Kamis, 28 April 2016

Bab.XII.hal 48 # Menaklukkan Ibu Kota

BAB.XII

Menaklukkan Ibu Kota

## Merantau ke Jakarta

Senin, : Awal tahun dua ribu sembilan

Sekarang  aku sudah di Jakarta.




Saya Pasti Bisa !- Merry Riana Official 


      Kemaren aku tiba di stasiun Jatinegara, dengan menumpang kereta api  Gaya baru Malam Utara, dari Surabaya. Berbekal alamat sahabatku yang sudah bekerja di sana, jam empat subuh aku sampai di Stasiun Jatinegara, Jakarta timur. Aku segera cari ojek, dan menunjukkan alamatnya.

             Tukang ojek, meminta ongkos sepuluh ribu rupiah. Aku setuju dan naik di belakang jok sepeda motor nya . Ketika tiba di alamat yang dituju,  sahabat ku sudah menunggu di depan pintu kantor nya. Dia menanyakan ongkos dan membayar nya. Kami bersalaman, dan berpelukan hangat. 



Mandi cahaya,  Jakarta malam hari -
 Raja drone ID Channel


           Dia membawaku masuk kebelakang kantor sekaligus tempat bertahan nya. Ada kamar khusus buat dia dan beberapa rekan nya. Aku segera melepas jaket, membuka topi dan bersandar di tembok kamar, karena masih didera keletihan perjalanan selama semalaman. Mulai  jam empat sore, sampai jam empat pagi. 

Dua belas jam, Surabaya Jakarta.

           Sahabatku tinggal di kawasan Dewi Sartika, Jakarta Timur.  Dia bekerja di travel, dan masih baru mulai menempati kantor baru yang sekarang ini. Sebelum nya dia berkantor di kawasan Condet. Begitu cerita nya padaku. 

       Aku hanya mengangguk kecil, karena aku  juga tak mengerti Condet dimana,  maklum, baru kali ini aku ke Jakarta lagi,  setelah puluhan tahun tak pernah menginjakan kaki. Kami kemudian sholat subuh bersama, dan sahabat ku menyiapkan kasur untuk ku, mempersilahkan aku beristirahat sejenak.




Jakarta  siang hari di tahun 2009



 Alhamdulillah, aku sudah sampai di Jakarta.

           Satu hal yang aku rasa adalah, dunia menjadi lapang, ketika kita memiliki banyak teman. Dimana pun kita,  akan ada bantuan dan sambutan. Bagiku menjaga persahabatan adalah hal yang sangat ku perhatikan. Kejujuran dalam persahabatan adalah prinsip ku.  Harta nya kujaga seperti harta ku. Kehormatan nya  adalah kehormatan ku.

        Kegembiraan nya juga kegembiraan ku. Kesediha nya kesedihan ku. Duka nya adalah juga duka ku.  Kami berbagi  segala hal, dan menjalani kehidupan dengan bergandengan tangan.  Bagi ku, sahabat ku adalah saudara ku.

        Tempat dimana aku tak punya kerabat ditanah rantau ini, merekalah kerabat ku. keluarga mereka kuanggap seperti keluarga ku juga. dengan itulah ku jalani hidup selama ini. Berpuluh tahun di perantauan.

Aku tak pernah hanya mengambil keuntungan sesaat. Bagi ku, sekali bersahabat, tetap bersahabat, sampai  akhir hayat. 



Puisi, 
Kau yang tak pernah mencintaiku,
 namun kucintai

           Ada juga beberapa sahabat yang berubah ketika mereka telah jaya dan berhasil, itu kumaklumi.  Karena tiap orang memiliki kepentingan masing-masing. 

Bisa juga kerena sudah menikah, agak berbeda cara perlakuan nya, karena pengaruh istri, atau orang sekitar nya. Ada juga karena pendidikanya yang sudah mumpuni,  merasa bahwa kita bukan lagi level nya.


             Beberapa sahabat ku dulu, sekarang ini memang ada  yang sudah bergelar Ustadz bertitel LC, MA,  Doktorandus, Sarjana Ekonomi, Dokter, Insinyur, Doktor, bahkan Profesor.  

Lulusan  dalam dan luar Negeri. 

            Banyak  dari mereka lulusan dari Universitas  Al Azhar, Kairo, Mesir. Ada juga alumni Ummul Quro, Madinah.  Alumni UI, alumni Perbanas, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, ITN Malang, dan beberapa perguruan tinggi ternama lain nya. Bahkan ada yang lulusan Cambridge Inggris. 


Malam hari di Jakarta