Selasa, 26 April 2016

Bab.III. hal.10# Menggantung harap di awang - awang

Sepanjang : Tahun 1981 - 1984.

BAB.III





Gambar Ilustrasi





##, Kebimbangan mencari Kepastian, ...


         Pagi ini aku berangkat ke sekolah lebih pagi. Aku ingin tahu respon dan tanggapan atas surat ku, yang ku kirimkan kemaren. Aku sampai di kelas, satu jam lebih awal. Setelah menyimpan buku dan peralatan, aku duduk di bangku ku dengan hati berdebar debar. 

        Di kepalaku  berkecamuk berbagai kekhawatiran. Teman sebangku ku datang dan mengajak keluar dari kelas, karena lonceng tanda pelajaran pertama, masih setengah jam lagi. Aku menolak dengan alasan, kurang enak badan.

Memang badan ku terasa panas dingin, jantung ku berdegup lebih kencang, di kepala ku berputar beribu ribu kekhawatiran. Dan tiba-tiba, gadis itu masuk kelas bersama teman sebangku nya, sambil melirik dan bersikap biasa saja pada ku.  

         Sontak muka ku berubah merah, panas dan keringat dingin mengalir di tubuh ku.  Seluruh badan ku  terasa  lemas,  dan tidak mampu untuk berdiri, melangkah keluar kelas  atau  menghindar dari tatapan mata nya , bahkan sekedar untuk mengangkat kepala?.  


           Di dadaku  berdegup berbagai rasa, ada keinginan untuk menyapa nya, ada kerinduan melihat senyum nya, ada harapan dan asa, ada degup yang membuncah. Tapi semua tak sanggup  ku katakan. Tak sanggup kujelaskan. Tak sanggup ku sampaikan. Tubuh ku mendadak kaku, dan tak bisa bergerak sedikitpun.  





Gambar Ilustrasi




         AKu hanya mampu menundukkan  kepala se dalam- dalam nya.  Aku tak sanggup menatap mata nya.  Aku tak punya keberanian menyapa nya. aku kehilangan diri ku saat itu. 

Ruangan di sekitar ku seperti berputar-putar. Kepala ku tiba tiba terasa pening,  dan mata ku berubah nanar, gelap. Kutelungkupkan wajah ku ke bangku.  Menarik nafas dalam-dalam, dan mencoba menguasai keadaan.

        Nafas ku agak tersengal  sengal, ketika lonceng tanda pelajaran mulai berdentang dengan keras. Dan ketika  Aku mengangkat muka, kulihat, syukurlah ia tidak berada di tempat nya.  Ya Tuhan, aku malu sekali, apa yang telah ku lakukan? Salah kah jika aku mencetuskan perasaan? Salah kah jika semua itu ku keluarkan?  Dan salah kah, jika di usia sedini ini,  aku jatuh cinta? !

Hati memang  tak pernah mengerti dan mengenal waktu serta tempat. Ia hanya tahu, kepada siapa Ia menyerahkan diri nya. Dan ketika hati memilih, akal tak akan sanggup mencegah nya. Logika akan lumpuh. Nalar akan menyerah dan bertekuk lutut. 

         Jatuh Cinta  adalah perbuatan hati, itulah mengapa orang yang tengah jatuh cinta, tak mengenal siang atau malam, tak peduli tempat dan waktu, tak tahu kasta dan martabat. Karena hati memang tak mengerti itu semua. Ia hanya tahu satu bahasa, yaitu bahasa hati juga.  

Mencintai hanya  memiliki satu jawaban,: dicintai. 


         Ketika hati mencintai, Ia tak mampu memilih bentuk phisick, membedakan antara kaya atau miskin. Cantik atau tidak, gagah atau bukan, tidak. Hati tak mengerti itu semua.  Gerak hati adalah gerak mistery, Ia berdetak tiba-tiba, datang tiba-tiba, bergeter dengan sangat kuat secara tiba-tiba. 

Mereka  yang pernah  jatuh cinta, akan tahu, bentuk kegilaan seperti apa yang menghinggapi nya . bagi si pencinta sejati, dirinya akan lebur dalam rasa memabukkan yang lebih hebat dari pengaruh minuman keras. 

Sang pencinta akan berjuang sekuat tenaga nya, agar menjadi layak untuk orang  yang benar-benar di cintai nya. Pencinta bersedia mengorbankan apapun yang dimiliki nya, bahkan hidup nya !  barangkali, itulah yang kurasakan saat itu. 

        Dan waktu berlalu dengan begitu cepat, melindas hari, minggu dan bulan, tanpa ampun dan meninggalkan aku dalam rasa mabuk yang indah , tapi menyakitkan ini. 


Gambar Ilustrasi



# Mengharap  kata pasti ,#  


       Respon yang kutunggu tak kunjung datang juga.  Aku mulai ragu atas keputusan ku menulis surat pada nya.  Melalui teman sebangku nya, aku mencoba mencari jawaban. Tapi teman nya itu juga tidak mampu memberikan  jawaban yang menggembirakan. 

 Hati ku mulai di landa kebimbangan.

          Di luar sekolah, aku mencoba mencari info lewat teman sepermainan nya di kampung,  dan kerabat nya yang sebaya.  Tapi tetap saja, semua samar- samar. 
Aku menjadi gundah dan hilang harapan.  Rasa percaya diri ku mulai goyah.  Meskipun demikian, aku tak punya keberanian untuk sekedar mendekati dan bertanya langsung pada nya.

       Hari berganti dengan cepat, waktu berlalu, tanpa memberikan kesempatan kepada ku untuk menemukan jawaban atas rasa  dan kegalauan yang ada. Sementara hati ku tak sanggup diajak kompromi. 


      Ternyata jatuh cinta memang aneh. Ada rasa bahagia yang membuncah, ketika melihat nya. Ada rona gembira tak terkata, ketika berpapasan dengan nya. Ada rasa benci, karena tak menemukan kepastian jawaban .

        Ada rasa rindu, ketika sehari saja  tak bertemu . Satu hal yang aku lakukan, Aku berubah menjadi rapi dalam berpakaian. Aku ingin tampil resik, bersih dan wangi. Aku ingin terlihat sempurna. Apakah begitu juga dengan nya?


Apa Rahasia Hatimu ? - Bageir Khered Channel


        Diantara harapan dan keputus asa an, diantara rasa percaya diri dan keruntuhan , antara optimis dan keraguan bertarung dalam batin ku. Akhh,  Rasa galau ini begitu menyiksa dan menjerat !

Kadang, tengah malam aku terbangun dan terjaga, ketika rindu memukul jantung, dan dada terasa sesak. Kuseret langkah ku mendekati  lokasi kediaman nya, untuk sekedar melihat wuwungan rumah nya. 

Sedemikian  parahkah ini rasa?   Inikah Cinta?  Inikah Rindu?

Tuhan, apa yang telah kualami? 

          Jika ini anugrah Mu, kenapa Kau tanamkan begitu dalam? Jika ini kutukan, mengapa aku yang harus menanggungnya?  Apakah salah ku sehingga Kau turunkan kutukan yang begitu hebat? Yang membuat darah ku hampir membeku dan tak sanggup memompa jantung ku?



Gambar ilustrasi


"-Puisi untuk Kekasih-"

Cinta, 

Malam ini,

 kulihat kamu di atas pentas

Melantunkan suara emas

Dari rekahan bibir mungil mu 

mengalun lagu“angin malam,”

 Terdengar Bak sebuah puisi ditelingaku

padahal,: 

“Itulah kenangan yang terakhir dari mu,”

Dan aku pulang dibawah siraman hujan

Menggenjot sepeda pancal

Menggigil kedinginan!

Angin Malam - Kenangan terakhir


##,Cintaku Mengambang di  Sungai Kapuas,...


       Kata Pujangga, Cinta adalah anugrah. Tapi mengapa cinta ini menyiksa? Andaikan saja aku mendapatkan kepastian penolakan dari nya, mungkin rasa sakit nya tak kan separah ini.  

Tapi dengan tanpa kepastian penolakan atau penerimaan, dengan di gantung di awang-awang,?

Cintaku jadi mengambang, dan  kandas di Sungai Kapuas.  Mengapung bersama air pasang naik, dan tengggelam bersama air surut kelaut. !

        Aku seperti layang-layang putus tali nya, makan tak enak, tidur tak nyenyak. Hati ku gundah gulana, setiap kali melihat nya, dada ku  terasa perih bagai diiris dengan sembilu. Lalu  sampai kapan aku mampu  menahan nya?

      Pernah suatu ketika, Ia di kirim sekolah ku untuk ikut Pestival antar sekolah lomba menyanyi di gedung Arena Remaja, kawasan Kota Baru. Acara nya di adakan di malam hari.  Dengan  menggenjot sepeda,  aku mencoba melihat penampilan nya. 

      Ketika sampai giliran nya, aku masih ingat lagu yang di pilih nya adalah lagu : ”Angin Malam,”  dari Broery Pesulima. Lagu itu kuingat dan kusimpan di benak ku.  Dan aku pulang di bawah siraman hujan malam itu, menggigil sampai di rumah, tentu saja, tanpa sepengetahuan nya.!


"-Andaikan Ku mampu,-"

Duhai kekasih jiwa ku,

Seandainya mampu

Kan kuputar ulang waktu

Dan tak pernah kulihat kamu

Melintas didepan ku!

Seandainya mampu

Kan kuputar ulang waktu

Dan tak pernah kulihat kamu

Dalam seragam putih biru!