##, Kembali ke Malang
Kota malang -
Tito Buruh cisco Channel
Menjelang sore, aku pulang ke
rumah abang angkat ku itu. Ku utarakan niat ku untuk secepatnya pulang ke Malang Dia
memaklumi kondisi dan perasaan ku, dan berjanji akan membantu ku sebisanya.
Keesokan
hari nya, aku berpamitan untuk pulang ke Malang, sambil mengucapkan terima kasih
tak terhingga, atas segala yang telah aku terima, selama berada di daerah
mereka.
Puisi Luka
Sebelum berangkat, aku sempat mencoba
menemukan Gadis itu, yang tak lagi pernah kulihat, sejak aku resmi menyampaikan niat. Kata nya ia sedang berada di
Sumbawa Besar. Entahlah!
Kutinggalkan Taliwang dengan dada sedikit
perih. Ada harapan yang tertinggal
disana. Ada cinta yang mulai merona. Ada
rasa yang tumbuh merekah diantara kita. Tapi,adat istiadat dan budaya, mungkin
tak akan sanggup menyatukan kita.
Kudengar, di daerah itu, ada
cara menikah sedikit unik.
Namanya.: “Merari.”
- Ini bentuk pernikahan yang tak lazim
memang. Jika sepasang pemuda dan pemudi
yang saling mencintai, tapi terhalang sesuatu dan lain hal, maka mereka boleh
melakukan kawin lari, atau disebut dengan “ Merari,”
Asalkan mereka harus mendapatkan perlindungan
dari orang yang dianggap terhormat, dan memiliki martabat di mata masyarakat setempat. Entah benar, entah tidak, aku tak tahu pasti.
Aku takkan sanggup
mengubah buih jadi permadani
Tapi tentu
saja, aku tak akan mengambil jalan nekad
seperti itu. Sebab, aku mau dengan cara
terhormat dan bermartabat. Dengan cara dan adat budaya umum nya. Bukan dengan
cara yang tidak biasa
Aku sekarang sudah kembali
ke Malang,.....
Ustad menyambut ku dengan senyum tipis. Rupa nya beliau mungkin sudah mendengar apa yang terjadi selama aku di Sumbawa. Beliau menegaskan, bahwa bahasa yang mereka sampaikan itu, adalah bahasa penolakan secara halus. Jadi aku tak perlu berharap terlalu jauh.
Malang Tempoe Doeloe -Antok Alwagiri Channel
Aku mengangguk kecil, memahami nasehat beliau. Malam ini
aku menerawang langkah dan jalan hidup ku, apa yang telah kulalui, apa yang
telah ku alami, apa yang telah ku rasakan.
Sudah sekitar enam tahun aku di pulau Jawa,.....
Banyak pengalaman yang telah kudapat. Bekal hidup dan perjalanan, sekarang, usiaku
sudah menginjak tiga puluh tahun, waktu yang tepat untuk menikah, tapi dengan
siapa? Aku tak punya bayangan.
Aku tak punya kekasih pujaan hati, aku tak punya cinta, aku tak punya siapa siapa! Dan parah nya, aku takut untuk mencintai sekarang ini. Luka demi luka telah mengerogoti hati dan jantung ku, membuat aku tak berani memulai. Aku sangat trauma untuk mencintai lawan jenis.
Aku takut ditolak,
Takut dihina,
Takut dilecehkan,
Takut tak di hargai.
Tiba-tiba, terlintas
dibenak ku, beberapa tahun yang lalu, ada sahabat ku di Pasuruan, yang pernah
menawarkan kepadaku untuk menikah. Aku tersenyum, dan memutuskan untuk
berkunjung kerumah nya, dalam waktu dekat.
Aku sudah memutuskan, aku
harus menikah! Apapun caranya, siapapun orang nya, semua nya kuserahkan pada pilihan Allah, atas
jalan hidup yang akan kulalui berikut nya.
Cinta?
Aku tak butuh Cinta,
Aku butuh
istri!
Cinta akan datang nanti setelah
menikah,
Begitu kata ustadz kepada ku.
Aku
mulai berubah fikiran,
Dan menerima
saran nya.