Bab.VI.Hal.19 : Frustasi,
##,Hidup ku tercecer di jalanan Pontianak tahun 1990 - an
Aku mencoba berbagai cara,
mencari jalan, untuk sekedar memenuhi kebutuhan ku sendiri. Apa saja yang bisa
di pegang, kutangkap. Apa saja yang bisa menghasilkan, ku kerjakan.
Bersama teman-teman, Siang dan malam. Teman ku segala lapisan,: mulai
pencopet, penodong, penipu, penjambret, pemabuk, pedagang kaki lima, waria,
Psk, tukang catut, makelar tanah, makelar mobil, makelar motor, pedagang
asongan, tukang parkir, tukang pukul, preman, penjudi, perek, bandar kolok-kolok, bandar toto gelap, bandar
kyu-kyu, pokok nya aku bergaul dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Aku jadi mirip gelandangan yang jarang pulang ke rumah. Hidup ku dari suatu tempat ke tempat lain nya. Kadang aku tidur di rumah teman, kadang dirumah kosong yang kami jadikan markas, gelap tanpa penerangan. Kadang di pos kamling. Kadang dibelakang warung kopi di pinggir jalan.
Dimana mata mengantuk,
disitu aku merebahkan badan
Meski begitu aku tetap menjaga kebersihan badan, dengan mandi setiap pagi dan petang. Dimana saja aku bisa mendapatkan air untuk mandi. Kadang di sungai Kapuas , WC umum terminal, kamar mandi masjid.
Pakaian ganti kudapat dari pinjaman teman, kadang kami bertukar pakaian, kadang aku pinjam dari mereka, dan mereka juga pinjam pakaian ku. Pakaian dalam sampai kadang seminggu, karena malas mencuci, habis pakai langsung kubuang dan beli yang baru.
Satu hal yang tetap kujaga,
Aku tidak mau minum minuman keras.
Segala bentuk alkohol, ku tolak dengan cara
halus.
Aku tetap menghormati teman ku,
Dan mereka menghormati keteguhan sikap ku.
Aku sering duduk bersama mereka yang tengah menenggak lonang, - (anggur kolesom
Cap Orang Tua) dicampur topi miring, (sejenis Whysky), bahkan kadang dicampur spritus, (bahan bakar
untuk menghidupkan lampu petromak, buat menyalakan sumbu nya),- disekitar
terminal Seroja:, Pasar Seroja, kawasan Pasar Tengah, Kapuas Indah, Pasar Mawar, Pasar Flamboyan, Pasar Dahlia, terminal
Kampung Bali, sampai kawasan Kampus Untan.
Aku berteman dan bergaul dengan mereka
Bulleya - tersesat - Dea fitria M channel
Kasih,
Hari ini aku melihat mu lagi
Duduk dibelakang jok sepeda motor
Di bonceng seseorang
Akh, !
Tahukah kamu hati ku berdarah
Jiwa ku terluka
Dan batin ku merana
Sementara aku tak sanggup mengobatinya
Andaikan bisa, kan ku ubah
Rasa ini menjadi benci
Tapi hati tak pernah mengerti,
Cintakah nama nya ini?
Masa itu, tren remaja
sebaya ku adalah minum Lonang.
Anggur Kolesom Cap Orang Tua
Penyakit
ini menyebar seperti wabah. Hampir semua remaja sebaya ku, tak bisa lolos dari godaan
alkohol. Di kampung ku sendiri, aku tak begitu dikenal, sebab aku lebih banyak
bergaul di pasar.
Kawasan Jalan Tanjungpura Pontianak-
Hairudz Channel
Hanya beberapa teman sekampung ku yang mengenal ku dengan
baik. Aku memang bukan pribadi yang suka menonjolkan diri. Aku menjalani hidup apa ada nya, prinsip ku,
kita harus jujur pada diri sendiri, tak perlu memakai topeng, atau memaksakan
kehendak.
Tiap kali kudengar alunan lagu Ramona Purba, Vokalis
tuna netra itu, diputar di Radio Volare,
judul nya :”Terlena”, hati ku terasa perih.
"Terlena," Ramona Purba
"Terlena," Ramona Purba
Aku biasa nya memisahkan diri dari
teman-teman ku, dan sambil menyedot asap rokok dalam-dalam, ku ikuti dan kuresapi syair nya, bait demi bait lagu
itu.;
Tak kuasa menanti, terlalu lama
Hasrat hati ku semakin membara
Ingin berjumpa dengan mu
meskipun sekejaaap,
Lihatlah hati ku, terlanjur jatuh
Tidurpun gelisah, tanpa mimpiiii
Gairah senyum ku musnah,
cerita ku hampaaa
Reff,: Seriiiing ingin berpaling,
dari indah bayang mu
Namun ketika lari menjauh,
Semakin terasa
Menyiksaaaa,
Laluuu angan ku sesat,
langkahpun hilang arah,
Di hati ini lekat hati mu,
Aduhai jiwa ku
T e r l e n a a,”
Tanpa terasa air mata ku meleleh dan menetes di pipi
Kadang tanpa terasa air mata ku
menetes di pipi,
tapi segera ku usap dan ku keringkan,
lalu kembali bergabung
dengan teman-teman.
Sementara mereka menenggak lonang yang di aduk dalam satu baskom ukuran sedang, di tambah, coca –cola atau whisky, aku menyeruput Kopi atau fanta , sambil menggapai segenggam kacang kulit yang biasa jadi teman camilan.
Mereka minum sampai
mabok dan bergelimpangan di dekat baskom dipinggir gertak itu, atau kadang dipinggir
jalan, bahkan dimana saja. Biasa nya dalam kondisi begitu, aku lah yang mengamankan dan menyimpan dompet,
kunci sepeda motor, dan harta berharga mereka semua.
Dan ketika mereka sadar, segera ku kembalikan.
Masa ini ku anggap sebagai masa kegelapan hidup ku. Aku tak pernah lagi sholat, tak pernah tahajud, tak pernah menyentuh wudhu, tak pernah membaca quran, tak pernah mendengar ceramah agama,
Betapa sulit untuk hidup ketika kehilangan hati