Kamis, 28 April 2016

Bab.XII.hal.51 # Mungkinkah Ada Cinta di Dada nya?

## Adakah Cinta Yang Sama di hati nya?

     Jakarta tahun 2011





Kutarik nafas dalam-dalam, sebelum menjawab pertanyaan nya.

“Alhamdulillah sehat jak, anak dua, sekarang age di Jakarta,!”  jawab ku dengan perasaan tak menentu.

 Kami mengobrol sekitar sepuluh  menit. 

Sebelum telfon ku tutup, Aku tanya kan,: 

" Apakah aku boleh menelfon lagi lain kali,?"

 "Boleh,  asal jangan malam hari, sebab keluarga nya berkumpul semua di rumah,"  jawab nya 

" Nanti  ana telfon lagi, kalau ada waktu luang, di sela –sela kesibukan, " kata ku, sebelum menutup sambungan.




Malam ini, 
aku duduk di Cafe di kawasan Kemang


       Malam ini aku duduk di CafĂ© sekitar kawasan Kemang Jakarta  Selatan. Sambil mengobrol ringan dengan beberapa rekanan. Segelas kopi hangat cappuccino ditemani sepotong cake coklat bertabur kacang, tersaji di depan ku. Seorang pelayan mendekati ku, melempar senyum, dan dengan sopan menyapa ku,: 

” Mau reques lagu pak?”

Sejenak aku berfikir, lalu ringan ku sebutkan judul lagu nya, : 

“Tolong putarkan saya lagu Rafika Duri ya, yang lama, judul nya, “Tirai”,  pinta ku . Sambil menyedot rokok di tangan , dan melempar senyum untuk pelayan yang baik itu.




Lagu Tirai - Rafika Duri


"Baik  pak,! 

Si pelayan menggangguk hormat, dan berlalu."
Perlahan musik mengalun lembut, suara  Rafika Duri terdengar syahdu di telinga ku,;

“Kita telah bersama,
 sekian lama dalam cita cinta
Namun tiada jua, rasa saling itu, se ia sekata,….

Selayaknya kau coba, 
menyibakkan tirai kasih kita
Begitu jauh, kurengkuh hati Mu, 
di seberang jalan Ku ,…

Reff :
Lelaaah,   lelah hati ini, 
menggapai   hati mu, tak jua menyatu
Lelaaah,   lelah hati ini, 
bagaimana, kelak  ku akan, melangkah, 
Di sisi Mu,”

         Sambil memejamkan mata, kuresapi bait –demi bait syair lagu itu. Perlahan  ingatan ku  kembali menerawang! Lagu Rafika Duri yang sempat populer sekitar tahun delapan puluhan itu, masa dimana aku masih remaja dulu, seperti menarik ku ke lorong waktu masa lalu, masa aku masih di kampung ku. 

Lalu perlahan, semua melintas begitu saja seperti slide di kepala.


       Kenangan masa silam terbayang kembali di pelupuk mata. Sungai Kapuas terbentang, Mesjid Sultan Abdurrahman  di saat senja, teman-teman kecil ku,  masa  sekolah dulu, Istana Kadriah, kampung halaman ku, Ibu ku, saudara ku, adik-adik ku, kerinduan  untuk pulang tiba –tiba menyentak dada! 



Luapan kemarahan Zainudin kepada Hayati- 
TKVW Channel


        Kerinduan seorang putra rantau kepada kampung halaman nya yang dulu ditinggalkan , yang dulu ingin dilupakan nya, yang dulu ingin di hapus nya dari ingatan, selamanya. Tapi apakah mungkin? 

Mampukah ia melupakan kenangan masa kecilnya ketika berenang di sungai dangkal di dekat rumah nya, atau ketika bermain petak umpat ( tapok - tapok,: bahasa setempat ) dulu bersama teman sebaya nya? 

Mampukah ia melupakan gelak tawa yang bergiang ditelinga,  ketika ia melihat foto Mesjid Sultan, atau gambar Sungai Kapuas yang begitu lekat dalam kehidupan nya?  

           Tempo hari sekitar tahun sembilan belas sembilan puluh sembilan, aku sempat pulang dua minggu. Itu adalah kepulangan yang pertama kali nya. Kemudian sekitar dua ribu dua, dan sekarang? Sudah dua ribu sebelas? Sudah sembilan tahun berlalu?  Akkh, begitu cepat waktu, gumam ku dalam hati. 



Cafe di Kemang - Koala Video Channel


         Di hati ku muncul perasaan yang sangat kuat. Kerinduan, ya!, rasa rindu. Aku rindu kampung ku, aku rindu ibu ku, aku rindu teman ku, sahabat ku,  apa kabar mereka semua sekarang?

Ku putuskan aku akan berkunjung  segera  secepat nya ke Ponti,  jika ada kesempatan  dalam waktu   dekat ini.

 Selain menemui ibu ku, tentu nya aku berharap juga bisa bertemu dengan “ Si Dia ,” nanti nya.

        Malam ini sebelum terlelap, aku sempat coba menganalisa suara nya yang ku dengar dari dua kali pembicaraan singkat kami. Suara nya begitu ceria, begitu gembira, begitu bersemangat ketika kami berbicara via telfon. 




Meeting in Jakarta - Gambar Ilustrasi


          Terdengar seperti orang yang sangat bahagia, seperti suara orang yang baru saja menemukan sesuatu yang telah lama dicari, yang telah lama hilang? 

Apakah mungkin Dia juga merindukan aku? Apakah mungkin, dulu nya,  Dia juga pernah mencintai ku? Apakah semua sikap nya dulu,  hanya bagian dari upaya nya menyembunyikan sesuatu? Tapi apa?     

 Nada bicara nya begitu bersemangat, menggebu - gebu dan terkesan Dia ingin bicara lama serta panjang lebar dengan ku. Apakah artinya itu? 

Di balik suara nya , aku merasakan seperti  ada sesuatu, apakah itu? 

Apakah sebenar nya dia menyimpan harapan yang sama besar nya dengan harapan ku? Apakah ada rasa cinta dan kehilangan di hati nya sebagaimana yang aku rasa? 
  





Gambar Ilustrasi



Apakah dulu dia pernah mencintai ku?

         Apakah dulu Dia pernah berupaya mencari ku? Setelah sekian lama, apakah mungkin Dia sampai pada satu keputusan,  membuka rahasia hati nya? Rahasia yang di simpan nya puluhan tahun, tertutup rapat dan tak di ketahui oleh siapapun itu, termasuk Aku?

  Aku coba menerka - nerka jalan fikiran nya. 

Masih jelas dalam ingatan ku, 

       Ketika pernah suatu ketika sambil mencuri pandang kearahnya, dari samping, sempat kulihat seberkas senyum mengembang dibibirnya, saat ketika kutanyakan : " Akan kemana kita melangkah?" . Ia tak menjawab pertanyaan itu, dan senyum nya barangkali merupakan jawaban buatku? 

      Karena dulu jika kami bertemu, kami memang lebih banyak diam dari  pada bicara. Kami hanya duduk berdampingan, sesekali aku mencuri pandang di sebelah ku. Dada ku terasa longgar, hatiku seperti mekar, tak ada kata yang sanggup ku ucapkan. Tak ada kalimat yang sanggup aku sampaikan. 

Ketika bertemu pandang, kami hanya saling tersenyum, dan itu cukup membuat jantung ku seperti berhenti berdetak. 

Apakah ia juga merasakan hal yang sama?  

      Ketika kami berduaan, sering aku ingin memegang tangan nya, tapi niat itu ku tahan dan ku pendam. Sampai kami berpisah langkah, hanya sekali aku pernah menggenggam  tangan nya dengan segenap rasa.

 Genggaman itu masih teringat di kepala, sampai hari ini. Seakan masih ku rasakan jemari nya di celah - celah jemari tangan ku. Begitu halus, begitu lembut, begitu berkesan. Akkh, Cintaku 







Kasih - Hetty Koes Endang
Baca Juga : 


Sampai hari ini, Aku penasaran dan ingin tahu , siapakah yang pernah di cintai nya tempo hari sebelum ia menikah? 


            Apakah Dia menikah dengan lelaki yang lebih baik dari ku? Lebih tampan, lebih kaya, lebih mengerti agama , dan lebih segala nya di banding aku? Siapakah  yang dipilih nya? Apakah Ia mencintai nya? Apakah Ia di jodohkan?

   Jika  misal nya ternyata kami  masih saling mencintai, apa yang dapat dilakukan. 


     Bukankah dimata masyarakat, ketika seseorang mengambil seorang wanita yang sudah menikah dari lelaki yang telah menikahinya, dianggap tidak sah dan suatu pelanggaran?  

Pernahkah masyarakat berfikir  bahwa seseorang yang mengambil kekasih hati  orang lain dan menguasai jasadnya dengan selembar surat nikah, bahwa perbuatan itu juga tidak sah?  


         Hukum mana yang lebih tinggi?  Apakah rasa cinta yang di anugerahkan oleh sang maha cinta, atau  selembar surat nikah yang dibuat oleh KUA?   

Lalu apakah seorang wanita boleh memperjuangkan cinta nya, atau Ia harus menunggu "cinta" itu dalam bentuk lamaran seorang lelaki asing yang harus dipanggil nya dengan sebutan suami? 

          Pernikahan selalu ada disekitar kita, baik itu sukarela atau terpaksa. Sementara cinta hanya ada dalam film, buku, novel, kisah, sastra, drama, sinetron - cinta tak wujud sebagaimana pernikahan,- Manakah sumber kehidupan sebenarnya? 

Apakah jasad yang dibelenggu dengan surat nikah, atau hati yang mencintai, yang bisa jadi tak tertulis nama suami atau istri nya disitu? 

 Apakah yang tak wujud dianggap tak ada? 

        Bukankah Tuhan juga tak berwujud? Nafas, ruh, akal, angin, oksigen, - yang tanpa nya kita tak dianggap hidup,-  juga zat yang tak  bisa diraba, dilihat,? 

Jadi siapa yang lebih berhak dianggap suami atau istri, jika hati mereka berkata, kutunggu kau di pintu sorga? 

Mereka mungkin tak menikah di KUA, tapi hati, fikiran, ruh, akal, mereka telah menikah di alam tak kasat mata, di sorga. 

Seribu satu pertanyaan bergayut di kepala ku, 

Hingga  Aku terlelap dan tertidur. 



Gambar Ilustrasi





Dalam mimpi aku melihat nya,..........

            Mengenakan baju putih lengan panjang dibalut celana jeans senada. Memakai jilbab cerah berbunga - bunga aneka warna.  

Kami makan bersama di suatu meja panjang dengan beberapa teman yang lain, di suatu tempat di pinggiran sungai Kapuas di tanah dan negeri asal ku.     

Dia masih tetap cantik seperti yang ku ingat. 

         Sesudah nya kami sempat  naik semacam perahu wisata, malam itu  berlayar menyusuri sepanjang sungai kapuas. Dan seperti biasa, kami tak sempat bertegur sapa, aku hanya melihat nya dengan kerinduan yang membuncah, dan Dia hanya melihat ku. 

Tadi ketika Dia datang, kami sempat bersalaman. Aku merasakan telapak tangan nya yang dingin seperti es. Apakah itu suatu pertanda bahwa Dia menyimpan sesuatu untuk Ku? 

             Ketika akan berpisah, aku sempat memegang lengan nya dan mengajak nya berdiri sejajar, untuk membandingkan tinggi tubuh nya dengan tubuh ku. Dia hanya tersenyum, dan aku juga hanya tertawa kecil. 

Moment singkat itu terasa begitu nyata, sebelum aku mendengar alarm dari Hp yang ku setel untuk bangun jam : 04.30 guna melaksanakan sholat subuh.    




Gambar ilustrasi