##, Berangkat ke Jawa, sekitar tahun sembilan puluhan
Aku akan pulang - Merantau
Kepedihan dari tengah lautan ,:
Pada hari yang sudah
disepakati, kami,; aku dan teman ku, mencari kapal yang dimaksud untuk kami
tumpangi sampai ke pulau Madura.
Rencana nanti nya teman ku itu, akan melanjutkan perjalanan lewat darat ke daerah Riau Kepulauan, via Surabaya, Jakarta, Palembang, terus nyebrang lewat Tanjung Pinang.
Ongkos kapal waktu itu, sebesar Dua
puluh ribu rupiah, sebagai ganti uang makan kami selama dalam perjalanan. Nakhoda
nya sangat baik kepada kami. Sekitar jam lima sore, kapal mulai bergerak,
meninggalkan pelabuhan senghie.
Masih sempat kulihat
semburat merah jingga diufuk barat,
Matahari khatulistiwa menjelang terbenam.
Mesjid
Sultan, seperti terapung diatas air,
Dengan pendar cahaya nya yang sulit dilukiskan
dengan kata-kata.
Hati ku seperti tertusuk
sembilu. Berat bagi ku meninggalkan tanah
kelahiran yang sangat kucintai ini. Disini
aku dibesarkan, disini aku menghirup udara kanak-kanak, disini aku dibelai di pangkuan ibu ku yang kupanggil dengan sebutan : “Mak,! “
Disini aku bersekolah, disini
aku memilik sahabat dan teman terbaik, disini aku biasa berenang, menyebrangi
sungai Kapuas, dari kopol Mesjid Sultan, ke pangkalan Senghie, dengan pelampung
sebatang kayu hanyut yang tengah mengapung,! Masih jelas kuingat, ketika bermain galasen, atau petak umpat bersama teman sebaya. Sambil belajar sepeda dengan menyewa per jam, 10 rupiah.
Tanpa terasa setetes air membasahi kelopak mataku,
Mesjid Sultan seperti terapung dari kejauhan
Tadi ketika akan berangkat,
aku hanya pamitan pada mak,
Mohon doa, aku diajak teman ku , untuk cari kerjaan.
Hanya itu kalimat ku. Sambil menjinjing tas pakaian, berisi dua lembar celana dan beberapa lembar baju.
Sempat ku lihat senyum di bibir
Mak, mungkin beliau sedikit terhibur, mendengar aku dapat tawaran kerja.
Ayah ku tidak berada di rumah, seperti biasa, beliau sedang berada entah di mana, di suatu tempat, menjalankan tugas nya, sebagai DAI yang menyampaikan apa yang ada di dada nya.
Urusan kami, seperti yang sering beliau sampaikan, sudah di serahkan nya pada Allah. Beliau menitipkan kami semua pada penjagaan Allah. Beliau mengajarkan kami, bahwa dunia tidaklah selebar daun kelor. Jika sempit hidup di suatu daerah, keluar lah, hijrah lah,!"
“Jika sempit di Timur, carilah di Barat. Jika sempit di Selatan, carilah di Utara. Jika sempit di Darat, carilah di Laut. Rezeky dan karunia allah bertaburan dan ada di mana-mana, tinggal kita saja memungut dan mengusahakan nya.” Begitu nasehat beliau pada anak-anak nya.
Ajaran itu tertanam di benak
ku. Aku meyakini, bahwa aku harus
bangkit.
Hari ini, kutinggalkan semua kenangan. Hari ini, kan ku kubur Cinta ku di dasar Kapuas. Kan kulupakan segala hal menyakitkan yang pernah kualami dan lalui.
Aku akan mengubah nasib. !!
Tekad ku, !!
Aku akan bangkit.!!
Aku akan mencari kehidupan baru disana, nun jauh di Pulau Jawa, tanah harapan yang menjanjikan. Aku siapkan jiwa dan raga untuk mengarungi samudra. Aku siapkan cita –cita dan harapan baru.
Meskipun aku tak punya bayangan sama sekali, akan seperti apa hidupku nanti di tanah rantau. Satu hal aku berkeyakinan, bahwa dimanapun aku hidup, selama aku berpegang pada nilai-nilai luhur kebenaran dan kejujuran, Tuhan akan menolongku. Allah akan membimbing langkah ku. Aku meyakini bahwa dimanapun aku, ada saudara disana. Saudaraku se iman, se agama, sesama muslim.
Masyakat pulau Jawa terkenal
lebih maju peradabanya.
Mereka memiliki kota- kota besar yang berkembang lebih
dulu dari Kalimantan.
Kenanglah aku dalam doa mu
Mereka memiliki sisa sisa peradaban kerajaan Nusantara.
Mereka memiliki lembaga pendidikan yang mumpuni. Mereka memang jauh lebih maju
dari daerah kami. Ada ribuan Pondok Pesantren di Pulau Jawa. Ada ribuan
perguruan tinggi dan universitas tersebar di seantero di sana.
Ada banyak
lembaga kursus dan pendidikan non formal, yang siap mencetak manusia baru yang mau menimba ilmu. Semangat ku berkobar untuk maju dan mengubah hidup ku.
Aku hanyut dalam lamunan,
Sambil menatap biru hamparan lautan dengan riak gelombang .
Kita memang tak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta,
Tapi kita dapat mengambil langkah untuk menjauh,
Agar cinta itu tinggal di tempat nya.
Ya,!
Aku memutuskan untuk menjauh,
Dan meninggalkan hati ku di dekat Benteng Istana.
Itulah keputusan ku, !
Dan sekarang, aku sudah ditengah lautan.
Meninggalkan semua ingatan dan kenangan jauh di daratan.
Di dekat kapal kami , dua ekor lumba-lumba bergantian timbul dan menyelam, seperti mengajak kapal untuk berlomba, dan segera sampai pada tujuan nya.
Pantulan cahaya mentari masih kelihatan di atas permukaan laut sebelah barat. Bendang merah “Sunset,” menciptakan gradasi warna indah luar biasa ketika matahari akan terbenam sempurna, menyiratkan keindahan diatas samudra
Dalam hati ku tersirat kekaguman
Kepada Sang Maha Pencipta,
“Subhanallah,!” Maha suci Engkau !
Di dekat kapal kami
segerombolan lumba - lumba
timbul dan menyelam
"TERLALU DEKAT"
Mungkin aku padamu sudah terlalu dekat
Hingga Cinta dan kasihku tak lagi dapat kau lihat,
Coba saja dekatkan sesuatu tepat di mata mu
Bukankah tatkala menjadi tak berjarak
Engkau tak bisa lagi jelas melihat ??
Mungkin Cinta ku pada mu terlalu kuat
Hingga tak bisa lagi kau dengar gemuruh nya
Ya, suara nyaring luar biasa diteriakkan di telinga
Tak akan lagi bisa kau cerna
Maka, apakah untuk bisa kau lihat
Aku harus selangkah menjauh dari mu
Dan untuk bisa kau dengar
Haruska aku kurangi gemuruh Cinta di dada ku??
Apapun itu
dari tengah lautan
diatas kapal
diantara deburan ombak
Izinkan aku malam ini
Berbisik lembut di telinga mu
Lewat desau angin malam
Dan berucap lirih
AKU MENCINTAIMU..."
Cinta terhalang jarak yang jauh - Rheina