Senin, 25 April 2016

Bab.I.hal.4 # Kenangan Indah di pinggir Istana

##,  Bermain di dekat Istana Kadriah, 


Pontianak  tahun : 1978




Suasana  Istana Kadriah Pontianak


       SD 18 berdiri di samping bagian depan benteng Istana Kadriah. Terletak di sebelah  kanan  pintu benteng, sebelah utara, atau sebelah kiri ,  kalau kita akan masuk ke dalam area Istana. 


Kesultanan yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Ibni Almarhum Habib Husein bin Ahmad Alqadrie itu, pada tahun tujuh belas tujuh puluh satu .


 Konon, saat di mana pertama kali peluru meriam di tembakkan dari atas perahu yang berlabuh di tengah  simpang tiga sungai Kapuas besar, Kapuas kecil, dan Sungai landak, baru kemudian Pangeran Nur Alam,- ( gelar Abdurrahman sebelum menjadi sultan yang diterima nya dari Kerajaan Banjarmasin karena menikahi cucu Sultan Tamjidullah, Kesultanan Banjar di Banjarmasin),- 


Ketika rombongan turun dari perahu dengan sampan kecil dan naik kedarat menebas dan merimba hutan belantara Pontianak  untuk pertama kali nya, yang saat itu kondisi nya disebut dengan " tempat jin buang anak"





Sultan  Pontianak ke VIII  
Syarif Abubakar Alkadrie



  Gambaran suatu kondisi di mana belum ada manusia yang jadi penghuni nya.


 Hutan belantara dengan pohon kayu yang besar-besar sampai empat kali pelukan orang dewasa besar nya, binatang melata dan binatang buas dimana -mana, di tambah rimbun pepohonan, akar yang berjuntai dan silang menyilang bertautan antara pohon yang satu dengan pohon lain nya, 


Hanya sedikit sinar matahari yang tembus ke tanah dari sela -sela rimbun nya daun dan lebat nya hutan kala itu. 




Mesjid Sultan Abdurrahman 2020 - Nahlatun Vlog



Abdurrahman Pangeran Nur Alam, 


      Bersama saudaranya Syarif Abubakar dan rombongan menebas dan merimba belantara menjadi sebuah per kampungan, dengan membangun pertama kali sebuah mushollah kecil tempat beribadah agama nya, yang sekarang di kenal dengan Mesjid Sultan Syarif Abdurrahman. 


Peristiwa ini terjadi pada waktu dan masa : tepatnya pada : 23 Oktober 1771 M yang diperingati sebagai Hari Jadi Kota  Pontianak hingga saat ini.





Istana berbentuk kapal yang berlayar menuju kearah barat, 
Hidup untuk  beribadah di Mesjid Sultan,
 dan akan kembali ke asalnya yaitu alam barzakh. 
( Falsafah bangunan Istana, 
Mesjid, dan Makam Batulayang
 yang letaknya segaris, lurus dari timur ke barat )


   Selain Mesjid Sultan Abdurrahman yang berdiri kokoh, ada pula Istana Kadriah sebagai bukti peninggalan sejarah Kesultanan Kadriah di Pontianak, Kalimantan Barat.


Pintu Kota yang di kelilingi Benteng itu membentang sepanjang kira –kira seratus  meter ke utara dan seratus meter ke selatan. Pintu Kota terletak di tengah, sebelah timur Mesjid Sultan,  sebelah barat Istana, menghadap kebarat. 


Berseberangan dengan Mesjid  Sultan, yang di pisahkan oleh sungai kecil, diatas nya terbentang jembatan kayu belian yang berumur ratusan tahun juga.




Pintu  benteng lama, Istana Kadriah Pontianak


 Dari Pintu Kota, terlihat Istana Kadriah,


      Berdiri megah dengan sisa kejayaan nya. Jalan menuju Istana berupa batu kerikil kecil yang keras, mungkin di bangun di zaman Belanda.  Istana ini di cat berwarna kuning dominan, simbol kemuliaan bangsa Melayu. 


Jarak dari pintu kota ke Istana sekitar seratus, atau seratus lima puluh  meter. Di kiri kanan sepanjang jalan menuju Istana,  berderet  rumah anak cucu dan kerabat Istana, menghadap ke jalan



  Istana Kadriah menghadap ke barat. Dengan lebar depan sekitar  tiga puluh meter, dan panjang sekitar limapuluh meter. Disisi kanan dan kirinya terdapat teras selebar sekitar 1,5 atau 2 meter berpagar kayu ulin. 


Bagian depan nya bertingkat dua, ada loteng tempat prajurit berjaga bergantian, mungkin dulu nya. Karena dari atas loteng, kita bisa melihat sekitar Istana dengan jelas. Bagian utara, selatan dan barat, bisa di pantau dari ketinggian sekitar lima meter ini. 


 Istana yang ber cat kuning ini, dibangun di zaman Dinasty Kadriah berkuasa di Kota Pontianak khusus nya dan Kalimantan Barat umum nya.  


Di bagian depan nya ada semacam pendopo, balai balai.




Kirab Pelantikan Sultan ke IX, - 
The Tanjungpura Times Channel



Di sebelah kanan dan kiri ada teras memanjang,...


Ruang singgasana terletak di tengah bangunan. Disitu terdapat tahta raja kesultanan Kadriah. Dengan warna kuning emas, sepasang. Untuk sultan dan Permaisuri nya menerima rakyat dan tamu-tamu nya. 



Bagian belakang biasa disebut pantat kapal, terdapat rumah tinggal kerabat dekat istana beserta keluarga nya.




Sultan ke IX  Pontianak -Kompas TV Pontianak


      Sesekali, aku biasa main kesitu, kebetulan salah satu putri kerabat istana itu adalah teman ku. Sehingga aku leluasa keluar masuk di belakang, area  Pantat Kapal,- bagian belakang  istana Kadriah memang mirip bagian belakang kapal,


 Buritan kapal,-  dalam  bahasa setempat menyebut buritan atau bagian belakang  dengan sebutan ,: “pantat,”  dari bahasa melayu kuno.




Tahta Untuk Da"wah, Ruang  Balairung,  
Singgasana Kesultanan Kadriah


Lonceng besi tanda istirahat di pukul keras,.......


    Murid murid SD 18 berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Dua teman ku yang biasa bermain oles, keliatan mendekat.


      “Camane,?


       Berani main age?” tanya Ku, kepada kedua teman Ku itu.


       Mereka  serempak menjawab, :  ”Ayo!”




Main oles buah guli


      Aku segera membuat lingkaran kecil diameter seukuran kira –kira tiga puluh sentimeter diatas tanah. Memasang dua buah guli di tengah nya, di ikuti kedua teman Ku, untuk bermain oles.




Mesjid Sultan Abdurrahman, 2020


    Kami asyik bermain, sampai akhir nya tak terasa lonceng tanda istirahat selesai berdentang keras. Kedua teman ku kembali masuk kekelas nya, dan aku pulang dengan mendapatkan kemenangan empat buah guli siang itu. Lumayan!


      Sore ini kami bermain sepak bola di halaman Mesjid Sultan Abdurrahman. Halaman mesjid itu di timbuni dengan debu bekas gergajian sawmill yang banyak terdapat didaerah dekat tempat kami.


Kami  biasa  menyebut  halaman  mesjid  Sultan , dengan sebutan,:

        ” Padang Debu. “




Padang Debu,:  
Halaman Mesjid Sultan Abdurrahman, 
1980 - 1990


   Sebagian teman ku belajar sepeda. Sebagian bermain Gala Asen, jenis permainan tradisional di tempat kami. Hiburan kami yang lain sesekali menonton layar tancap, biasa nya di adakan di halaman dekat tugu di depan benteng Istana.


       Kadang menonton film bisu ( belum ada suaranya) dengan membayar  tanda masuk lima rupiah (Rp.5,=) per kepala. 



 Permainan kami di masa itu


      Sesekali kami melihat film layar lebar menonton di bioskop  Menara, 


     Bioskop Menara terletak di Jalan Mahakam, sekitar pasar loak sekarang. Sedangkan  bioskop Abadi, dan  Khatulistiwa, letaknya di Jalan Tanjungpura. Pernah juga Aku menonton di Pontianak Theatre yang berdiri di sekitar Gereja Katedral besar itu.  


Aku mungkin yang paling hobby menonton, bahkan sampai ke bioskop Garuda, yang letak nya cukup jauh, di dekat pasar Dahlia, Sungai Jawi sana.  Harga karcis masuk kudapat dari membantu teman parkir, berjualan buah, bahkan kadang membantu berjualan ikan di pasar ikan Kapuas Besar.  


   Sesekali karena tak punya uang, 


    Kami memanjat tembok belakang bioskop Menara, dan bioskop Khatulistiwa.


Celah tembok yang di pasangi kawat berduri itu tetap kami terobos, demi melihat film kesayangan yang tengah diputar saat itu. Entah mengapa tak ada rasa takut akan bahaya jika terjatuh dari ketinggian sekitar  3 sampai 4 meter pada saat bertualang memanjat tembok saat itu, 


Padahal harga karcis tak sebanding dengan resiko nya, tapi itulah yang kami lakukan dimasa kecil menjelang remaja, usia sekitar   10  sampai 15 tahun  saat masih bersekolah SD hingga SMP waktu itu.




Mesjid Sultan  Abdurrahman , 
Tempoe Doeloe , 1960 -1980 



Mesjid Sultan Abdurrahman terletak persis di pinggir Sungai Kapuas.



      Di ujung pulau kecil, biasa disebut,:”Beting,”oleh penduduk setempat. Meng hadap ke barat, dengan cat kuning, warna kebesaran Kesultanan Kadriah.


 Jika menjelang sore, warna  kemilau nya berpendar di terpa sinar matahari sore. 


    Dan ketika lampu mulai menyala, keindahan nya terlihat eksotis. Dari kejauhan Mesjid sultan, ketika air pasang naik,  seperti ter apung diatas air. 


Biasa nya   kami yang masih berenang di sekitar kopol masjid, segera keluar dari air, sebelum azan magrib berkumandang.




Gambar Ilustrasi


Kota Pontianak terletak di seberang mesjid Sultan Abdurahman, 


   Tepat nya di sebelah selatan masjid. Untuk mencapai kota, masyarakat -“Seberang Kota”,- biasa sebutan daerah kami, menggunakan Sampan tambang. Dari Pangkalan Mesjid,  dengan sejenis perahu kecil yang melayani penyebrang.




Penambang Sampan 


     Ongkos nya cukup murah, hanya lima rupiah per orang, ketika aku masih kelas tiga sekolah dasar, sekitar tahun tujuh puluh delapan - an.


 Dari pangkalan tambang, tempat ku, : -, ke pangkalan Seduet atau Pangkalan Senghie,-  yang ada di bagian kota sebelah selatan mesjid.


   Daerah selatan ini berkembang lebih cepat karena dulu nya merupakan kawasan bandar pelabuhan dan tempat kedudukan kantor VOC dikenal dengan istilah tanah seribu . Tanah yang di berikan oleh Kesultanan kepada VOC seluas 1000 depa persegi awalnya. 


Di tandai dengan kantor VOC yang letaknya sekarang di sekitar bangunan kantor pos lama di jalan Rahadi Osman, Kantor Walikota, dan Hotel Kartika serta kawasan pelabuhan Pontianak 




Penambang Speed boat


      Penyeberangan hanya di tempuh dalam waktu sekitar sepuluh  menit , jika naik sped boat, atau jonhson menurut bahasa setempat, dan sekitar dua puluh menit, jika naik sampan, perahu tambang yang di kayuh tenaga manusia.




Rencana Pengembangan Kampung Beting
 - Yudha AW Channel



     Kegiatan transportasi di daerah kami memang banyak menggunakan jalur sungai. Di mana –mana  ada anak sungai Kapuas, yang memisahkan satu daratan dengan daratan lain nya.


Keindahan ini kadang ku bandingkan dengan negeri indah di Italia yang kulihat dari film yang pernah ku tonton, yaitu : Venice, kota air di Italia yang terkenal di seluruh dunia.


 Seandainya suatu saat daerah ku bisa dikelola wisata air nya, mungkin tak kalah dengan Venice, yang melegenda. Fikir ku