Selasa, 26 April 2016

Bab.VI.hal.21 # Selamat Tinggal Cinta

##, Berangkat ke Jawa, sekitar tahun sembilan puluhan



Aku  akan pulang - Merantau



Kepedihan dari tengah lautan ,: 


                Pada hari yang sudah disepakati, kami,; aku dan teman ku, mencari kapal yang dimaksud untuk kami tumpangi sampai ke pulau Madura. 

               Rencana nanti nya teman ku itu,  akan melanjutkan perjalanan lewat darat ke daerah Riau Kepulauan, via Surabaya, Jakarta, Palembang, terus nyebrang lewat Tanjung Pinang.

         Ongkos kapal waktu itu, sebesar Dua puluh ribu rupiah, sebagai ganti uang makan kami selama dalam perjalanan. Nakhoda nya sangat baik kepada kami. Sekitar jam lima sore, kapal mulai bergerak, meninggalkan pelabuhan senghie.




Satu Hati Sampai Mati 
Gambar Ilustrasi



Masih sempat kulihat semburat merah jingga diufuk barat,
 matahari khatulistiwa menjelang terbenam. 


Mesjid Sultan, seperti terapung diatas air, 
                 dengan pendar cahaya nya yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

          Hati ku seperti tertusuk sembilu. Berat bagi ku  meninggalkan tanah kelahiran yang sangat kucintai ini.  Disini aku dibesarkan, disini aku menghirup udara kanak-kanak, disini aku dibelai di pangkuan  ibu ku yang kupanggil dengan sebutan : “Mak,! “

               Disini aku bersekolah, disini aku memilik sahabat dan teman terbaik, disini aku biasa berenang, menyebrangi sungai Kapuas, dari kopol Mesjid Sultan, ke pangkalan Senghie, dengan pelampung sebatang kayu hanyut yang tengah mengapung,!  Masih jelas kuingat, ketika bermain galasen, atau petak umpat bersama teman sebaya. Sambil belajar sepeda dengan menyewa per jam, 10 rupiah. 

Tanpa terasa setetes air membasahi kelopak mataku,  




Mesjid   Sultan  seperti terapung dari kejauhan



Tadi ketika akan berangkat, aku hanya pamitan pada mak, 
mohon doa, aku diajak teman ku untuk cari kerjaan. 
  

                Hanya itu kalimat ku. Sambil menjinjing tas pakaian, berisi dua lembar celana dan beberapa lembar baju.

Sempat ku lihat senyum di bibir Mak, mungkin beliau sedikit terhibur, mendengar aku dapat tawaran kerja. 

                Ayah ku tidak berada di rumah, seperti biasa, beliau sedang berada entah di mana, di suatu tempat, menjalankan tugas nya, sebagai DAI yang menyampaikan apa yang ada di dada nya.






                 Urusan kami, seperti yang sering beliau  sampaikan, sudah di serahkan nya pada Allah. Beliau menitipkan kami semua pada penjagaan Allah. Beliau mengajarkan kami, bahwa dunia tidaklah selebar daun kelor. Jika sempit hidup di suatu daerah, keluar lah, hijrah lah,!"


             “Jika sempit di Timur, carilah di Barat. Jika sempit di Selatan, carilah di Utara. Jika sempit di Darat, carilah di Laut. Rezeky dan karunia allah bertaburan dan ada di mana-mana, tinggal kita saja memungut dan mengusahakan nya.” Begitu nasehat beliau pada anak-anak nya.

Ajaran itu tertanam di benak ku.  Aku meyakini, bahwa aku harus  bangkit.

               Hari ini, kutinggalkan semua kenangan. Hari ini, kan ku kubur cinta ku di dasar Kapuas. Kan kulupakan segala hal menyakitkan yang pernah kualami dan lalui. 

Aku akan mengubah nasib. !! 

Tekad ku.



Satu nama tetap di hati 


Aku akan bangkit.!! 

                Aku akan mencari kehidupan baru disana, nun jauh di Pulau Jawa, tanah harapan yang menjanjikan. Aku siapkan jiwa dan raga untuk mengarungi samudra. Aku siapkan cita –cita dan harapan baru

          Meskipun aku tak punya bayangan sama sekali, akan seperti apa hidupku nanti di tanah rantau. Satu hal aku berkeyakinan, bahwa dimanapun aku hidup, selama aku berpegang pada nilai-nilai luhur kebenaran dan kejujuran, Tuhan akan menolongku. Allah akan membimbing langkah ku. Aku meyakini bahwa dimanapun aku, ada saudara disana. Saudaraku se iman, se agama, sesama muslim.

          Masyakat pulau Jawa terkenal lebih maju peradabanya. Mereka memiliki kota- kota besar yang berkembang lebih dulu dari Kalimantan.




Kenanglah aku dalam doa mu


Mereka memiliki sisa sisa peradaban kerajaan Nusantara. 

                  Mereka memiliki lembaga pendidikan yang mumpuni. Mereka memang jauh lebih maju dari daerah kami. Ada ribuan Pondok Pesantren di Pulau Jawa. Ada ribuan perguruan tinggi dan universitas tersebar di seantero di sana. 

         Ada banyak lembaga kursus dan pendidikan non formal, yang siap mencetak manusia baru yang mau menimba ilmu. Semangat ku berkobar untuk maju dan mengubah hidup ku.

             Aku hanyut dalam lamunan, sambil menatap biru hamparan lautan dengan riak  gelombang . 

Kita memang tak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta, tapi kita dapat mengambil langkah untuk menjauh, agar cinta itu tinggal di tempat nya.

 Ya,! aku memutuskan untuk menjauh, 

                 Dan meninggalkan hati ku di dekat Benteng Istana. Itulah keputusan ku. Dan sekarang, aku sudah ditengah lautan. Meninggalkan semua ingatan dan kenangan jauh di daratan. 

Di dekat kapal kami , dua ekor lumba-lumba bergantian timbul dan menyelam, seperti mengajak kapal untuk berlomba, dan segera sampai pada tujuan nya.

              Pantulan cahaya mentari masih kelihatan di atas permukaan laut  sebelah barat. Bendang merah “Sunset,” ketika matahari  akan terbenam sempurna, menyiratkan keindahan yang luar biasa diatas samudra. Dalam hati ku tersirat kekaguman pada sang Maha Pencipta,

Subhanallah,!” Maha suci  Engkau !




Di dekat kapal kami segerombolan lumba - lumba timbul dan menyelam



"TERLALU DEKAT"

Mungkin aku padamu sudah terlalu dekat 

Hingga Cinta dan kasihku tak lagi dapat kau lihat,


Coba saja dekatkan sesuatu tepat di mata mu 

Bukankah tatkala menjadi tak berjarak 

Engkau tak bisa lagi jelas melihat ??


Mungkin Cinta ku pada mu terlalu kuat 

Hingga tak bisa lagi kau dengar gemuruh nya 

Ya, suara nyaring luar biasa diteriakkan di telinga 

Tak akan lagi bisa kau cerna


Maka, apakah untuk bisa kau lihat 

Aku harus selangkah menjauh dari mu


Dan untuk bisa kau dengar 

Haruska aku kurangi gemuruh Cinta di dada ku??


Apapun itu 

dari tengah lautan 

diatas kapal 

diantara deburan ombak 

Izinkan aku malam ini 

Berbisik lembut  di telinga mu

Lewat desau angin malam

Dan berucap lirih 

AKU MENCINTAIMU..."



Cinta terhalang jarak yang jauh - Rheina