##, Kutemukan Mutiara Yang Hilang
Jakarta,: Tahun dua ribu sebelas
Hari ini, aku agak malas bangun.
Setelah sholat subuh tadi, aku kembali tidur lagi. Kulihat jam tangan sudah pukul sebelas siang. Perutku terasa mulai lapar. Setelah mandi dan berpakaian, aku keluar dari kamar, membeli segelas kopi dan beberapa biji kue di Dunkins Donat, mampir ke Indomaret buat beli rokok dan keperluan kecil lain nya
Aku langsung kembali ke kamar ku, dan mengunci pintu nya. Kuhirup kopi panas Dunkins Donut, dan ku lahap sebiji roti coklat kacang kegemaran ku. Perut ku terasa hangat. Ku sulut sebatang rokok, dan ku sedot dalam-dalam. Ahkkk, nikmaat, terasa dunia begitu lapang.
Iseng ku pencet tombol panggilan
Mencoba menghubungi Dia yang ada di seberang sana.
“Haloo, Salam alaikum,!” Sapa ku.
“Kom salam, ape cerite?” tanya nya.
“Tak ade, pengen nelfon jak, ndak ganggu ke,?” tanya ku. "age dimane nih?",
“Di rumah, baru habis masak, nunggu anak-anak balek sekolah, bentar age,”
kata nya.
“ooh, berape anak Ente?, laki berape , perempuan berape,?” lanjut aku bertanya.
Dia diam sejenak kemudian menjawab, :
” Dua gak, yang besar laki laki udah kelas tige SMA, yang kecil baru kelas tige SMP,!”
“Alhamdulillah,!” sahut ku.
"Segurat Rasa,"
Tanpa menunggu embun,
bunga kan tetap tebarkan aroma
Tanpa ikatan pun
Dua hati kan tetap bicara
Tanpa dimintapun
burung kan tetap berkicau
Tanpa bertemupun,
Di hati,
Dua cinta kan tetap merasa
Air kan tetap mengalir
Dunia kan tetap berputar
Semua kan berlalu
Seiring waktu yang menua
Dan yang tersisa,
Hanya kenangan dalam ingatan
Yang tak mudah di hapuskan
Kami kemudian bertukar cerita kesana kemari,
Tentang hal yang telah di lalui selama ini
Di sela –sela pembicaraan Aku bertanya,
; ” Dari mane dapat nomor ana?,
” Dia diam sejenak, kemudian menjawab, :
“Cobe Ente ingat, Ente ngasi nomor ke siape yang kontak Ente di FB, ?”
Dia balik bertanya.
Aku coba mengingat satu persatu dan, memang, aku pernah memberikan nomor ku kepada salah satu teman ku dulu. Teman Ku semasa Es De yang mungkin mengenal nya, karena satu wilayah kelurahan dengan nya?
“Ente kemane sekitar tahun sembilan puluhan?”, tanya nya.
“Ana berangkat ke Jawe,!” jawab ku.
“Ooooh, Pantaslah,!” jawab nya lirih.
Terdengar ada semacam nada penyesalan mendalam di situ.
”Ngape?,; aku balik bertanya.
Ingin tahu lebih jauh, apa yang di maksud kan dengan kalimat,: ”Pantaslah !??”
Ketika rindu datang,
Di ambang petang ,
Aku menunggu di bibir pantai,
Berharap mampu melihat seberang lautan ,
Mendengar kabar nya
Ternyata Di sana, .....
DIA,...
Juga sering melakukan hal yang sama.
Menatap Kapuas dan Pelabuhan
Di ambang petang,
Menunggu Aku datang
Untuk Meminang,
" Rupanya jarak tak dapat memisahkan hati
Meski di batasi samudra,
Rindu itu tetap ada
Lautan bukan penghalang
Ketika rindu datang.
Jarak , waktu,
serta samudra luas ,
Hanya memisahkan raga,
Ia tak punya kekuatan
Dan kekuasaan
Untuk memisahkan hati.
##, Membuka tabir hati ,:
Dia kemudian mulai bercerita, ;
Bahwa sekitar tahun delapan puluhan akhir, selesai SMA, dia langsung bekerja, membantu ekonomi orang tua nya, mendukung pendidikan adik nya. Berangkat jam tujuh pagi, pulang jam tujuh malam.
Tak ada waktu tersisa untuk kegiatan lain.
Di rumah Dia langsung tidur.
Itu berjalan sekitar lima tahun, sampai adik nya lulus SMA, dan Dia mulai bisa berfikir untuk hidup nya. Sekitar tahun sembilan puluhan waktu itu.
Dan hasil perjuangan nya mulai nampak.
Ekonomi keluarga nya mulai stabil, Dia mulai bisa menabung untuk
keperlua nya sendiri. Dia membeli sebuah rumah, sebagai cadangan jika nanti
ketika menikah dan membina rumah tangga nya.
Kadang dia berupaya mencari info tentang keberadaan ku, dengan cara sembunyi-sembunyi, lewat teman – teman ku, yang juga menjadi teman nya.
Tapi mereka tak banyak tahu
dimana aku berada.
Aku hilang lenyap seperti ditelan bumi.
Hingga tibalah Ia di usia dua
puluh lima, target dimana Dia sudah siap untuk menikah, dan membina mahligai rumah tangga. Dia mencoba mencari ku dengan segala cara. Tapi aku lenyap tak tau dimana rimba nya.
Setelah menyebar banyak informasi, akhir nya di dapat berita, bahwa
aku sudah menikah, nun jauh disana , di pulau Jawa.
Hati nya hancur berkeping - keping,.......
Remuk redam mimpi dan harapan. Akibat nya
ia tak sanggup menerima pria lain yang mencoba mendekati nya. Hati nya tertutup
rapat.
Ternyata Ia juga merasakan perasaan yang sama,
Persis, seperti yang aku rasakan,
Cinta nya telah mati!.
Separoh jiwa nya telah ikut bersama kepergian ku.
Separoh
hidup nya , telah mati bersama kehilangan ku. Batin nya juga luka parah. Jiwa nya terguncang
hebat. Hanya saja tak nampak di permukaan. Tersimpan rapat di bawah kesadaran.
Padahal saat itu sekitar tahun sembilan belas sembilan puluh satu, berita yang ia terima tidak benar ada nya. Karena aku baru menikah di Jawa , lima tahun kemudian. Entah dari mana berita itu di dapat nya? Dan entah dari siapa. -,
Dia juga berkata, bagaimana bahagia hati nya ketika mendapatkan nomor ku ini, disambar nya secepat kilat, dengan perasaan tak menentu dan dada membuncah seperti mau pecah, karena kerinduan yang tersimpan begitu lama, - .
Dia juga bercerita,:
" Bahwa
sejak menerima surat ku dulu, Dia tak pernah menolak ku, dan tak pernah menjalin
hubungan dengan siapapun, kecuali sebatas teman.
Kenapa dia tak sanggup
menjawab ketika ku tanya? ,
Ternyata kami sama menggigil nya jika berdekatan. Tubuh nya
juga panas dingin, nafas nya
tersengal-sengal, dan suara nya tak mampu keluar dari tenggorokan. Dia juga salah tingkah jika kami bertemu muka. Itulah kenapa, Dia cenderung menghindar dari ku !.
"-"Ternyata cinta kami sama besar nya, terpendam di bawah permukaan. Seperti lahar gunung berapi, yang menggelegak dan mendidih,!-" Rupanya jarak tak dapat memisahkan hati. Meski di batasi samudra, rindu itu tetap ada.
Lautan bukan penghalang ketika rindu datang. Jarak , waktu serta samudra luas , hanya memisahkan raga, Ia tak punya kekuatan dan kekuasaan untuk memisahkan hati.
Oooh, Tuhan kenapa ini menimpa kami?
"Aku tak mampu menahan haru,
Kami saling bertangisan via telefon.!"
Ternyata cinta kami sama besar nya,
Terpendam di bawah Kesadaran.
Seperti lahar gunung berapi,
Yang menggelegak dan mendidih,!-
Kau adalah tujuan hidupku -
Bolynesia Official Channel
Dan ternyata, :
Ada cinta sebesar cinta ku di dada nya.
Ada rindu sebesar rindu ku, di jantung nya !”
Dan ada kehilangan yang sama besar nya
dengan ke hilangan yang aku rasa.
-"Baru sekarang aku tahu, ternyata cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan.
Aku bukan pungguk yang merindukan bulan. Aku bukanlah “Gile Bayang “ Dan ternyata, hati ku tak salah tempat. Ketika cinta memilih, getar itu ternyata sama.
Ada cinta sebesar cinta ku di dada nya. Ada rindu sebesar rindu ku, di jantung nya !” Dan ada kehilangan yang sama besar nya dengan ke hilangan yang aku rasa.
Sebenar nya ,:" kami saling mencintai, dengan getar dan rasa yang sama hebat nya." Hanya saja Dia tak sanggup mengutarakan nya, takut menghambat cita-cita nya!-” Dia berharap aku mengerti dan mau bersabar menunggu nya, sampai usia dua puluh lima.
Waktu itu,
Ketika merasa siap menikah
Ia mencari ku kemana-mana,
Dari sumber yang bisa di dapat nya
Dia menunggu aku datang, untuk meminang nya
Mengusir rindu dan mengobati hati nya
Membalut luka yang menganga di sudut jiwa
Harapan itu masih menggelora di dada nya
Harapan untuk dapat di pertemukan,
Dalam suatu ikatan,
Bernama Pernikahan
Meskipun ada
beberapa pria yang mencoba mendekati bahkan melamar nya, Dia tak sanggup membuka hati nya. Dia masih mengingat Ku. Dia tak pernah melupakan Aku.
Pahatan nama di hati yang sudah terpatri begitu kuat tak sanggup di hapus nya. Dia terlanjur mencintai ku, dengan sepenuh jiwa. Itulah kenapa Dia pernah membuang cincin pertunangan nya, karena Ia tak sanggup membunuh cinta dan membunuh hati nya.
Gejolak peperangan antara jeritan jiwa dan kenyataan yang di hadapi. Antara cinta dan kesadaran. Antara impian dan kejadian. Membuat nya putus asa dan bimbang untuk menjalani kehidupan.
Apa yang harus dilakukan?
Jika mempertahankan cinta, Ia akan terlambat menikah dan akan di panggil dengan sebutan "perawan tua," sebuah hukuman yang sangat berat untuk nya.
Tapi jika Ia menikah, itu arti nya, pintu cinta nya tertutup untuk selama nya. Jika pun nanti bertemu, tak mungkin lagi untuk dapat bersatu.
Karena Ia harus mengubur hati nya, dan menerima suami nya. Meski Ia mungkin sanggup menyerahkan jasad nya , tapi apakah Ia mampu mengoyak hati nya, berbagi kepada suami ? Apakah Ia akan sanggup mengasihi anak - anak yang lahir dari pernikahan yang dibangun di atas kuburan cinta nya ?
Lalu berapa lama Ia sanggup mempertahankan pernikahan seperti ini?
Untuk mengobati kerinduan, Di baca nya surat pertama Ku dulu,
Tengah malam,
Ditengah keresahan,
Diantara peperangan batin,
Ketika kerinduan hadir mendekat,
Pekat, Mengikat :
Untuk mengobati kerinduan,
Di baca nya surat ku yang dulu ku kirimkan
Hurup demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat
Setelah itu , surat itu kembali di lipat nya semula, :
Di simpan nya dengan cucuran air mata,"!,-
Bersama Rahasia Hatinya
Setelah mencoba bertahan selama kurang
lebih setahun kemudian, ketika aku tak kunjung datang, dia memutuskan menerima
lamaran seseorang dan mengakhiri masa lajang.
-"Jika dia mengangkat muka, dulu, ketika ber papasan dengan Ku
di suatu waktu. Itu karena, Dia tak
sanggup menahan degup jantung nya yang riuh rendah, yang membuat hampir saja kaki nya tak bisa lagi melangkah.
Dia hampir terduduk lemas, karena perasaan yang tak bisa dialepas!,-”
-"Oooh Tuhan, alangkah bodoh nya Aku?-"
"- Dan ketika dia menjawab dengan jawaban
,”Biase –biase jak,” maksud nya adalah,
untuk saat itu, kami tak perlu menunjuk kan hubungan, keterikatan, dan perasaan.
Sebab ia masih ingin
sekolah, sampai tamat Es Em A.
Baru kemudian ia ingin bekerja, dan membantu ekonomi keluarga nya, membantu orang tua nya. Menyelesaikan sekolah adik nya, mempersiapkan hidup nya.
Setelah itu baru kemudian Ia berfikir untuk diri nya, menikah dan berumah tangga,-".
"Menurut nya, jalan cinta kami
masih sangat panjang, butuh waktu paling tidak, sejak surat pertama itu ia
terima, kami masih harus menjalani sepuluh tahun kehidupan kedepan, sampai ia
merasa siap menikah, di usia dua puluh lima."
Kisah cinta kita tak akan pernah lengkap,...
Itulah kenapa dia mengirim
sepupu nya, ketika meminta Ku untuk tidak berangkat keluar negeri, tempo hari. Sebab
Ia tak sanggup melihat Aku hancur. Hati nya ikut remuk bersama kegagalan Ku. Dia
merasakan perasaan yang sama, seperti yang Aku rasakan , saat itu.
Sebetul nya kami hanya di hantui prasangka. Salah faham yang akhir nya menjadi malapetaka. Derita jiwa seumur hidup !
-"Frustasi,! ya, Frustasi. -"
Aku merana karena merasa cinta ku di tolak, sementara Dia menderita, karena merasa aku tak mau mengerti dan bersabar menunggu nya. Sayang nya Aku tak pernah tau apa yang di simpan di hati nya, karena kami tidak berkomunikasi langsung.
Gambar Ilustrasi
Aku tak berani datang ke rumah nya, atau sekedar menulis surat, karena menganggap bahwa Dia tidak mencintai Ku. Sementara Dia tak bisa menulis surat dan tak punya waktu atau kesempatan untuk bertemu langsung dengan Ku.
Sebetul nya kami hanya di hantui prasangka. Salah faham yang akhir nya menjadi malapetaka. Derita jiwa seumur hidup !
Lewat telfon itu Dia juga menyampaikan harapan nya pada Ku,"-
Dia ingin aku tetap
bertahan sebagai pegawai negeri, tempo hari :
"Itu pegangan pasti, buat masa depan, rumah tangga kite, nanti,!”
Kata nya, dengan suara terbata-bata, :
” Ente tu memang keras kepala,” : lanjut nya.
Dia menceritakan itu semua dengan isak tangis dan derai air mata, dari seberang sana. Sedu sedan kepedihan dari lubuk hati yang paling dalam. Rupa nya beban batin dan luka jiwa yang menghimpit puluhan tahun lama nya di dalam dada , baru hari ini tumpah, dan di luapkan nya!
Subhanallah,!
Keteguhan niat hati nya untuk
mengejar cita-cita luhur , membantu keluarga dan orang tua nya. Keteguhan tekat untuk mewujudkan mimpi adik nya. Keteguhan sikap dalam mempertahankan cinta nya. Dan keteguhan target tujuan hidup, baru akan menikah di usia dua puluh lima.
"- Dan ketika Aku memutuskan berangkat ke
Malaysia, tempo hari, maksud nya, seharus nya aku datang menemui nya, seharus nya Aku kembali pada nya. Tapi aku salah sangka,
salah menduga, dan menganggap bahwa diantara kami tak pernah ada rasa.
Hanya aku saja, yang bertepuk sebelah tangan meng harapkan bulan turun kepangkuan.“Mabok Cinte, Gile Bayang,!!-” Dan kesalahan itu harus ku tebus dengan penderitaan batin yang hebat, berkepanjangan, puluhan tahun kemudian.
Diantara kami tak pernah ada cinta, ..
Hanya aku saja, yang bertepuk sebelah tangan meng harapkan bulan turun kepangkuan.“Mabok Cinte, Gile Bayang,!!-” Dan kesalahan itu harus ku tebus dengan penderitaan batin yang hebat, berkepanjangan, puluhan tahun kemudian.
Padahal, ketika aku
akan berangkat menjalani pelatihan Suskalak Ke Pasir Panjang tempoh hari, sebagai syarat
pengangkatan Pegawai Negeri.
Diatas mobil yang akan membawa kami hari itu, ketika tengah parkir di simpang tiga dekat pintu kota, menunggu peserta lain nya. Dari balik jendela kaca, dengan sikap malu -malu, dan wajah memerah ter sipu - sipu, Dia mendekati ku dan sempat menitipkan rantang berisi makanan.
Secarik kertas kecil bertulisan kutemukan di dalam nya,:’ “Baik –baik jaga diri,
hati-hati di tempat orang,” itu pesan
singkat nya, ada tanda - tangan disitu.
Aku menyesali kebodohan Ku.
Menyesali Ketergesaan Ku , kegopohan Ku, dan kesalahan Ku menilai nya. Mengapa Aku hanya
menurutkan rasa, tidak menurutkan akal
dan fikiran.?
"- Kenapa upaya nya menjaga jarak,
kutafsirkan sebagai kesombongan dan keangkuhan? Kenapa aku tak berfikir jika aku gemetar berdekatan dengan nya,
mungkin Dia juga lebih kurang sama,?-"
Tapi saat itu, aku hanya lah
seorang remaja, yang belum panjang nalar nya. Sehingga tak pernah mengerti,
ketika, kadang sepupu-sepupu nya memanggil ku dengan sebutan, : ”Buah Hati,
"- Kami menyesali semua kesalahan.
Kesalahan yang sangat fatal dalam hidup kami. Kesalahan yang tak dapat di tebus kembali. Kami menyesali kebodohan kami. Kebodohan yang menyebabkan "luka batin kami berdua , yang sangat parah."
Kami menangis dan tertawa bersama, dari ujung telfon , satu di Jakarta, satu di Pontianak, sekitar selama dua jam bicara.
-" Ya Allah, Tuhan Kami, jerit ku pecah!,
Apa maksud Mu dengan semua kejadian ini?" Aku tak mampu lagi mengendalikan diri, dada ku terasa sesak, jantung ku terasa begitu sakit, perih, seperti merekah rasa nya, nafas ku berubah cepat,
-"Sebelum akhir bicara, Dia sempat berkata, :
" Jangan sedeh, selama ini, kite kan tetap saling mengingat. Ente kan tak pernah melupakan saye? Jadi sebetol nye kite tak pernah ber pisah. Kite tak pernah berjauhan. Saye kan selalu ade di hati Ente?. (Mungkinkah maksud nya aku juga selalu ada di hati nya?) Ini lah cerite , takder dan naseb cinte kite, kaseh tak sampai. Simpan jak, buat kenangan kite, nantek! " kata nya.
-" Tapi kalimat itu tak mampu mencegah tubuh ku berguncang hebat, seperti ada gemuruh tumpahan lahar yang ingin keluar dari dasar gunung ber api, menggelegak dan mendidih dengan sangat dahsyat, mencari puncak kawah, dan memuntah kan isi nya!
Ketika telfon Kututup ,
-"Aku menangis se jadi-jadi nya, !!”-
Gambar Ilustrasi
##, Menjalani Cinta Terlarang
Sejak saat itu, kami sering
kontak, :
Untuk sekedar bertanya kegiatan sehari hari, kondisi
anak-anak, cuaca, kesehatan, atau sekedar bertukar informasi dan keadaan keluarga masing-masing.
“- Kami merasa seperti hidup kembali. Kami merasa menemukan lagi cinta kami. Kerinduan yang tersimpan dibawah permukaan selama hampir tiga puluh tahun, yang mengendap seperti fosil batubara, sekarang meluap dan membakar jiwa. Rasa nya kami tak ingin menutup telfon tiap kali kontak.
Dada kami dipenuhi rasa yang menggelora dan siap menghanguskan apa saja. Kami lupa usia, kami lupa keluarga, kami lupa segala nya. Cinta dan kerinduan yang menemukan alur nya ini, seperti lahar dingin yang berubah menjadi magma, menggelegak, mendidih, dan rasa nya sulit untuk di lukiskan dengan kata - kata.-"
Mutiara yang yang hilang dari dasar jiwa,
yang kucari sampai ke ujung Pulau Sumbawa,
kini kutemukan kembali
"- Tiap ada waktu luang, kami menyempatkan diri untuk saling kontak.
Aku merasa seperti kembali remaja, barangkali begitu pula yang dirasakan nya. Tengah malam kadang kami terbangun, lalu tersenyum sendiri. Serasa, Ada taman bunga mekar di hati kami. Ada debur ombak menggemuruh, menghantam dan memecah kan bukit karang kerinduan yang telah membatu, membeku dan menggumpal selama ini.-"
"- Rasanya jiwa kami seperti kembali utuh, setelah begitu lama terbelah, setelah hampir tiga puluh tahun terpisah, setelah hampir tiga puluh tahun menderita memendam rasa cinta yang begitu besar dan begitu hebat nya.
Sekarang Aku merasakan
Mutiara yang hilang dari dasar jiwa,
Yang kucari sampai ke ujung Pulau Sumbawa,
Kini telah kutemukan kembali,-"
Rindu kami yang terlarang
Kadang kami bernyanyi
bersama,:
#Sekian lama sudah, kita tlah berpisah
Kurasa kini
engkau tak sendiri lagi
@Akupun kini juga seperti diri mu
Satu hati telah mengisi hidup ku
#@Tak perlu engkau tahu, rasa rindu ini
Dan lagi mungkin , kini kau telah bahagia
Namun andai kau dengar, syair lagu ini
Jujur saja , aku sangat, merindukan mu
Reff :
#Memang
tak pantas, mengkhayal tentang diri mu
Sebab kau
tak lagi, seperti yang dulu
Kendati berat, rasa rindu ku pada mu,
Biarkan ku hadang, Rindu ku terlarang
#@Biar kusimpan saja, biar kupendam sudah
Terlarang sudah, rindu ku pada mu
#Ku puisikan rindu di hati ku
Kuharap tiada seorangpun tahu,
“Lagu yang dinyanyikan
Broery Marantika dan Dewi Yull ini, mengingatkan kisah yang tengah kami jalani. Cinta yang
terlarang, rindu yang terlarang.
Apa yang dapat kami lakukan?
Rasa ini datang dengan kuatnya, seperti badai menggemuruh didada dan dasar jiwa kami. Kerinduan dan kehilangan, kepedihan dan kebahagiaan berkecamuk dalam rasa yang menggelora begitu kuatnya.
Kami tak sanggup menahannya, kami tak sanggup mencegahnya, kami tak mampu membunuhnya bagitu saja. Persoalan hati memang bukan hal yang mudah untuk di nalarkan. Ia membuncah seperti air bah. Menggemuruh seperti badai samudra.
Itulah yang tengah kami rasakan saat ini.
A
Di sela - sela intro musik, Ia berhenti, dan berkata :" Ini syair nye buat Ente,!"
Setelah hampir tiga puluh tahun terpisah, kami menyadari satu hal,: ketika kita saling mencintai dengan cinta yang sama besar dan sama kuat nya, tak diperlukan lagi kata- kata, peneguhan, pengukuhan, pengakuan, pernyataan, statemen, atau jawaban!
Seharus nya aku memahami itu.
Diam nya, adalah persetujuan hati nya.
Sehingga,......
Cinta adalah oksigen
Bagi sepasang hati yang saling mencintai dengan sepenuh jiwa,!
Itulah yang sekarang tengah kami jalani saat ini.
Itulah yang membuat kami,
Kadang tertawa bersama,
Kadang menangis bersama.
Meski hanya lewat telfon!,! ”-.......,
“Rasa ini menggemuruh
begitu hebat nya, bahkan melebihi ketika kami masih duduk di bangku sekolah yang
sama, ketika kami masih remaja",
"- Ketika,,- Rupa nya bukan hanya aku saja yang merasakan nya,- hatta kami tak pernah bertegur sapa,!. ternyata, : "Gemuruh
itu juga mengguncang dada nya, dengan tak kalah hebat nya!-" Rasa bahagia yang membuncah begitu indah nya, gelora cinta pertama remaja, dan baru sekarang sempat kami nikmati bersama, .....
Rupa nya, rasa inilah yang dirasakan nya, dan itulah yang membuat Ia tempo hari, tak mau bicara dengan ku, karena tak mampu merangkai kata!,”
Kami merasa sangat dekat, kadang
ku kirimkan puisi pendek untuk nya via sms, dengan bahasa jenaka.
Aku mengatakan, bahwa dalam
waktu dekat, aku akan datang. Apakah kita boleh bertemu nanti, jika aku datang
ke ponti.
Di jawab nya, :
” Tak boleh, saye takot, saye nak betapok jak, !” kata nya.
Kami sekarang memang bukan
kami yang dulu lagi. Kami sekarang
adalah seorang istri dan seorang suami. Kami
memiliki keluarga masing-masing. Keluarga
yang telah hidup bersama selama lebih dari dua puluh tahun.
Aku telah memiliki seorang anak gadis remaja,
dan seorang putra yang menginjak dewasa.
Demikian pula Dia, ....
Telah
bersuami dan memiliki putra yang sudah dewasa dengan seorang anak gadis menginjak remaja. Kami bukan lagi anak
muda. Kami sudah jadi “orang tua,” Kami sudah menjadi seorang ayah dan seorang bunda.
Pernah dalam suatu kesempatan via telfon , aku iseng bertanya, :
" Apa yang akan kita lakukan jika hal ini diketahui orang? "
" Tak taulah, saye mungkin tak sanggup lagi melanjutkan hidup, mungkin lebih baik saye mati jak?" kata nya.
Apakah maksud kalimat ini?
Apakah artinya Dia tak ingin lagi kami terpisah? Tapi mana mungkin? Mana mungkin kami dapat bersatu? Kami telah terikat pernikahan dengan orang lain. Kami telah memiliki anak- anak yang menjelang dewasa. Kami menjalani hidup yang berbeda, sudah puluhan tahun lama nya.
Ataukah maksudnya Dia tak sanggup menanggung malu atas cinta terlarang nya? Ataukah Dia dihantui rasa bersalah dan berdosa atas cinta yang disimpan nya, dan merasa seperti telah mengkhianati keluarganya, meski kami tak melakukan apa-apa hanya sekedar bicara saja ?
Entahlah,!
Satu hal yang kami sadari betul adalah :
Masa lalu cinta kami, tak mungkin kami
hidup kan lagi. "Biarlah ini kan menjadi
kenangan indah, kisah cinta dua anak manusia, yang tersimpan rapat di dalam
dada, hingga ajal memisahkan nya.
Aku tak pernah menceritakan kisah ini pada istri Ku, dan Aku yakin, Dia juga tak mungkin membuka kisah batin nya, kepada suami nya."
"Bagaimana caranya kukatakan pada hati? "
Siang ini kata-kata yang mulai lelah
Rebah di kepala Ku
Saat bayangan Mu
Yang dulu sempat memeluk Ku
Kembali mewujud
Di temani tangis air mata waktu
Lihatlah air kapuas yang mulai mengental
Dan puisi yang akan kembali tanggal
Tertebas tajam ujung
pena
Yang saling melukai
Begitu perih, Begitu
pedih
Mencari peluang yang tak mungkin terjangkau
Adakah satu senja saja
Bersedia menjadi tenda
Untuk Kita ?
Menjadi
senyawa merajut rasa
Berpegangan tangan
Dan berjalan
Meski begitu pelan
Tapi tak akan lagi ada jeda ?
Selamanya ?
Akhh, !!
Klik Link di bawah ini :
Film Veer dan Zara,
Kisah cinta Yusuf dan Zulaikha
Baca Juga :