##Kusujudkan Cintaku di Mesjid ”Sultan Abdurrahman”
Nelangsa - Nidji
Pertengahan tahun dua ribu
sebelas,.......
Hari baru pukul tujuh pagi,
ketika aku bangun dan begegas mandi.Setelah Sholat subuh tadi, aku memang tidur
lagi. Hari ini, aku akan terbang ke Ponty.
Menjenguk ibuku, dan memohon doa dari beliau. Tadi
malam, koper ku sudah kusiapkan. Dari apartmen, aku mencegat taksi, minta di antarkan ke stasiun Gambir. Disitu ada
Bis Damri jurusan Bandara Soekarno – Hatta.
Pesawat ku jadwal nya jam
sepuluh pagi.
Jakarta- Pontianak.
Sekitar jam Sembilan, aku
sudah sampai di Bandara Soekarno- Hatta. Setelah Chek In, sekarang aku sudah
duduk di ruang tunggu dalam. Panggilan Boarding terdengar dari pengeras suara,
kami semua segera naik ke pesawat Lion Air, yang akan mengantarkan kami ke
tempat tujuan. Tak terasa, satu jam lebih perjalanan,
Terdengar suara dari
pramugari memberi kan pengumuman,:
“Para penumpang yang
terhormat, sebentar lagi kita akan segera mendarat di Bandara Supadio
Pontianak, Ibu Kota Kalimantan Barat, Waktu sekarang menunjukan pukul sebelas lewat tiga puluh menit, tidak ada
perbedaan waktu antara Jakarta dan Pontianak.
Silahkan anda tetap di tempat duduk, mengenakan sabuk pengaman, melipat meja, menegakkan sandaran kursi, sampai nanti pesawat ini berhenti dengan sempurna di tempat nya. Handphone dan perangkat elektronik lain nya, harus tetap di matikan, sampai anda berada di ruang tunggu Bandara, trima kasih telah terbang bersama kami, Lion Air, dan sampai bertemu lagi dalam penerbangan kami berikut nya,” Suara Pramugari terdengar lembut bersahabat, mengantarkan pesawat ku mendarat.
Silahkan anda tetap di tempat duduk, mengenakan sabuk pengaman, melipat meja, menegakkan sandaran kursi, sampai nanti pesawat ini berhenti dengan sempurna di tempat nya. Handphone dan perangkat elektronik lain nya, harus tetap di matikan, sampai anda berada di ruang tunggu Bandara, trima kasih telah terbang bersama kami, Lion Air, dan sampai bertemu lagi dalam penerbangan kami berikut nya,” Suara Pramugari terdengar lembut bersahabat, mengantarkan pesawat ku mendarat.
Tunggulah Aku di persimpangan hati Mu
Dada ku berdebar hebat,......
Dari udara, terlihat kota ku yang sudah banyak
berubah. Deretan bangunan terlihat merata dimana-mana. Tak pernah terbayang,
dulu nya, aku bisa terbang. Aku yang
hanya anak orang biasa untuk beli tiket pesawat adalah termasuk barang mewah bagi kami yang hidup sederhana, bahkan untuk sekolah pun harus membiayai
diri nya, sekarang datang naik pesawat
terbang. Subhanallah!
Pintu pesawat terbuka, para penumpang turun dengan tertib
satu persatu, menelusuri tangga. Aku turun dan menunggu koper ku di tempat
bagasi. Sekitar sepuluh menit, koper ku sudah ditangan, aku keluar dari ruang kedatangan Bandara Supadio
Pontianak. Segera kucari taksi, dan minta diantarkan ke rumah adik ku di daerah
Pontianak Utara.
Sepanjang perjalanan, mata ku
tak lepas menyapu tiap sudut kota, yang
sudah banyak berubah, dan tak ku kenali lagi. Bangunan baru di mana- mana.
Kota Pontianak dari Udara
Kemaren,
Aku sudah menelfon
adik ku, agar menjemput ibu ku, (Mak),
dan menunggu ku di rumah nya.
Sekitar satu jam perjalanan, aku tiba di tempat
tujuan.
Ibu ku menyambut ku di depan
pintu. Segera kucium tangan dan kening beliau, lalu ku peluk dengan erat,
pundak nya. Adik bungsu ku, terlihat berkaca-kaca mata nya .Dia segera mendekati ku, mencium tangan ku, dan
ku balas dengan memeluk dan mencium kening nya.
Kami melepas rindu dengan penuh
rasa haru.
Ini adalah kedatangan ku yang ketiga
kali nya. Yang pertama tahun Sembilan puluh Sembilan, yang kedua sekitar dua ribu dua, dan sekarang tahun dua ribu sebelas, setelah sekitar sembilan tahun kemudian, aku baru datang kembali.
Beda nya , biasa nya aku naik kapal
laut, dan baru sekarang naik pesawat terbang, Alhamdulillah ya Allah, syukur ku
tak berhingga Pada Nya.
Jembatan Kapuas Satu - TribunNews channel
Sudah tiga hari aku
di kota ku,.....
Pontianak maju luar
biasa.Hotel, café, restoran, sekarang ada di mana-mana. Warung kopi berderet di
sepanjang jalan Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol, Jalan
Penjara, (KH.Wahid Hasyim), Jalan Merdeka.
Di Jalan Gajahmada, situasi nya
sudah mirip Pecinan Surabaya, atau mirip PLuit di Jakarta. Hotel –hotel
dimana-mana, Bangunan megah berjejer
rapi dikiri kanan nya. Malam hari, banyak pedagang kaki lima menggunakan tenda,
menjajakan dagangan mereka, berupa makanan dan minuman.
"Mungkinkah Terjadi ,"
Kawasan yang dulu ku kenal
sebagai bioskop PT ( Pontianak Theater),
sudah berubah juga. Simpang tiga itu terlihat rapi sekali. Di depan nya, Gereja
Katedral berdiri dengan megah.
Kawasan PSP, lapangan sepak
bola, ,- dulu kami biasa jogging di sini, jam lima pagi sampai jam tujuh,-
juga sudah rapi dan tertib. Di sebelah nya, berderet toko menghadap
kejalan berseberangan dengan pasar Sudirman. Di pojok jalan, ada Matahari Mall.
Kota
Pontianak terlihat tertib , bersih, dan rapi sekali.
Tak kalah dengan kota besar di Jawa.
Di persimpangan empat jalan
Cemara, jalan Ahmad Yani baru dan lama membentang dua arah. Ada Pontianak Mall disana, kawasan
pertokoan modern mirip CITO ( City Of Tomorrow ) di Surabaya. Jalan ini
menghubungkan Bandara Supadio dengan pusat kota.
Persimpangan Jembatan Kapuas
satu juga tak kalah megah nya. Ada hotel Garuda berdiri di sudut nya, sederetan dengan
Pasar Flamboyan, - dulu aku biasa ngembun disitu, (Ngembun = begadang), bersama
beberapa teman ku, sampai pagi, sambil jualan durian,- sekarang terlihat rapi.
Kedua Ortu Ku
Di simpang dekat UNTAN (
Universitas Tanjungpura), ada tugu bambu runcing yang bagus sekali. Tugu Digulis nama nya. Kemaren aku
juga melihat, Tugu Khatulistiwa, kawasan Pall empat,- dulu sebutan nya begitu,-
berdiri megah di tengah jalan arah ke luar kota, Ke Mempawah.
Taman Digulis - Evi Bong Channel
Semua sudut dan
jengkal tanah sudah terisi. Toko, Ruko, Rumah, bertaburan di mana-mana. Luar
biasa. Gumam ku dalam hati.
Hari ini aku memang diajak berkeliling
kota bersama teman ku semasa remaja dulu, yang sudah cukup mapan dan sukses
sekarang. Dengan menggunakan mobil Sedan Honda Jazz Silver nya, kami
berkeliling kemana saja, semua tempat yang kusebut dan ku ingat di antarkan nya.
Jogging Track -
Guidofamula Channel
Kami kemudian parkir di rumah
makan Beringin, memesan menu khas nya, dan
makan siang disana.
Selesai makan kami mengobrol
hangat. Sahabat ku ini tak banyak berubah. Dia tetap sahabat ku, seperti yang
kukenal sebelum nya. Sambil bercanda, dia sempat bertanya, :
Kota Pontianak, 2019 - Water front area
” Ape gak kabar
orang kite tu,?”
Aku sedikit kaget dan
tertawa renyah.
”Tak tau ana, !”
Jawab ku menyembunyikan wajah yang mungkin
sedikit berubah merah, dengan mengeluarkan sapu tangan dari kantong celana, dan
mengusap muka.
Hamparan Gertak
( Jembatan Kayu )
sekarang di corr semen,
Sepanjang pinggiran Kapuas
Sepanjang pinggiran Kapuas
Sampai jam dua siang, kami
berpisah.....
Aku minta di turunkan di Pasar Sudirman, dan mencari warung kopi, menelfon
sahabat ku satu nya, lalu nongkrong disana, sambil menunggu kedatangannya.
Pontianak dari Udara - Raja Drone ID Channel
Baca Juga :
https://duababterakhir.blogspot.com/2019/10/3.html
Baca Juga :
https://duababterakhir.blogspot.com/2019/10/3.html