Selasa, 26 April 2016

Bab.VI.hal.19 # Frustasi

   Bab.VI.Hal.19 : Frustasi,



Frustasi,




##,Hidup ku  tercecer di jalanan, Pontianak  1990an


              Aku mencoba berbagai cara, mencari jalan, untuk sekedar memenuhi kebutuhan ku sendiri. Apa saja yang bisa di pegang, kutangkap. Apa saja yang bisa menghasilkan, ku kerjakan.

 Aku banyak hidup di pasar, : 

                 Bersama teman-teman, Siang  dan malam. Teman ku segala lapisan,:  mulai pencopet, penodong, penipu, penjambret, pemabuk, pedagang kaki lima, waria, Psk, tukang catut, makelar tanah, makelar mobil, makelar motor, pedagang asongan, tukang parkir, tukang pukul, preman, penjudi, perek,  bandar kolok-kolok, bandar toto gelap, bandar kyu-kyu, pokok nya aku bergaul dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja.


               Aku jadi mirip gelandangan yang jarang pulang ke rumah. Hidup ku dari suatu tempat ke tempat lain nya. Kadang aku tidur di rumah teman, kadang dirumah kosong yang kami jadikan markas, gelap tanpa penerangan. Kadang di pos kamling. Kadang dibelakang warung kopi di pinggir jalan.




Dimana mata mengantuk, 
disitu aku merebahkan badan



Alhasil, dimana mata mengantuk, disitu aku merebahkan badan. 


            Meski begitu aku tetap menjaga kebersihan badan, dengan mandi setiap pagi dan petang. Dimana saja aku bisa mendapatkan air untuk  mandi. Kadang di sungai Kapuas , WC umum terminal, kamar mandi masjid. 


         Pakaian ganti kudapat dari pinjaman teman, kadang kami bertukar pakaian, kadang aku pinjam dari mereka, dan mereka juga pinjam pakaian ku. Pakaian dalam sampai kadang seminggu, karena malas mencuci,  habis pakai langsung kubuang dan beli yang baru.


Satu hal yang tetap kujaga, 

Aku tidak mau minum minuman keras. 

Segala bentuk alkohol, ku tolak dengan cara halus.


Aku tetap menghormati teman ku, 

               Dan mereka menghormati keteguhan sikap ku. Aku sering duduk bersama mereka yang tengah menenggak lonang, - (anggur kolesom Cap Orang Tua) dicampur topi miring, (sejenis Whysky),  bahkan kadang dicampur spritus, (bahan bakar untuk menghidupkan lampu petromak, buat menyalakan sumbu nya),- disekitar terminal Seroja:, Pasar Seroja, kawasan Pasar Tengah, Kapuas Indah, Pasar Mawar, Pasar Flamboyan, Pasar Dahlia,  terminal Kampung Bali, sampai kawasan Kampus Untan.

 Aku berteman dan bergaul dengan mereka



Bulleya - tersesat - Dea fitria M channel


 Kasih,

Hari ini aku melihat mu lagi

Duduk dibelakang jok sepeda motor

Di bonceng seseorang

Akh, !

Tahukah kamu hati ku berdarah

Jiwa ku terluka

Dan batin ku merana

Sementara aku tak sanggup mengobatinya

Andaikan bisa, kan ku ubah

Rasa ini menjadi benci

Tapi hati tak pernah mengerti, 

Cintakah nama nya ini?



Masa itu, tren remaja sebaya ku adalah minum alkohol.  

                Penyakit ini menyebar seperti wabah. Hampir semua  remaja sebaya ku, tak bisa lolos dari godaan alkohol. Di kampung ku sendiri, aku tak begitu dikenal, sebab aku lebih banyak bergaul di pasar.





Kawasan Jalan Tanjungpura Pontianak- 
Hairudz Channel


             Hanya beberapa teman sekampung ku yang mengenal ku dengan baik. Aku memang bukan pribadi yang suka menonjolkan diri.  Aku menjalani hidup apa ada nya, prinsip ku, kita harus jujur pada diri sendiri, tak perlu memakai topeng, atau memaksakan kehendak.


            Tiap kali kudengar alunan lagu Ramona Purba, Vokalis tuna netra itu, diputar di  Radio Volare, judul nya :”Terlena”, hati ku terasa perih. 




"Terlena,"  Ramona Purba


            Aku biasa nya memisahkan diri dari teman-teman ku, dan sambil menyedot  asap  rokok dalam-dalam, ku ikuti dan kuresapi syair nya, bait demi bait lagu itu.;

Tak kuasa menanti, terlalu lama

 Hasrat hati ku semakin membara

Ingin berjumpa dengan mu 

meskipun sekejaaap,

Lihatlah hati ku, terlanjur jatuh 

Tidurpun gelisah, tanpa mimpiiii

Gairah senyum ku musnah, cerita ku hampaaa

Reff,: Seriiiing ingin berpaling, 

dari indah bayang mu

 Namun  ketika  lari  menjauh, 

Semakin terasa

 Menyiksaaaa,

  Laluuu angan ku sesat, 

langkahpun hilang arah,

 Di hati ini lekat hati mu,

 Aduhai jiwa ku

  T e r l e n a a,”


Tanpa terasa air mata ku meleleh dan menetes di pipi


Kadang tanpa terasa air mata ku menetes di pipi, 
tapi segera ku usap dan ku keringkan, 
lalu kembali bergabung dengan teman-teman. 


             Sementara mereka menenggak lonang yang di aduk dalam satu baskom ukuran sedang, di tambah, coca –cola atau whisky, aku menyeruput Kopi atau  fanta , sambil menggapai segenggam kacang kulit yang biasa jadi teman camilan.


          Mereka    minum sampai  mabok  dan bergelimpangan di dekat baskom dipinggir gertak itu, atau kadang  dipinggir jalan, bahkan dimana saja. Biasa nya dalam kondisi begitu, aku lah yang mengamankan dan menyimpan dompet, kunci sepeda motor, dan harta berharga mereka semua. 


Dan ketika mereka sadar,  segera ku kembalikan. 


            Masa ini ku anggap sebagai masa kegelapan hidup ku. Aku tak pernah lagi sholat, tak pernah tahajud, tak pernah menyentuh wudhu, tak pernah membaca quran, tak pernah mendengar ceramah agama, 




Betapa sulit untuk hidup ketika kehilangan hati