Jumat, 29 April 2016

Bab.XII.hal.54 # Bertemu Untuk Berpisah

###, Bertemu untuk berpisah, Pontianak 2011



 Pertemuan  Ulay dan Marina, 
setelah 40 tahun terpisah
1970  - 2010 



Ketika rindu menemukan bentuk
dan mendekap ku 
Terasa hangat bak pelukan ibu
akankah sebuah kisah  menjadi lengkap?

Kata hati   dan  suara jiwa
bercerita tentang  cinta  lama 
Kasih yang tak sampai
Apakah waktu dapat mengubah mimpi?

Rindu yang lama hanyut di tengah laut
Diantara  ombak dan angin kencang
Bak temukan pulau terdampar

Cinta, 
adakah ia hanya segurat rasa?

Waktu telah menyeret kita
Menjauh dari pantai harapan

Dan  kini, 
ombak mengantar nya mendekat 
Mungkinkah kugenggam jari jemari mu? 

 sekali lagi?
Dan,  Sekali lagi
Takdir menutup pintu nya
Memisahkan  dua hati yang meronta - ronta


Gambar Ilustrasi




Sambil nongkrong di warung kopi, iseng kutelfon Dia,..... 

“Salam alaikom,” sapa ku pada nya.


“Kom Salam, ape di buat,?” tanya nya.


“Ana age nongrong di warung kopi Sudirman, depan PSP, dekat Matahari Mall,” jawab ku sekena nya.


“Haa,? Benarlah,?” tanya nya setengah tak percaya. 


”Benar!”,   jawab ku meyakinkan nya.


“Bile datang?,” 


“Udah tige hari dah,!” jawab ku pula.”Besok ana balek,
Jadi camane, boleh ndak kite ketemu,?” tanya ku.


“Kame takot,” jawab nya.


“Tak ape ape, asal ditempat ramai dan terbuka, kite kan bukan budak-budak age,?”  kata ku pula.


Setelah berdialogh cukup lama, 


  Aku mampu meyakinkan nya, tidak akan terjadi apa-apa, jika pun  kami bertemu. Akhirnya kami sepakat untuk berjumpa keesokan hari nya, jam satu siang untuk makan bersama, 


Di Ramayana ,  jalan Imam Bonjol, daerah Kampung Kemboja.




Gambar Ilustrasi



Malam ini aku tak bisa tidur. 


   Ingatan ku menerawang  jauh  kemasa silam. kenangan tentang nya kembali memenuhi  benak ku. Masih jelas di pelupuk mata, ketika Ia mengenakan seragam putih biru, berjalan ke kantin, lewat di depan ku, tersenyum manis, dan sempat menyapa, ;


” Tak ke kantin ke?,”Dengan senyum khas nya.


Gelagapan aku menjawab,:” Eh, Oh, Anok, maseh nunggu kawan!,” dengan badan gemetar, panas dingin, salah tingkah!"



Hari ini adalah hari pertemuan kami.......,


     Sudah sekitar dua puluh tujuh  tahun aku tak bertemu dengan nya. Sejak selesai SMP, sekitar tahun sembilan belas delapan empat. Ketika kami melanjutkan ke SMA yang berbeda waktu itu.


 Sudah tiga puluh tiga tahun, aku mencintai nya, sejak pertama melihat nya, sekitar tahun sembilan belas tujuh puluh delapan, ketika ia masih kelas tiga sekolah dasar, melintas di depan SD.18. Saat kami masih sama -sama menjadi bocah. 


   Jam sebelas siang aku sudah menyiapkan diri. Kukenakan kemeja terbaik yang kupu nya.  ku rapikan kumis dan rambut ku, yang satu dua sudah mulai memutih itu. Ku semprotkan farfum ke tubuh ku, aku merasa  segar dan percaya diri.


Ku starter sepeda motor Mio yang  di pinjamkan sahabat ku  untuk kugunakan selama disini. Ketika turun dari jembatan Kapuas Satu, waktu sudah pukul  dua belas Lebih lima puluh menit.  Akhh, aku mungkin terlambat,  gumam ku.


 Ketika selesai memarkir sepeda motor, di areal parkir Ramayana,  handphone ku  berdering di saku kemeja.


“Dimane?”  terdengar suara nya bertanya.


“Ana baru sampai nih, udah di tempat parkir, kite nak makan dimane,?” tanya ku.


“Di KFC jak, !” kata nya. ”Oke!”, jawab ku, sambil menutup Hp.


  Aku segera berputar kedepan, masuk dari pintu utama yang menghadap ke jalan raya. Di sudut kanan, Terlihat gerai KFC , tepat di depan sebelah kiri bangunan Ramayana Imam bonjol .



Dia duduk sendiri,....



   Ketika pintu ku dorong, mata ku mencari sesosok wajah, yang aku sudah tak punya gambaran seperti apa rupa nya. Pakai baju apa, bersama siapa, dan berkerudung atau tetap tanpa penutup kepala?  Memakai sedres atau celana panjang seperti biasa?


Mataku tertumbuk pada sesosok wanita di sudut meja, yang sedang menunduk memencet-mencet tombol hp nya. Dia duduk sendiri!


“Salam alaikum, “Sapa ku pada nya.” lama ke nunggu,?’ tanya ku lagi


 Dia mengangkat muka, sejenak mata kami bertumbukan, dan tubuh ku mendadak bergetar rasa nya. Tulang ku seperti  lolos dari rangka nya.  aku hampir tak sanggup berdiri lagi. Cepat ku sambar kursi, dan ku dudukkan tubuh ku, tepat dihadapan nya.




kami hanya di batasi meja,...


Kami hanya dibatasi meja......


  Rupanya rasa ini tak mampu ku tutupi. Aku masih sama seperti yang dulu, tiap kali bertemu dan melihat nya. Menggigil dan gemetar!


 Kurasakan badan ku panas dingin,  jantung ku berubah cepat getaran nya.  Sekitar sepuluh menit, kami tak mampu bicara. Untunglah dia cepat mengambil alih situasi, dan menggeser kursi, sambil berkata,:


“Kite nak pesan ape nih,?” ,:  


Suara nya di telinga ku terdengar bak suara biola , bunyi nya.


Aku tersentak seperti baru tersadar,


 “ Pesan ape jak, ana ikot Ente jak,!”  


kata ku tak mampu mengatur kata. 


Dia hanya tersenyum tipis, dan berkata lagi,:


 ” Paket jak ye,?”  lanjut nya. 


“ He e, !,” jawab ku 


 Sambil berdiri dan mengeluarkan dompet, serta meletakkan selembar seratus ribu diatas meja. Dia meninggalkan tempat, menyambar uang yang ku siapkan, dan berdiri mengantri   di depan meja pesanan.  


    Aku masih menunduk, meremas remas tangan,   dan menyambar selembar tissue, mengelap  muka ku, sekedar menutupi malu.




Gambar Ilustrasi  


Perlahan  kenangan masa lalu yang mengharu biru hidup ku 
melintas lagi di pelupuk mata.


 Pernah aku  melihat nya , ketika aku sedang berjualan di pasar Sudirman, Dia bersama beberapa teman nya sedang berjalan ber iringan  sambil tertawa renyah, memperlihatkan lesung pipit nya.  Sedang aku dengan setengah malu, bersembunyi di balik meja,  agar tak terlihat oleh nya.


 Ada lagi waktu itu,  aku melihat nya tengah berboncengan sepeda motor dengan seseorang, sementara aku sedang mengayuh sepeda pancal. Aku menolehkan kepala, untuk melihat nya ketika berpapasan dengan ku, dan ketika aku berpaling melihat ke depan, sepeda ku sudah di pinggir jalan. 


Aku basah kuyup jatuh ke selokan.


   Ketika dalam suatu acara , kami sempat bertemu dan berkumpul dengan beberapa teman. Hanya saja, kami tak saling bicara, sementara kami bercanda dengan teman lain nya, aku tak berani mendekati nya.  Aku hanya melihat nya,  dan  Dia hanya melihat ku.  Kami hanya bertatapan, jika kebetulan bertemu pandang.  Sampai selesai acara, kami tak bertegur sapa.  


Aneh nya,  aku merasa sangat bahagia?


Tanpa sadar aku tersenyum, dan tersipu sendirian,


“Ngape ketawa sorang,?”; 


Terdengar suara nya  yang sudah datang  membawa baki hidangan.


“Tadak, cume ingat kenangan jak bah,”  jawab ku singkat.


Kami kemudian makan bersama, 


   Dengan suasana yang sudah agak mencair, dan mulai mengobrol banyak hal. Dia bercerita bahwa sekarang sedang mempersiapkan acara maulid  untuk kelompok pengajian nya.  Rencana nya nanti  akan mengundang pembicara dari Jakarta. Aku menanggapi dengan hangat, diselingi komentar singkat.


Se sekali kami tertawa.   


  Aku melihat deretan gigi putih nya yang rapi, masih lengkap, dan lesung pipit itu, masih tetap memikat. Tuhan, gumam ku dalam hati, mengapa aku tak di takdirkan hidup dengan wanita ini?  


Padahal kami saling mencintai ?




Ketika Ulay,  memeluk kekasih nya, Marina,
 setelah 40 tahun terpisah


     Obrolan kami berhenti sejenak, ada panggilan masuk di Hp ku, rupanya tamu pelanggan ku dari Hongkong  sudah tiba di Jakarta. Aku berbicara dengan tamu ku, dalam bahasa Inggris Amerika. 


Setelah telfon di tutup, kami lanjut mengobrol.


“Nyamanlah ye, Ente udah jadi pengusaha sekarang,” 


kata nya, disela-sela obrolan kami.


“Alhamdulillah, ini ana maseh merintis gak, cume keliatan nye mau jalan, doekan ana ye,?” sahut ku


“Duh cinta ku,! Gumam ku dalam hati.


    Andai kau tahu, betapa hidup ku sangat menderita karena mengenal mu dulu. Sekira nya mampu, kan kuputar waktu, dan tak pernah kulihat kamu, dalam seragam putih biru, yang hadir ditiap mimpi ku.  Sekira nya bisa, aku ingin kamu selalu ada, dalam tidur dan jaga, Mungkin kah?,”


“Ente mikerkan ape,?” suara tanya nya, menyadarkan lamunan ku.


“Eh, Endak ade, cume mengenang cerite kite dolok ,?”, lucu kalau diingat ye,?” jawab ku , mengelak


“Yang mane bagian lucu nye,?” kata nya lagi


   “Awak ingat ndak, kite menjelajah pramuka, sampai bagian harus  nyebrang paret dengan care merayap, ana bilang kamek tak tau carenye kak, cobe kakak tunjukkan carenye lok. Dan kakak Pembina kite tu, merayap dari tepi paret, masuk kepala dulu kedalam paret tu, menyelam, timbol, muke nye penuh kena caer, belepotan, baro kite ketawakan die ramai-ramai,!”


 ha,ha ha, kami tertawa bersama. 



Gambar Ilustrasi



"Ngape tempo hari tak pernah datang ke rumah? " tanya nya.


 Setelah sejenak jeda.


Aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa. 


 " Waktu SMA, kamek sering merasa kadang Ente datang menunggu saye balek di luar sekolah. Berharap bahwa kite bise ngomong, dan meluruskan salah faham berkepanjangan ini. Tapi Ente tak pernah datang. Kadang waktu kite ketemu di speed boat, kamek berharap Ente mendekat, dan menyapa, serte menegur saye. Ente tahu ndak? " tanya nya.


"Ape?" tanya ku.


 "Waktu itu, kalau ketemu Ente, kamek rase nye nak menjerit, kesinilah bodoh,!' Die tak tau kite nih rindu," kata nya. Dengan bibir bergetar sambil berusaha tersenyum. Kulihat ada tetesan air bening menggantung di kelopak mata nya.


Aku hanya terdiam. 


Dadaku terasa perih melihat luka yang menggantung dimata nya. Ingin rasa nya kugenggam tangan nya, dan berkata :" Maafkan aku cintaku. Aku memang tak sanggup bergerak dan berkata, jika berhadapan dengan Mu. Seluruh tubuhku seperti mati rasa, lemas tak berdaya". 


Cukup lama Kami  terdiam, dan hanya saling menatap penuh kerinduan. 


 Tanpa kata. Tanpa suara. Begitu saja. Waktu terasa berhenti disekitar kami. Hingar bingar dan bising suara seperti  hilang dari telinga. Hanya ada kami ditempat itu, sunyi ditengah keramaian.  



"Ngape tak  nulis surat?" tanya Ku. 


  "Saye nih bise nye nyanyi, bukan buat puisi. Kamek tak bise nulis surat. Make nye tak pernah balas surat Ente. Kamek lebih suke ketemu  langsung dan bicare dari hati ke hati. Tapi itulah, kalau ketemu Ente, kaki ni tak bise melangkah, dade langsung terase saket, badanpon lemas, macam nak pingsan.  Kamek pon tak tau nak ngomong ape. Hilang semue kate - kate yang ade di kepala," jawab nya sambil menunduk dalam.


 Kali ini dadaku terasa makin sakit, dan nafasku mulai tersengal - sengal.


  Kusambar gelas minuman diatas meja yang masih tersisa setengah. Cepat kukeluarkan tissue lalu mengelap muka yang mulai berkeringat dingin. Sekuat  tenaga kutahan desakan gemuruh jiwa yang rasanya ingin menjerit atau menangis di hadapan nya.


   Jika saja bukan ditempat  umum, mungkin aku  akan berdiri, merangkul dan memeluk nya dengan erat saat itu. Ingin kucium keningnya dengan penuh cinta, rindu, kehilangan. Dan kutatap mata nya, lalu kuusap air mata yang menggantung di sudut bola mata itu. 


Tapi itu semua tidak kami lakukan. Kami hanya duduk berhadapan, terpaku di kursi masing-masing. Terdiam. Membisu.  Membeku. Kami  sama-sama menahan sesak yang terasa menghimpit dada.  


   Mungkin hal inilah yang kami takutkan, jika kami bertemu bukan ditempat terbuka. Kami  takut lepas kendali. Kami takut tak sanggup menahan diri. Kami takut dengan tarikan jiwa kami. Kami takut berdekatan dan kami takut gagal mempertahankan kesucian cinta ini.     



Gambar Ilustrasi



Sekitar satu jam kami berbincang dan bertukar cerita,


Sampai akhir nya tanpa terasa, kami harus berpisah.   


  "Jadi Ente mau bantu berape, buat acara  kamek  nanti?" tanya nya. 

 
  Sambil membongkar - bongkar tas jinjing nya, dan mencari sesuatu, mungkin daftar les penyumbang, fikirku. 


Aku merogoh dompet, meletakkan dua lembar pecahan seratus ribuan di atas meja, sambil tersenyum menatap nya.


"Ini buat Ente, jangan buka disini, nanti jak bace nye, kamek malu, " kata nya sambil tersipu, dan menyodorkan amplop putih kecil, bertuliskan nama ku di atas nya. 


        Cepat kusambar dan kumasukkan ke saku kemeja, 
         tanpa tanya dan komentar apa - apa. 


"Udah ke?" tanya nya lagi. 


Aku hanya mengangguk kecil, tak tau harus bicara apa.  



 Aku mempersilahkan Dia untuk meninggalkan ku  lebih dulu, agar aku dapat menenangkan diri ku. Dia mengangguk setuju, dan menggeser kursi nya, mengambil  tas  jinjing nya, lalu meninggalkan meja.


“Kame dolok ye,?” Salam alaikum,!” pamit nya pada ku.


   Sempat kulihat mata nya berubah sayu, dan Dia menarik nafas panjang. Sebelum menghilang dibalik pintu keluar.  Aku terpaku seperti patung, tak bisa bergerak, padahal, sebetul nya aku masih ingin duduk dan bercengkrama dengan nya lebih lama,  jika bisa.


Ingin kutahan dan kupegang tangan nya, lalu ku katakan,:


” Hanya satu jam kah waktu kita, ?”


 “Padahal kita telah berpisah hampir tiga puluh tahun? Tak boleh kah kita bertemu lebih lama, menumpahkan  kepedihan , kerinduan,  siksa batin yang kita tahan, dendam  jiwa yang mencari belahan nya, yang telah pergi menyebrang samudra, karena tak mampu membaca pesan hati seorang wanita?”


Tak bolehkah kita duduk berdampingan, berpegangan tangan, menyalurkan  kepedihan ,? Kepedihan karena kehilangan separoh hati yang harus kujalani selama ini?


Tak bolehkah kita saling bertatapan, tanpa kata, tanpa suara, hanya getar jiwa bergemuruh membahana melantunkan lagu cinta, seperti kisah- pertemuan Ulay dan Marina?  


Tak  bolehkah ?




Tere  Liye : Ost Veer Zara



Dadaku terasa perih! 


         Ada mendung bergayut di hati. Kekosongan itu kembali terasa. Meski selama ini hanya derita dan sakit yang aku rasa, tapi karena  pada akhirnya aku tau bahwa Dia juga mencintaiku, rasa sakit ini bagiku terasa merupakan berkah.


 Meski sudah sangat terlambat, tapi aku berterima kasih padanya, pada hati yang telah menyimpan separoh hati ku. Terima   kasih  karena kau telah memberikan tempat diruang hati mu, untuk  pengembara yang kesepian dan remuk hati nya, seperti ku.  


Akan tetapi keadaan yang membuat kami tak dapat menyatukan raga. Karena situasi yang sudah berubah.  Kami sepakat untuk tidak bertemu lagi dan Dia meminta ku untuk menghapus nomor hp nya.  Aku berjanji akan melakukan nya. 


Hari itu, 
Matahari tiba - tiba gelap
Sinar redupnya membakar kenangan
Melelehkan rindu di dalam bola mata
Memaku tubuh  mematung seperti batu

Cinta adalah nafas kehidupan
Bahkan ketika raga berjauhan
Ia tetap berdetak 

Haruskah putus ikatan jiwa ini?
Meski sakitnya tak terkira?

Seperti ketika jasad 
harus terpisah dengan nyawa
Dan seperti, 
direnggutnya  nafas  dari kehidupan

Bagai aliran Kapuas
Kau mengaliri nadi hidupku
Dalam gersang jiwa
Kau adalah tetesan hujan

Masih bolehkah aku bermimpi tentang mu?

Hari itu,
Dua jiwa berdiri di simpang jalan
Ada jalan cinta, ada Realita
Dan sekali lagi, 
waktu menjadi penghalang

Mengapa Jalan hidupku , 
 terpisah dengan mu?
Dan jalan hidupmu,
 bukan bersamaku?


Cinta adalah pertarungan antara menang atau kalah dalam menjaga "Kesucian Cinta" itu. Menang adalah ketika kita sanggup mengorbankan perasaan, mengorbankan hati, untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Dengan  melepasnya melanjutkan langkah tanpa rasa  benci dan kecewa apalagi sampai bersikap memusuhi mereka,


Dan Kekalahan adalah, 


Ketika kita lebih mementingkan perasaan kita, memaksakan situasi, serta merenggutnya keluar dari  jalan hidup yang telah terlanjur di jalani nya selama ini.  Merampas dan memisahkannya dari keluarga dan anak - anak nya.  Mencabut  dari kehidupan nya yang sudah mengakar  puluhan tahun lamanya, ..


Tidak ada siapa yang Benar atau Salah, Dalam cinta. 


Keduanya, harus mampu mengambil hikmahnya, dan berkorban satu sama lain


 Sanggup memaafkan, sanggup mengikhlaskan, dan membebaskan diri dari belenggu kekecewaan, prasangka buruk satu sama lain sebelumnya, serta lapang dada menjalani kehidupan yang mungkin bukan yang diinginkan hati dan diangankan dalam fikiran.


 Itulah yang menurut Kami, 


 Yang terbaik harus  Kami  lakukan


 Itulah kenapa, 


"Kami  harus  "Berpisah !"




Gambar Ilustrasi




      Karena keadaan yang sudah berubah, karena kami bukan lagi  anak muda,  karena kami sudah menjadi orang tua, karena kami sudah menikah. Dan kami ingin mempertahankan cinta kami dalam kesucian, tidak dikotori nafsu hewan, kami memutus kan,:


Setelah ini, tidak ada lagi pertemuan!,


” Kami akan kembali ke kehidupan kami masing-masing, dan menjalani hari, seperti ini tak pernah terjadi. Seperti kami tidak bertemu sebelum nya.


 Sempat kulihat tubuh nya yang sekarang  agak padat berisi, terlihat lebih tinggi dari sebelum nya. Wajah nya tetap cantik seperti yang kuingat. Hanya saja terlihat lebih matang dan dewasa. Tentu saja, sekarang usia kami sudah diatas kepala empat, bukan remaja lagi.


Setelah hari itu, kami tak pernah lagi bertemu!”



Setelah hari itu,.......


    Kami hanya kontak ketika aku sudah di bandara dan dia sedang ada acara maulid kelompok pengajian nya. Kami mengobrol panjang lebar sebelum aku check in di bandara Supadio dan masuk ke ruang tunggu dalam.


Hati kami berbunga-bunga


Dada kami seperti merekah


Ada kebahagiaan luar biasa


Meski hanya mendengar suara, tapi aku merasa seperti berhadapan muka.


  Rasanya dengan jelas aku dapat melihat senyum nya, tawa kecil nya, mata nya, dan tahi lalat kecil yang menjadi hiasan diatas bibir mungil nya. Bahkan kedua lesung pipit yang timbul  jika Ia  tertawa renyah. 


 Cinta dan kerinduan yang tersimpan puluhan tahun lama nya di dasar jiwa, tumpah dan membanjiri relung jiwa kami berdua. Mengalir membasahi sudut -sudut  hati dan perasaan yang paling dalam. Menyirami kegersangan, kerinduan, kehilangan lalu mengalir mengisi sudut kosong di celah-celah nya.


 Kami merasa kembali seperti remaja yang tengah dibuai indah nya cinta pertama. Cinta yang dulu tak sempat kami nikmati dan jalani.


Dan ketika kuucapkan selamat tinggal pada nya, sontak tangis kami pecah. 


Dada ku berguncang dengan sangat hebat nya. Menggemuruh seperti tanah runtuh. Sebelum kemudian menutup telfon setelah sekitar setengah jam bicara, dan ikut bergabung dengan keluarga ku yang menunggu  di depan pintu check in tadi. 


Sepuluh menit kemudian aku sudah duduk dikursi pesawat  yang akan mengantarkan aku pulang ke Jakarta sore itu. 


   Bersamaan ketika perlahan pesawat berputar dan menderu diujung landasan pacu dengan posisi siap take Off, jantung ku terasa berdebar hebat. Dada ku terasa sesak, perih, kosong, hampa, ngilu, seperti berdarah dan terasa sakit yang luar biasa. 


Rupanya bukan hal yang mudah mencabut beliung cinta yang terlanjur menghunjam dasar jiwa yang sudah berkarat dan tertanam puluhan tahun lama nya. Meski kucoba menahan nya dengan menempelkan tangan kanan ku tepat diatas dada sebelah kiri,  sekedar upaya agar aku  tidak pingsan saat itu. 


Tapi Setetes air hangat kemudian menggenangi  pipi  tanpa dapat kutahan lagi. 


    Rasa kehilangan yang sama seperti ketika aku meninggalkan pelabuhan Senghi dan berangkat ke Jawa dua puluh satu tahun yang lalu sekitar tahun sembilan belas sembilan puluhan, tempo hari.


 Bedanya kali ini aku berangkat dengan sepengetahuan nya. 


Dengan status kami yang sekarang, mustahil bagi kami untuk dapat bersatu kembali?  Meskipun, mungkin, kami masih saling mengingat, tapi itu tak akan mengubah kehidupan yang kami jalani saat ini, bersama keluarga kami masing-masing.



Gambar Ilustrasi



“Kami memang sepakat untuk menjaga jarak. 


Aku tak ingin kami terkena fitnah, sehingga merusak rumah tangga nya. 


  Bagi ku, kehormatan nya lebih utama yang harus ku bela, di bandingkan  rasa cinta. Biarlah  cinta kami tetap suci seperti sebelum nya.


 Tadi ketika bertemu, aku tak mau menyentuh nya, hatta sekedar bersalaman, atau sekedar memegang tangan,”


   “Aku cukup bahagia dapat melihat nya. Aku cukup lega dapat bicara langsung dengan nya. Aku cukup puas, kami dapat bertatapan muka, meskipun hanya satu jam, sebagai ganti tiga puluh tahun cinta kami yang hilang, cinta kami yang terpisah kan. 


Cinta kami  yang terpendam di bawah permukaan


Cinta kami yang dihadang prasangka semata


Trima kasih atas waktu kamu yang satu jam itu! ”


   Bagi ku, satu jam itu, adalah penyembuh luka batin ku selama tiga puluh tiga tahun mencintai mu!  Aku merasa mendapatkan hidup baru, di usia ku yang hampir lima puluh!” 


Akh,  Kekasih Ku..!


   Aku merasa mendapatkan anugrah luar biasa, atas teka –teki hidup ku, selama ini.  Pertanyaan batin yang bergayut dan tak menemukan ujung nya, sudah terjawab. 


Sekarang aku berkeyakinan dengan prasangka baik kepada Allah, 


Bahwa Ia tak mungkin salah!"



Gambar Ilustrasi



Jika anda jatuh cinta, jagalah dan peliharalah, 


Jangan kotori dengan nafsu dan bisikan Iblis!”


  Jika anda seorang pria, tanamkanlah kedalam jiwa, bahwa anda ingin menikahi nya, mengambil nya sebagai istri yang sah, bukan hanya sekedar ingin menikmati kenikmatan sesaat, dan berbuat maksiat!


Jika anda seorang wanita, katakan lah, :


”Ambillah aku dengan nama Tuhan Mu, dengan nama Allah!, tunggulah sampai Aku di halal kan untuk mu, dan di jadikan perhiasan bagi Mu,! 


 Tidak sepenuhnya  benar bahwa tanpa cinta, kita tidak  akan bahagia, meski juga tidak sepenuhnya salah. Sebab cinta  setelah  menikah, memiliki bobot sendiri, bisa menjadi lebih indah, atau sebalik nya.  



Itu sudah kami jalani. 


Dan pernikahan  itu mampu menjadi tempat penampung kesedihan hati  seperti saluran lava yang meleleh dari letusan gunung berapi.


 Memang pada mula nya, terasa ganjil dan aneh......,


Akan tetapi, seiring berjalanya waktu, kita  akan lebih dewasa, lebih matang, lebih toleran, lebih mampu menerima perbedaan dan memaklumi nya, mencari persamaan yang dapat dijadikan perekat dalam kehidupan rumah tangga kita.


Kita  tidak akan pernah menemukan pasangan yang sempurna, tapi kita akan mendapatkan , apa yang terbaik buat kita dan pasangan kita. Mungkin begitulah Sunnatullah bekerja?  Itulah mungkin yang di sebut sebagai jodoh. 


Bukan karena kita dan pasangan kita, sama. 


Tapi justeru karena kita dan pasangan kita, berbeda.


    Mereka di satukan untuk saling melengkapi, saling mengisi, saling mendukung, saling mengingatkan, !” Watawa saubil haq, watawa  saubi sabr,”  saling mengingatkan dalam kebenaran, dan saling mengingatkan untuk bersabar, dalam segala persoalan kehidupan rumah tangga kita.


Istri   adalah perhiasan bagi suami nya, 


Dan suami  adalah pakaian bagi istri nya,


” Klop bukan?



Gambar Ilustrasi



  Dari tempat pertemuan kami, aku menuju keseberang kota....,  


  Setelah ku parkir sepeda motor di halaman Mesjid Sultan, 


      Ku basahi tubuh ku dengan wudhu, lalu memberi salam untuk Mesjid Sultan.   


    Ku angkat takbir untuk sholat Ashyar, aku bersyukur atas segala karunia Allah, selama ini tak pernah putus membimbing langkah ku.  


Setelah tenang, .....


Aku bergeser mencari tempat, dan membuka surat yang tadi dititipkan nya, sambil bersandar di tiang bulat Mesjid Sultan, 


Surat itu kubaca,.............


--------------------------------------------------------------

Assalamualaikum. wr.wb               Tengah malam  di kesunyian, 

Cintaku, 

Maafkan aku yang tak pernah membalas surat- surat mu. Karena  aku memang tak begitu pandai merangkai kata.

Begitu bunyi kalimat pembuka surat nya, :

        "Surat ini kutulis ditengah malam, ketika semua orang  sudah terlelap. Aku tak tahu darimana harus kumulai?  Tapi aku ingat puisi yang pernah dulu dikirimkan kepada ku, itulah mungkin yang akan mewakili perasaan ku selama ini "

"Sekuntum senyum mengembang dalam aliran rasa
Rahasia apa yang diam dalam debaran?

Saat kau seperti kijang hutan, 
meloncat -loncat di hadapan 

Kusimpan ujudmu dari sepi ke sepi
Kupanggil nama mu , dari hati ke hati,

Bayang mu semu
Hatiku membeku
Rindu ku membatu,.."

Sampai disini dada ku terasa mulai sesak, dan air mata menetes tak dapat kubendung, aku terisak kepedihan  :

"Sayang  ku, 

       ".Sejak  kau menyelimutkan jaket kepundak ku di Rasau Jaya tempo hari, dada ku bergetar hebat. Aku tak tau apakah itu cinta atau bukan. Yang aku tau, sepulang nya kita dari perkemahan, aku merasakan perasaan bahagia yang meluap. Dan ketika kau datang kerumah untuk mengambil jaket itu, disitulah aku menemukan jawaban, bahwa aku juga menyukai mu. Hanya saja kita masih terlalu muda saat itu. "   tulis nya.

"Sebagai anak tertua, aku merasa memikul tanggung jawab untuk membantu kedua orang tua ku, mendukung adik ku" 

        Aku bercita - cita, setamat nya SMA nanti, aku akan mencari kerja, dan berbuat sesuatu untuk mereka," Itulah kenapa aku tak pernah memberikan jawaban kepada mu, karena aku takut kau tidak akan mendukung sikap ku" Aku juga tidak ingin mengikat mu, karena aku menganggap, "kalau jodoh takkan lari kemana"  Itulah kenapa aku mengutus sepupu ku tempo hari, ketika kudengar kau akan berangkat ke Malaysia, terus terang, aku takut kehilangan""

Tetesan air mata mulai bercucuran membasahi surat yang kubaca dan kupegang dengan tangan gemetar itu  : 

" Tanpa sepengetahuan mu, aku selalu memantau mu. 

Aku tau bahwa kau tak pernah mabuk dan minum minuman keras, Itu salah satu kebaikan yang membuatku mencintaimu dalam diam. 

        Untuk meyakinkan diri ku, ketika suatu malam, aku merasa sangat rindu untuk bertemu, lalu keluar rumah, dan secara kebetulan, kulihat kau tengah nongkrong sendirian di dekat gardu listrik depan pintu kota gerbang istana. 

Dihadapan mu ada segelas  air berwarna hitam. Malam itu, tanpa ragu -  ragu, kutenggak gelas itu, yang ternyata  memang isinya hanya segelas kopi ,"  


Gambar Ilustrasi


"Kekasih ku ...

        "Aku tau kau pernah berpacaran dengan gadis lain, bertunangan dengan wanita lain, tapi saat itu, entah mengapa, seperti ada bisikan dalam hati , bahwa kau hanya mencari sosok pengganti, karena aku ber anggapan, jika benar kau mencintai ku dengan sepenuh hati, suatu  saat kau pasti  akan kembali, " 

"Sayang nya, aku tak dapat menjelaskan atau mencegah hal ini, waktu itu terjadi, karena aku baru saja masuk kerja, dan ingin berbuat  sesuatu dulu untuk keluarga ," 

     " Hingga tibalah saat aku ingin membuka diri dan berbagi segala nya padamu, tapi kau menghilang tak tau kemana pergi nya," 

Aku sempat mencari mu dengan segala cara yang aku bisa. Hanya saja, aku malu untuk menemui keluarga mu, dan bertanya langsung kepada mereka," 

     "Setelah kau tak  kutemukan, setelah kehilangan, aku baru sadar, bahwa aku tak hanya sekedar mencintai mu, tapi kau sudah menjadi bagian dari hidup ku." Serasa ada sesuatu dari diriku yang hilang, ketika kau tak pernah lagi kupandang.

 Mungkin karena kau adalah orang pertama yang mengetuk hati ku, sehingga goresan yang kau tinggalkan, tak mampu kuhapus, apalagi kulupakan ,"  

   " Cukup lama aku merasakan hampa dan kekosongan jiwa , berharap kau hadir untuk mengisi nya, itulah kenapa aku tak sanggup membuka hati, untuk mencintai lagi. 

 Sampai akhirnya,  kudengar kau telah menikah jauh di pulau Jawa sana," 

     "Saat itu usiaku sudah dua puluh lima. Dilingkungan ku, aku sudah dianggap gadis yang cukup dewasa  untuk berumah tangga," 

"Atas desakan keluarga dan kerabat, aku kemudian mengambil keputusan, menerima lamaran  yang datang" 

Tapi aku tak pernah sanggup melupakan mu, membunuh cinta ku, dan mengusir mu dari hati ku."  Namamu tetap ada, tersimpan disana, jauh di relung jiwa" 

    "Sejak hari itu, kujalani hidup sebagai wanita biasa, dengan kenangan yang tersisa,  pada sebuah nama, seraut wajah, yang kucari bayangan nya disekitar ku, dan selalu ku ingat, sampai akhir hayat,"    

    Ketahuilah, sampai hari ini pun, aku tak  pernah  berupaya melupakan mu.  

Cinta ku,  

     " Ingatlah aku sepanjang hidup mu, sebutlah aku dalam doa mu," Meskipun kisah kasih  kita tak pernah  sampai ke pelaminan, aku bahagia, karena pada akhirnya aku tau, ternyata kita saling mencintai  dan saling  merindukan,  meski berjauhan" - 

Dari  Ku , : 

Gambar Ilustrasi


----------------------------------------------------



Surat itu ditulis nya tanpa nama dan tanda - tangan, 

Hanya ada cap bibir di akhir halaman. 



Tak ayal lagi, dadaku berguncang hebat. 


Surat itu Kulipat semula, Kumasukkan kedalam saku kemeja, Aku lalu bersujud kembali diatas  sajadah dengan tangis menghimpit dada.  Meski hatiKu terasa begitu perih. Aku tetap bersyukur  pada Allah,...


Karena cinta adalah anugrah Nya, 


Seperti matahari menerangi bumi, Cinta menerangi hati.


  Cinta sejati tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi.  


Mungkin Cinta membawa penderitaan, tetapi cinta sejati tidak pernah mendendam, atau membalas dendam.  Karena memang sampai kapan pun, Aku tak akan sanggup mengubah rasa ini menjadi benci. 


Dan Aku tak  menyesal 


Karena  pernah  Mencintai nya,!. 



Baca Juga : 



Gambar Ilustrasi