BAB.XII
Menaklukkan Ibu
Kota
## Merantau ke Jakarta
Senin, : Awal tahun dua ribu
sembilan
Sekarang aku
sudah di Jakarta.
Saya Pasti Bisa !- Merry Riana Official
Kemaren aku tiba di stasiun
Jatinegara, dengan menumpang kereta api
Gaya baru Malam Utara, dari Surabaya. Berbekal alamat sahabatku yang
sudah bekerja di sana, jam empat subuh aku sampai di Stasiun Jatinegara,
Jakarta timur. Aku segera cari ojek, dan menunjukkan alamatnya.
Tukang ojek, meminta
ongkos sepuluh ribu rupiah. Aku setuju dan naik di belakang jok sepeda motor nya .
Ketika tiba di alamat yang dituju, sahabat ku
sudah menunggu di depan pintu kantor nya. Dia menanyakan ongkos dan membayar nya.
Kami bersalaman, dan berpelukan hangat.
Mandi cahaya, Jakarta malam hari -
Raja drone ID Channel
Dia membawaku masuk kebelakang kantor
sekaligus tempat bertahan nya. Ada kamar khusus buat dia dan beberapa rekan nya. Aku
segera melepas jaket, membuka topi dan bersandar di tembok kamar, karena masih
didera keletihan perjalanan selama semalaman. Mulai jam empat sore, sampai jam empat pagi.
Dua
belas jam, Surabaya Jakarta.
Sahabatku tinggal di kawasan
Dewi Sartika, Jakarta Timur. Dia bekerja
di travel, dan masih baru mulai menempati kantor baru yang sekarang ini. Sebelum nya
dia berkantor di kawasan Condet. Begitu cerita nya padaku.
Aku hanya mengangguk
kecil, karena aku juga tak mengerti
Condet dimana, maklum, baru kali ini aku
ke Jakarta lagi, setelah puluhan tahun
tak pernah menginjakan kaki. Kami kemudian sholat subuh bersama, dan sahabat ku
menyiapkan kasur untuk ku, mempersilahkan aku beristirahat sejenak.
Jakarta siang hari di tahun 2009
Alhamdulillah,
aku sudah sampai di Jakarta.
Satu hal yang aku rasa adalah,
dunia menjadi lapang, ketika kita memiliki banyak teman. Dimana pun kita, akan ada bantuan dan sambutan. Bagiku menjaga
persahabatan adalah hal yang sangat ku perhatikan. Kejujuran dalam persahabatan
adalah prinsip ku. Harta nya kujaga
seperti harta ku. Kehormatan nya adalah
kehormatan ku.
Kegembiraan nya juga kegembiraan ku. Kesediha nya
kesedihan ku. Duka nya adalah juga duka ku. Kami berbagi segala hal, dan menjalani kehidupan dengan
bergandengan tangan. Bagi ku, sahabat ku
adalah saudara ku.
Tempat dimana aku tak punya kerabat ditanah rantau ini,
merekalah kerabat ku. keluarga mereka kuanggap seperti keluarga ku juga. dengan
itulah ku jalani hidup selama ini. Berpuluh tahun di perantauan.
Aku tak pernah hanya mengambil
keuntungan sesaat. Bagi ku, sekali bersahabat, tetap bersahabat, sampai akhir hayat.
Puisi,
Kau yang tak pernah mencintaiku,
namun kucintai
Ada juga beberapa sahabat
yang berubah ketika mereka telah jaya dan berhasil, itu kumaklumi. Karena tiap orang memiliki kepentingan masing-masing.
Bisa juga kerena sudah menikah, agak berbeda cara perlakuan nya, karena pengaruh istri, atau orang sekitar nya. Ada
juga karena pendidikanya yang sudah mumpuni, merasa bahwa kita bukan lagi level nya.
Beberapa sahabat ku dulu, sekarang ini memang
ada yang sudah bergelar Ustadz bertitel LC, MA, Doktorandus, Sarjana Ekonomi, Dokter, Insinyur, Doktor,
bahkan Profesor.
Lulusan dalam dan luar Negeri.
Banyak dari mereka lulusan dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Ada juga alumni Ummul Quro, Madinah. Alumni
UI, alumni Perbanas, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, ITN Malang, dan
beberapa perguruan tinggi ternama lain nya. Bahkan ada yang lulusan Cambridge Inggris.
Malam hari di Jakarta