BAB. V
Merantau Ke
Malaysia
##, Bekerja di
Kuching,
Sarawak; tahun 1988 - 1990.
Sarawak; tahun 1988 - 1990.
Tahun Sembilan belas delapan puluh delapan
Kedatangan utusan itu tak
bepengaruh banyak terhadap keputusan yang sudah aku ambil. Niat ku sudah pasti,
tekad ku sudah bulat, aku akan merantau, keluar dari negeri ini.
Aku memutuskan berangkat ke Kuching, Malaysia Timur. Disana aku akan mencari kerja, apa saja , asal halal.
Dari besaran gaji memang ada beda angka yang cukup mencolok, antara
negeri jiran itu dengan negeri kita. Waktu itu kurs sekitar Rp.2.400 untuk $ 1
Ringgit Malaysia, sekitar tahun Sembilan
belas delapan puluh delapan
Izinkan selamanya namamu di hati
Aku mendapat pekerjaan sebagai
bagian operasional sebuah pergudangan Cold strorage. Jasa menyimpan Buah
–buahan , sayur dan makanan serta dagangan. yang diambil dari pemilik setiap
sore atau pagi hari, tergantung jam buka mereka, dan kemudian diambil kembali,
ketika mereka tutup, untuk disimpan dalam gudang majikan ku ini.
Aku digaji
sebesar $400 (empat ratus ringgit sebulan)
Aku bekerja dengan tekun,
Hari
hari ku dilalui dengan upaya keras untuk melupakan semua kenangan pahit yang
telah kutinggalkan di kota kelahiran ku, Pontianak. Sekarang aku sebatang kara di negeri orang. Aku
harus bekerja keras, untuk supaya bisa makan dan bertahan hidup.
Usia ku baru menginjak dua
puluh tahun saat itu,
Masih sangat muda memang. Tapi perjalanan hidup
menyeret ku jauh dari keluarga dan orang tua. Aku mengisi hari –hari ku dengan kesibukan, kesibukan dan
kesibukan.
Dalam kesendirian dan keterasingan
di rumah kontrakan,:
Kami kongsi ber
empat, mengontrak sepetak rumah, dengan dua kamar.
Lebar sekitar empat meter
dan panjang sekitar delapan meter, dengan harga kontrak, empat ratus ringgit per
bulan. Dua orang menempati satu kamar. Lumayan lah. Dikamar berlantai papan kayu, beralaskan tikar pandan, berbantalkan tas pakaian, kami berjuang jauh di negeri orang.
Ketiga teman ku sesama perantau dari Indonesia,
Atau biasa disebut orang Indon, oleh mereka, warga negara Malaysia. Teman ku semua bekerja
di tempat berbeda. Kadang pada malam
hari, hanya tinggal aku sendirian. Sebab
mereka kena tugas malam, ship malam.
Disaat seperti itu, luka batin ku kembali menganga.
Sering aku menangis tersedu sedu,
Sampai tertidur lelap, karena keletihan.
Sering aku menangis tersedu -sedu hingga terlelap
Disaat seperti itu,
Kadang kuputuskan untuk bertahajud, memohon bantuan dan pertolongan Allah, agar Ia mencabut rasa yang telah di tanam Nya, sehingga aku terbebas dari rasa sakit yang mendera ini. Rasa sakit yang tak kunjung lekah dari jiwa. Rasa sakit dirongga dada, karena tak mengerti mengapa aku harus jatuh cinta?
Dalam sujud aku berdoa,
Bermunajad
pada Allah,
Dengan cucuran air mata,:
“Ya Allah, Tuhan ku,
Apakah
salah ku sehingga Kau hukum aku dengan rasa sakit luar biasa yang mendera batin,
mengikuti setiap langkah ku, setiap tarikan nafas ku, setiap denyut jantung ku,
dan setiap kedipan mata ku,?”
Jika Kau ciptakan Ia bukan untuk Ku.
Kenapa Kau
tanamkan rasa begitu hebat di hati ku?”
Seperti bulan merindukan pungguk -
Siti Nordiana
“Tak pernah kupinta untuk
jatuh cinta, ya Rabb, !! ,
Disaat usia ku masih sangat belia. Kau lah yang
menggerakkan nya. Hingga aku tak sanggup menolak nya. Kau lah yang menghunjamkan
beliung tajam kedasar jantung ku, sehingga aku tak sanggup mencabut nya !
Bebaskanlah aku ya Rabb,
Dari
rasa sakit mencintai, seperti Qais mencintai Laila, seperti yusuf dan Zulaikha, seperti Balqis dan
Sulaiman, dan seperti Adam dengan Bunda Hawa,
”Demi kebesaran Mu, aku
memohon dengan cucuran air mata, dengan hati yang luka parah,:” cabutlah rasa
ini ya Rabb dari jantung dan hati ku!”
“ Aku tak sanggup menanggung nya. Sakit berkepanjangan, luka bernanah dan berdarah. Hati ku menderita, jiwa ku dirobek
cinta. Luka nya semakin menganga, dan aku tak berdaya,!
Bayangan gadis itu mengikuti langkah ku.
Senyum nya muncul di
dinding, di tengah pasar, di antara rimbun pepohonan, di atas perahu, di kaca bis,
di atas permukaan air, di dalam kolam, di penghujung jalan, di dekat tiang
listrik, di kaca-kaca bangunan pencakar
langit di Kuching, bahkan di depan pintu rumah kontrakan ku, tiap kali aku
pulang dari bekerja.
Alhasil,
Alhasil,
Kemanapun aku menolehkan kepala,
Dia ada
disana.!”
="Seperti pungguk merindukan bulan"=
Ketika purnama sempurna dilangit cerah,
Kulihat senyum Mu berarak bersama
awan,
Tersipu malu,
Menatap ku sumringah,!”
Akh rembulan, mengapa kau melihat Ku
Yang tersenyum dalam tangis pilu
Yang mengharapkan kau jatuh kepangkuan?
Yang mabuk kepayang kepada bayang-bayang?
Maukah kau bisikkan pada angin yang membelaimu
Sampaikan salam dan rindu ku pada nya?
Pada sesosok raga
Yang dijantung nya kutitipkan cinta,"
Lagu Tiara