##, Acara Akad Nikah dan Resepsi
Surabaya : Sekitar April, 1996
Hari akad nikah serta
pesta resepsi akhirnya tiba!
Sepanjang Hidup - Maher Zain
##, Aku menikah hari ini,......
Pagi itu aku mengenakan baju gamis berwarna putih, bersulam benang emas, dengan bordiran yang bagus sekali. Diatas kepala, sorban berbalut kopiah, dihiasi bunga melati terjuntai mewangi. Aku akan menikah hari ini! Kata orang aku keliatan rapi dan berseri seri.
Pukul sepuluh pagi
rombongan kami bertolak dari Malang.
Di luar dugaan, teman-teman dan sahabat Ku menggalang dukungan dengan menyediakan sarana angkutan untuk rombongan pengantar dan pengiring berupa delapan unit mobil, dan khusus buat Ku, disediakan sedan merah lengkap dengan sopir nya, yang di pegang oleh pemilik nya sendiri yaitu sahabat Ku ,: Ali.
Iring-iringan delapan mobil melaju kencang ke Surabaya. Sekitar satu setengah jam perjalanan, rombongan kami tiba di tempat tujuan.
Bersama Ku ada Ustadz, Habib Usman dan Ustad Fakih yang menjadi pendamping Ku untuk melakukan prosesi akad nikah hari ini, mewakili orang tua dan keluarga besar Ku, yang tak bisa hadir bersama hari itu, ...
Rombongan kami tiba ditempat
acara dengan disambut terbangan dan rebana.
Terdengar bacaan Maulid Rasul
sedang di lantunkan di ruang utama . Sesosok pria separuh baya menyongsong Ku dan
merangkul lengan Ku dengan hangat. Postur nya
tak berapa jauh beda dengan postur Ku. Sepintas sempat kulihat wajah nya yang banyak kemiripan dengan wajah istri Ku.
Aku belum mengenal nya, dan
belum pernah melihat sebelum nya. Belakangan, ketika upacara akad nikah sudah
selesai, pada saat prosesi membatalkan wudhu, aku baru tahu, bahwa beliau
adalah ayah kandung istri Ku. Beliau adalah mertua Ku, yang sekarang
menetap di Daerah Jawa Barat
Aku di bimbing dan di duduk kan
di tengah ruangan,...
“ Di sekeliling Ku berderet
melingkar para sesepuh dan orang tua, tokoh masyarakat dan agama, habaib dan
dan ulama. Hadirin hari itu, perkiraan Ku sekitar lima ratusan orang yang duduk
menyebar di dalam dan di luar ruangan, di bawah tenda, di halaman, dan meluber
sampai kejalan besar di depan. Disela-sela mobil yang di parkir berderet,
di pinggir jalan, setengah kilometer panjang nya,”
Keringat Ku mulai menetes
deras, selain karena hawa yang cukup
panas, aku juga nervous. Untung nya, lengan kanan Ku di rangkul Ustadz, sambil menepuk lutut Ku, beliau tersenyum
memberi dukungan. Habib Usman duduk di sebelah
kiri, sementara ustadz Fakih, tepat
di belakang Ku.
Acara yang paling
menegangkan dalam hidup Ku, tiba juga akhir nya :
"Akad Nikah!,".....
Pak Mudin petugas pencatat
nikah merapat di hadapan Ku, dan Ustadz
ALI memegang tangan kanan Ku
dengan posisi bersalaman. Posisi Menikahkkan.
Beliau membacakan doa akad nikah, lalu dengan lantang
menyebutkan lafadz nikah dalam bahasa
arab fasih,
:” Ya Fulan, bin fulan,
Anhkahtuka, wazawwaztuka fulanah binti fulan, bimahar mia alif rupiah, naqid!”,
beliau mengenggam dan mengguncangkan
tangan Ku, dengan mantap.
Aku menjawab dengan yakin,:”
Qobiltu nikahaha, wa tajwijzaha bimahril mazzkuur,” jawab ku dengan lantang, dan suara
yang cukup keras.
Serempak hadirin yang hadir mengangkat tangan mereka, dari mulut hadirin keluar gumam bersamaan, :
”
Barakallah, Barakallah!”.
Rupa nya posesi akad nikah Ku sudah sah,
Cukup dengan
sekali jalan. Alhamdulillah,...
Dua saksi yang berada
disebelah kanan dan kiri Ustadz Ali , kelihatan mengangguk dan tersenyum puas
serta meneken surat yang disodorkan oleh
pak mudin kehadapan mereka.
Giliran aku yang kemudian
meneken dan tanda tangan berikut nya, dan terakhir di tutup oleh Ustadz Ali .
Seorang kerabat istri Ku merangkul lengan Ku, untuk melakukan ritual adat bersalaman dengan semua hadirin yang hadir dalam ruang utama itu.
Yang tua kucium tangan mereka. Yang sebaya kugenggam dengan
hangat. Ketika tiba giliran akan
bersalaman dengan ustadz, aku tak sanggup membendung rasa haru dan air mata.
Kucium tangan dan kening beliau, dan beliau membalas dengan memeluk ku hangat, seakan memberi kekuatan semangat dan moral, agar aku tegar menghadapi hidup ini.
Tidak kurang sekitar enam tahun aku hidup
bersama beliau, sejak pertama kali di jemput nya, dulu di Pulau Madura. Sampai
hari ini, ketika aku memutuskan untuk menikah. Kenangan dan suka duka hidup Ku di
pulau Jawa, tak pernah lepas dari pantauan dan perhatian nya.
Beliau kuanggap sebagai Guru,
Sahabat, Kerabat,
Dan Saudara ku Dunia Akherat.
Aku belajar banyak dari nya. Aku bertahan di Jawa atas dukungan dan bantuan nya. Bagi Ku, beliau adalah Ansyhar terbaik yang pernah Ku miliki.
Suasana resepsi -
Resep Erna Channel
##, Pesta Resepsi di selenggarakan malam hari.,..
Undangan khusus untuk Kaum Wanita : 1000 orang
Pukul tujuh malam, kami duduk
di pelaminan. Di bawah sorotan lampu gemerlapan, dengan pakaian mewah kebesaran . Aku merasa bagaikan mimpi.
Betapa jika Allah berkehendak, semua nya bisa saja terjadi.
Tidak akan hina orang yang ingin di muliakan Allah, dan tidak akan pernah menjadi mulia, orang yang akan dihinakan Allah. Aku merasa sangat bersyukur atas segala yang telah di karuniakan Nya hingga saat ini. Pertolongan, bantuan, bimbingan Nya, tak pernah putus buat Ku.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, ...
Gambar 041996 Ilustrasi
Di sebelah ku duduk seorang wanita, yang sudah resmi Ku nikahi tadi. Istri Ku terlihat cantik sekali. Dengan mengenakan busana gaya erofah gaun berwarna putih bermanik - manik gemerlap diterpa lampu sorot kamera, dan video, memantulkan kemegahan dan kemewahan di bawah pandangan bahagia seribu sorot mata undangan yang duduk dengan wajah sumringah cerah, seakan ikut merasakan apa yang kami rasakan malam itu.
Wajah istri Ku berseri - seri. Tersirat kebahagiaan dari senyum dan mata nya. Sesekali kugenggam tangan nya dengan erat, seakan mencari dukungan kekuatan untuk menghadapi hidup yang akan kami jalani nanti.
Malam itu kami dinobatkan jadi Raja dan Ratu sehari.
“Dan, tahukah kamu gadis ku?
Disaat seperti ini pun aku
masih mengingat mu!
Aku membayangkan, Kamu lah yang ada di sebelah ku. Duduk
bersanding di pelaminan, sebagaimana cita-cita Ku. Dengan senyum merekah,
bersama kita sambut “Cinta”. Menyongsong hari, meniti kasih, berbagi suka , berbagi duka dan menjalani hidup kita berdua. Dalam canda tawa sesekali di selingi air mata, yang jadi penghias kehidupan rumah tangga kita.
Lalu kan Kutimang nanti anak-anak ku, yang lahir dari rahim Mu. Buah cinta kasih kita. Suatu anugrah dari Nya.
Dan kita kan jalani hidup
dengan bergandengan tangan, melewati hari demi hari, berbagi suka dan duka. Kan
ku ubah nasib yang kita lewati dengan perjuangan dan kerja keras. Membesarkan
dan mendidik anak-anak kita dengan penuh cinta kasih dan sayang, agar mereka
tak merasakan derita dan nasib yang sama dengan yang kita lewati dan lalui.
Aku akan perjuangkan agar
mereka mendapatkan pendidikan terbaik, kehidupan yang lebih baik, perhatian terbaik,
kasih sayang yang melimpah, agar jiwa mereka tumbuh dan berkembang tanpa cacat.
Agar kelak ketika mereka remaja dan melewati masa –masa pertumbuhan nya penuh rasa percaya diri, tidak merasakan kekurangan, tidak merasakan ada perbedaan dengan anak yang lain. Dan aku tidak ingin mereka merasakan berat nya hidup, seperti yang pernah kupikul dan ku rasakan!
Agar perjuangan yang Ku lakukan
tidak sia-sia, Aku akan korbankan segala nya, untuk kebahagiaan kamu dan
anak-anak Ku, itulah niat , janji dan
sumpah ku! Sungguh ! Gumam ku dalam hati, dan tak terasa , setetes air bening membasahi kelopak
mata.
Gambar 041996 Malang
Istri ku sempat melihat tetesan
air bening yang meleleh di pipi Ku.
Ia bertanya,:” Kenapa menangis?”
Ia bertanya,:” Kenapa menangis?”
“Ga papa, aku bahagia ,”
jawab ku.
Menutupi perasaan yang sebenar nya.
Perasaan yang bergejolak, antara kebahagiaan dan kesedihan. Antara bersyukur dan kehilangan. Antara kebersamaan dan kesendirian. Antara keinginan dan harapan. Dan, antara cinta dan kenyataan!”
Hidup memang bukan hanya hitam dan putih. Hidup adalah
pengalaman penuh warna. Seperti pelangi setelah hujan reda, dan seperti pagi setelah malam sirna.
Undangan -
Gambar Ilustrasi
Menjalani hidup, kadang memang tak mesti sesuai rencana menurut kita. Banyak lika dan liku, yang bisa jadi tak sesuai keinginan dan kemauan . Impian dan harapan. Cinta dan Jodoh. Kenyataan dan angan-angan. Hati dan fikiran. Tapi memang semua nya akan terasa lebih Indah dan lebih mudah, ketika kita mencoba menerima. Apa ada nya. Pasrah kepada kehendak Allah!
Menikah menurut ku, selain atas dasar landasan cinta , juga membutuhkan keiklasan dari jiwa dan lubuk
hati kita terdalam, untuk menerima pasangan kita.
Mencoba menepis perbedaan, dan mencari persamaan. Saling memaafkan, saling menahan diri, bersabar, dan saling mengingatkan antara suami dan istri. Bagiku istri adalah amanah dari Allah, sebagaimana anak -anak kita.
Mereka bukan milik kita, mereka adalah milik zaman.
Istri dan anak adalah titipan Tuhan. Untuk mempertahan kan pernikahan kita tidak harus mengubah istri menjadi sesuai kemauan kita, akan tetapi kita harus membuka diri dan menerima mereka apa adanya. Demikian sebaliknya.
Motivasi Hidup