Kamis, 28 April 2016

Bab.XII. hal.50 # Kontak Yang Mengejutkan

## Kontak yang mengejutkan, tahun 2011



   Kisah cinta kita memang rumit, 
Meski raga berjauhan,
 ia tetap menyala di relung jiwa



Jakarta sangat panas hari ini,........


       Kawasan Tanah Abang, seperti biasa, semrawut dan macet.  Klakson  bersahut-sahutan. Suasana bising dan hingar - bingar pedagang dan pembeli, sesekali ditingkahi jeritan kondektur metro mini mengajak penumpang naik ke kendaraan nya, :

“Ayo, melayu, melayu, melayuuuu, !’ jeritan nya dengan suara lantang, mengajak penumpang untuk naik ke tujuan terminal kampung melayu,: metro mini, P.502, Tanah  Abang- Kampung Melayu.

           Aku sedang menyetir sepeda motor di dekat bangunan  induk Pasar Tanah Abang, mengarah ke Thamrin City, yang jarak nya tak sampai satu kilometer, dari posisi Ku sekarang. Tapi sudah setengah jam belum sampai, terhalang macet kendaraan, di tambah pedagang yang menggelar dagangan sampai ke tengah jalan. 

Menghambat lalu lintas,  menyempitkan jalan utama yang hanya selebar sekitar enam meter, belum lagi gerobak dan mobil box yang bongkar muat, di tambah pick up pengantar barang, berseliweran.  Semrawut !



Kawasan Tanah Abang - 
Netmediatama Channel


             Tiba –tiba telefon  genggam ku  berdering  dan bergetar di saku kemeja. Ku lihat nomor asing tidak di kenal. Alhamdulillah, mudah-mudahan pembeli cari barang, gumam Ku,: 

”“Halo, dari siapa dimana?”, tanya Ku. Dengan kalimat pembuka yang khas dan cukup dikenal kolega ku itu.

 Di seberang sana terdengar suara seorang wanita,:

“Haloo,  Salam alaikom, ape kabar? Maseh ingat ga same kite  nih?,” si wanita menyapa dengan logat Pontianak yang kental.  Aku coba mengenali  suara nya, tapi tetap asing bagi ku.  

Siapa?

“Ya bu, apa yang kita bisa bantu,?” tanya ku.

OOH ye la, tak kenal dah ngan kite rupe nye, tak apelah, makaseh ye,!”  Klik, langsung di tutup.



Kota Jakarta Macet adalah hal yang biasa,.....

             Karena di kejar janji, aku tak begitu perhatian siapa penelfon tadi. Ku pacu sepeda motor menemui buyer Ku yang tadi berjanji ketemu di Thamrin City. Mereka orang  Saudi, cari gaharu  untuk buat oleh-oleh.

Setelah bertemu, Ku tunjukan barang dagangan Ku, dan mereka membeli nya, lumayan, lima kilo gaharu kelas “AB”, sudah berpindah tangan. Tiga  puluh juta mengisi kantong Ku hari itu.

               Setelah makan di food city di Thamrin City,  Aku pulang ke kamar kost Ku, di bilangan Tanah Abang dekat situ. Ku rebahkan penat seharian sejak pagi tadi,  hingga sekarang pukul empat sore.




Thamrin City - Walking  Around Channel



               Tiba –tiba aku ingat  telfon tadi. Orang Ponti,  yang sempat telfon sejenak. Aku coba mengingat kalimat-demi kalimat nya,  dan,..!” Ya Allah,!”: Aku ingat kata ,: ” Makaseh Ye,!”

              Kata itulah yang dulu terakhir Ku dengar di Rasau Jaya. Di atas tongkang kayu, ketika Ku selimutkan jaket Ku kepada nya. Tapi apakah mungkin itu dia?  

Dari  mana dia dapat nomor Ku?

Kami  tak pernah kontak dan ketemu sudah hampir tiga puluh tahun?

 Ku cari  rekod nomor panggilan masuk tadi, iseng ku coba telfon kembali.

“Halo, Salam alaikum, maaf ini siapa  ya?,: tanya ku dengan bahasa Indonesia sehari-hari nya.

“Ini kawan Ente sekolah dulu, suke pakai rambut pendek,”:  sahut nya.

Aku berfikir sejenak, dan coba mengingat-ngingat. Siapa ya? Tapi tetap saja bayangan di kepala Ku gelap.

“Maaf, saya lupa, ini siapa?,” sahut Ku lagi.

“Saye kawan nye Ida, teman sebangku nye dolok, waktu SMP!”  

Jawab nya dengan mantap.



Gambar Ilustrasi


DUG, dada ku seperti di pukul godam raksasa. 

          Nafas ku tercekat. Tenggorokan ku tiba –tiba terasa tersumbat.  Aku bangun terlentang dari pembaringan. Kuatur nafas yang agak tersengal-sengal, agar tenang dan kembali asal. 

“Ini  awak  ke, ?” tanya ku dalam logat melayu, yang tak tahu langsung berubah seketika itu juga. 

 “Iye ,  saye, Ape kabar awak tu, sehat jak ke, anak berape, dimane Sekarang,?”  tanya nya beruntun.

             Aku hanya terdiam, tak mampu bersuara. Rasa nya seperti mimpi, antara sadar dan tidak. Setelah hampir tiga puluh tahun terpisah, baru kali ini aku mendengar suara nya lagi?

Sejenak aku termenung, kata orang, cinta memang banyak lika liku nya. Tapi tak banyak orang yang mendapatkan anugrah, menemukan jawaban atas pelik dan rumit nya lika liku cinta. Benarkah?   

           Dia berharap aku mampu mengenali siapa dia lewat suara nya, bagaimana mungkin itu bisa kulakukan?  Lagi pula rasa nya sangat mustahil dia mau menelfon Ku dan membuka kontak dengan Ku, bukankah dia sekarang sudah menikah, sudah bersuami? Apa maksud nya? 

Bukankah dulu, hanya Aku saja yang mencintai nya setengah mati, sementara dia tak pernah membalas nya, meski hanya dengan setengah hati?  

Tapi mengapa Dia tiba -tiba menelpon ku? 

Setelah sekian lama?




Benarkah rindu adalah rasa?


Bukankah Dulu, 

              Ia mengangkat kepala nya dengan pongah, ketika berpapasan dengan Ku. Dulu, Ia tak cukup sebelah mata memandang Ku, sampai Aku merasakan bahwa Aku memang tak layak untuk nya. 

Aku memang rendah dalam segala hal di mata nya. Aku memang tak pantas mencintai nya. Aku lupa bercermin, dan melihat siapa diri Ku di kaca. 

Aku hanyalah  tak lebih bak seekor pungguk yang merindukan bulan. 

Tidak,!. Itu tak mungkin Dia. 

            Bukankah dulu nya dia tak pernah peduli seberapa besar cinta Ku pada nya? Bukankah dulu Dia hanya menganggap Aku "- Biase - biase jak?"-  Kalimat yang membuat Aku beranggapan bahwa Aku tak pernah ada di hati nya.

 Dia tak pernah mencintai Ku. 

Tahukah dia bahwa kalimat itu " Biase - biase jak,!" 

yang kuanggap sebagai penolakan, merupakan penghinaan terbesar bagi Ku?.



            Itulah mengapa aku memilih meninggalkan kota Ku, meninggalkan ibu dan ayah Ku, saudara Ku, sahabat Ku dan kenangan Ku. Aku tak sanggup di hina, lebih baik Aku mati, atau hilang dari dunia, asalkan Aku tak di hina. 

Aku lahir dari keluarga yang biasa bekerja keras untuk hidup. 

       Sejak sekolah dasar, Aku sudah membiayai hidup Ku sendiri, tanpa merepotkan orang tua. Lalu kehormatan dan harga diri itu, Kau injak- injak dengan memandang Ku sebelah mata? Tidak,!. 

              Aku memang mencintai mu, tapi rasa itu tumbuh bukan atas kemauan Ku. Aku tak bisa menolak, karena hati Ku yang memilih mu. Aku tak bisa berkata tidak,  karena jantung Ku berdetak bersama denyut di nadi Mu. 

Bahkan aku tak sanggup memejamkan mata, 

karena di pelupuk mata ada senyum Mu.  




Gambar Ilustrasi

 Apakah aku salah ?               

               Barangkali Tuhan berkehendak menjadikan Kau sebagai  pasangan hidup ku? Itulah mengapa kemudian Dia hunjamkan beliung cinta yang sangat tajam, dan menusuk jantung, hati dan jiwa ku?  

Luka parah yang tak sanggup kutanggung dan kuobati sendiri sampai hari ini?

                    Karena itulah Aku harus menjalani hidup,  dan menjalani takdir yang aku sendiri tak yakin atas takdir Ku? , membuang diri menyeberang samudra, jauh ke tanah Jawa.  Apakah ini memang takdir hidup Ku?  

Karena di jiwa terdalam, aku meyakini bahwa kau di lahirkan untuk Ku, Kau hadir untuk jadi pendamping Ku, teman hidup Ku, sampai salah satu dari kita menutup mata?

 Salahkah jika Aku mencintai Mu?  



Bahkan hingga hari ini, aku masih bertanya - tanya. 

           Untuk membina sebuah keluarga, rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah, mana yang harus di dahulukan? Apakah cinta yang datang dari hati yang tulus paling dalam, atau menikahi seseorang yang asing dan mengikatkan diri dalam sebuah upacara sakral bernama pernikahan? 

 Kata orang cinta bisa timbul belakangan setelah kita menikah, benarkah? 

Tapi bagaimana dengan hati? 

               Mampukah kita membunuh hati yang pernah mencintai seseorang seiring berjalan nya waktu?  Ketika jatuh cinta hati yang mencintai bertasbih mengingat nama kekasih nya dalam tiap detik dan tarikan nafas nya. Dalam tiap langkah di kehidupan nya. 

Sanggupkah?




 Membunuh hati adalah hal yang tidak  mudah dilakukan. 

                Karena hati adalah tempat dimana rasa diletakkan. Karena hati adalah yang menjadikan pembeda antara manusia dengan mahluk lain yang ada dimuka bumi. Karena hati sulit untuk diajak berkompromi. 

Rasa cinta mendekam di hati lebih bahaya dari penyakit apapun. 

Ia bisa disiksa, dipukul, di dera, dirantai, dijemur, direndam, dikurung, tapi tak akan pernah berhasil untuk dikeluarkan dari tempat nya. 

Itulah cinta, Mohabbat, Isq, love, Mahabbah,!  Salah satu anugrah surga.

Perasaan mungkin dapat disembunyikan dari pandangan mata,

Tapi ini akan jadi sumber segala penyakit dalam diri kita. 

         Dan ketika hati tidak sehat, phisik juga akan menanggung akibatnya. Banyak penyakit yang tidak kita sadari sebetulnya bersumber dari hati yang tidak bahagia. Hati yang luka. Hati yang menderita. Hati yang kecewa.

Bahkan aku juga pernah membaca dalam sebuah tulisan karya sastra, 

         Bahwa salah satu ke ajaiban dan mukjizat yang ada ditengah manusia, adalah cinta. Cinta, sebagaimana ia kadang menyakitkan, tapi juga bisa menjadi obat mujarab yang menyembuhkan.  

        Kesalahan fatal yang kadang dilakukan adalah terlalu banyak pertimbangan dan tak sanggup melahirkan perasaan kita, kepada orang yang sangat kita cintai. Bisa jadi karena ada harapan dan keinginan yang lebih kita prioritaskan di banding rasa cinta itu. 

       Bisa jadi kita merasa bahwa cinta hanya akan jadi penghambat cita- cita yang masih ingin kita perjuangkan. Bisa jadi karena rasa ketakutan tak bisa hidup secara layak nanti nya.

           Inilah kesalahan cara berfikir yang akan menimbulkan penyesalan nanti nya. Jika anda jatuh cinta, ambillah,! Jangan pernah pertimbangkan, dan jangan pernah ketakutan akan masa depan. Karena anda dilahirkan dengan jaminan Tuhan, sang pemberi kehidupan. 

Lupakah anda, bahkan di alam rahim, dalam perut ibu, anda telah diberikan resky oleh Nya? Dan ketika anda lahir, Asi dari ibu sudah menunggu kehadiran anda,!  Hidup mungkin memang tidak pasti, tapi cinta sejati tak kan pernah datang dua kali,!



Putra Ku  di usia 25 tahun
S