: 

"Mau cari obat nyamuk, syukurlah gelas itu isi nya kopi !" 

dan langsung ngeloyor pergi. 


        Meninggalkan aku sendirian, yang nongkrong sampai menjelang subuh, baru pulang kerumah, dengan sejuta teka teki bergayut di kepala. Tanpa bisa memahami apa maksud nya? Cinta memang aneh, ketika berdekatan, tak ada kata yang diucapkan. Ketika berjauhan, ada rindu mengisi rongga dada, yang menekan. 




Asmara - Novia Kolopaking


      Sudah dua minggu perasaan ini kurasakan, resah, gelisah, gundah gulana, makan tak enak, tidur juga tak nyenyak .  


    Resah ini begitu lekat, mengikat. Kadang tengah malam aku bangun untuk tahajut, mencoba mencari jawaban atas keresahan ini, kebimbangan, kebingungan.  Dunia memang tempat cobaan. Untuk maju, kita harus terus mengayuh, melawan arus, riak dan gelombang. Dalam suatu perjalanan kadang- kita harus berhenti di suatu titik, untuk melihat kebelakang. Mengingat apa yang telh kita lewatkan, mencerna dengan akal dan fikiran, untuk kemudian menatap lurus kedepan.  



Hati Lebur Jadi Debu- 
Jamal Mirdad


          Akhirnya aku mencoba mengumpulkan semua persoalan di benak ku, berfikir keras, dan mencoba mencari jawaban serta jalan keluar nya.


Aku sampai pada kesimpulan, bahwa aku mengalami kejenuhan di kota ku, aku harus keluar, aku harus mengadu nasib, aku harus menantang dunia, aku harus berani hidup, aku harus mencoba, aku harus perjuangkan nasib ku, !" Ya,! Itulah yang  harus kulakukan fikirku. 


Apa ?,kemana? Entahlah !" belum kuputuskan sekarang !"




Tak Kan Kupaksakan untuk memiliki mu - Narasi