Senin, 25 April 2016

Bab.I.hal.5 # Ada udang di Sungai Kapuas

##, Memancing Udang Galah




Sambas, dan Pontianak, Melayu Kalbar


     Waktu luang ku kadang diisi dengan memancing udang galah  ( sejenis lobster sungai), bersama teman akrab ku. Hari libur kami merupakan hari yang paling membahagiakan, sebab kami bisa  memancing sejak pagi hingga sore hari. 

Tentu saja dengan membawa bekal makanan.




Memancing Udang Galah - 
Agus Cungkring Channel

   Dengan menggunakan sampan kecil, aku dan teman ku menyusuri sungai Kapuas, mencari tempat berlabuh, dimana di perkirakan banyak udang galah disitu. Dan sore hari nya, kami biasa mendapatkan hasil sampai puluhan ekor, masing masing.  Sebagian kami jual, dan sebagian kami serahkan orang tua untuk di masak dan disantap bersama keluarga. 




Udang Galah Hasil Memancing


Masyarakat daerah ku menekuni berbagai profesi,: 

   Ada pegawai negeri, swasta, pedagang, pengusaha toko  pakaian, toko  kelontong, pedagang kaki lima, sopir angkutan, sopir antar kota,     belukar ( sebutan mereka yang jual beli emas ), dengan membuka lapak di pinggir jalan, pedagang besi tua, dan jasa penambang (sebutan mereka yang menjual jasa dengan menyeberangkan orang ),  serta mereka yang membuka warung kecil menjual makanan dan minuman  ( warung kopi )




Pontianak dalam Lensa Tempoe Doeloe - Borneo Channel

Masyarakat daerah ku sangat Heterogen,....

      Berbagai jenis suku dan bangsa tinggal dan menetap bersama. Mereka yang berasal dari Suku Sunda, Banten,  Jawa,  Madura, Banjar, Bugis, Tembelan, Midai, Serasan, Terempa, Tionghoa, dan kami sendiri yang masuk dalam puak Melayu. 

      Mereka dulu nya imigran, yang datang dari berbagai pulau dan daerah. Sejak zaman Sultan Abdurrahman, dan sultan berikut nya. Mereka di berikan hak menggarap tanah, yang saat itu masih berupa hutan belantara, untuk hidup dan menetap di bawah perlindungan Kesultanan Kadriah .

       Kami yang sejarah asal nya   merupakan anak cucu Habib Husein bin Ahmad, biasa nya di beri gelar dengan sebutan Syarif untuk laki-laki, dan Syarifah untuk perempuan.





Acara Budaya , 
Kado Kecil untuk Pontianak

     Sebutan ini sebagai penanda keturunan Husein atau Hasan Bin Ali, Putra Fathimah Az-zahra,  Putri Rasulullah nenek moyang  Sultan Abdurrahman.   Atau pun keturunan dari saudara –saudara Sultan, yang merupakan anak cucu Habib Husein bin Ahmad Al Kadri, bergelar : ,”Tuan Besar Mempawah,” mufti kerajaan Matan, Maha Patih dan Imam Besar Mempawah, beliau di makamkan di Kampung Sejegi, Mempawah. Lahir  1706  - wafat 1771 M  Usia hidup 63 tahun.


      Sultan Abdurrahman, Sultan Pertama Kesultanan Kadriah, adalah putra tertua Habib Husein, lahir di Matan pada 1730 M, dan wafat Pontianak pada : 1808 M. Usia hidup 78 tahun. Beliau memiliki  101  anak, dari 67 istri yang diinikahi diseluruh Nusantara bahkan di Belanda. Keturunan ini menyebar di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, bahkan keluar negeri.

       Hingga saat ini di temukan keturunan Sultan di Pulau Sumatra, hingga Aceh dan Pulau Jawa. Di pulau Bali di Negara Loloan, keturunan Syarif Yahya Alqadrie, atau Syarif Tua merupakan pangkat cucu Sultan Abdurrahman dari saudara satu ayahnya yaitu Abubakar bin Habib Husein dari istri Nyai Tengah. 

Masih ada keturunan nya sampai hari ini.

     Pulau Lombok, di Sekarbela dan Kopang, Pengkores, serta kota Mataram, keturunan Syarif Abubakar Jeranjang. Juga masih banyak di temukan sampai sekarang. Mereka dipanggil Yek  atau Serip disana. 

        Di Sumbawa daerah Taliwang Sumbawa Barat, dan Sumbawa Besar, Bima, dan Safe, keturunan Syarif Abdurrahman bin Abubakar, yang dibuang Belanda di Sumba, dimakamkan di Kupang.

 Anak cucu nya masih ada sampai saat ini. 

    Di Nusa Tenggara Timur, Ntt juga ditemukan banyak Alqadrie. Bahkan sebaranya mencapai, Flores, hingga Papua.


        Di Maluku, Halmahera, Ternate, Ambon, Pulau Sulawesi ada Alqadrie, anak cucu Sultan Abdurrahman.




Zapin Melayu Riau - 
Lakmana Raja Di Laut- 
Iyet Bustami

       Di Sarawak, banyak Alqadrie yang dikenal dengan panggilan Syed. Mereka bermukim di daerah Kota Samarahan, Sibu, Miri, dan Kota Kuching.

      Bahkan aku memiliki saudara misan bernama Wan Dahlan bin Tengku Hamid, menetap di Kota Samarahan. Sarawak. Malaysia Timur. Sekarang anak- anak nya tersebar di Kuching, Sibu, Miri, dan Kota Samarahan, 


Pulau Kalimantan Secara keseluruhan, termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei, memang di temukan ada Alqadrie. 


        Di Kalimantan Timur, Samarinda, di temukan keturunan Syarif Alwi, atau Pangeran Syarif Alwi, Putra Sultan  yang keturunan nya bermukim di pusat kota dan di Samarinda Seberang.  Selain itu juga di temukan Al Kadri di pedalaman, di Satui, Penajam Pasir Utara, PPU, dan beberapa daerah lain nya.

Di Kalimantan Tengah juga ada. 

     Di Kalimantan Selatan, banyak yang belum di identifikasi hingga hari ini. , Sebab Sultan Abdurrahman pernah menikah dengan putri cucu Raja Banjar. Dan memiliki keturunan Pangeran Syarif Alwi, dikenal dengan Pangeran Kachil. Meski ada 4 nama Syarif Alwi lain dari keturunan ini, dari 4 ibu berbeda.  

   Karena pernikahan itu , Abdurrahman di anugerahi gelar : Pangeran Nur Alam, oleh kakek mertua nya Raja dari Kesultanan Banjarmasin. Sultan Tamjidillah. 



Pontianak, dari zaman ke zaman


Selain keluarga besar Alqadrie, di tempat Ku, Pontianak, banyak juga keluarga dari garis  Husein Bin Ali, di luar  Marga atau Fam Alqadrie. 

Seperti : 

       Alhabsy, Assegaf, Alhinduan, Alydrus, bin Shahab, Bin Yahya, Almuthahar, Almahdaly, Aljunaid, Fad”aq, serta banyak lagi lainya. 

     Juga keturunan arab yang sudah membaur, seperti : Attamimi, Faloga,dan Fam lain nya, yang aku tidak begitu hafal satu persatu.

       Kata nya ada ratusan  nama Qabilah, Fam atau Marga yang tercatat dalam silsilah buku besar Rabithah Alawiyah, Al Maktab Addaimi, lembaga khusus yang mencatat mata rantai Qabilah dari tiap Puak, keturunan Al Faqih Al Muqaddam dan Ahmad bin Isa Al Muhajir dari Madinah yang hijrah ke Yaman ini.



Bunga Nirwana - Lagu Jadul


   Sangat di sayangkan, lembaga ini tidak berupaya maksimal dengan mengadakan Research ulang, menurunkan tenaga pencatat yang mencari catatan -catatan yang kurang, dari atas ke bawah.

      Serta mencatat secara lengkap, pekerjaan kepala keluarga, status sosial dan jabatan, mata pencarian, profesi, dan yang paling penting menurut ku , harus nya mereka juga memantau kondisi ekonomi  tiap keluarga.  


    Serta membuat sebuah lembaga khusus yang berperan aktif menciptakan ekonomi kreatif, membantu permodalan, memberikan bimbingan dan pelatihan berwira usaha dan berwira swasta, sehingga membangun kekuatan ekonomi.


 Dan satu hal lagi, 

   Mereka harus nya menyediakan bea siswa, bagi pendidikan anak-anak keturunan alawiyin di wilayah mereka, sehingga tak ada lagi yang putus sekolah!



Hulu Sungai Kapus