Kamis, 28 April 2016

Bab.XI.hal.46 # Jejak Perjuangan Hidup

BAB.XI

Jejak Perjuangan Hidup

## Berdagang ke Ujung Pandang





Sulawesi Selatan : Sekitar tahun 2002


Aku Bangkrut!!


         Dalam kebingungan, aku memutuskan kembali pada Tuhan, yang ketika dulu di Bali, ibadah ku memang banyak berkurang. Kesibukan kerja membuat ku kadang lupa waktu. Siang malam, ku kerahkan segala daya dan upaya untuk mengejar kesuksesan. 

Sholat ku kadang banyak  tertinggal. Puasa ku banyak yang bolong-bolong.  

         Syukurlah aku tetap bisa bertahan, dari segala godaan maksiat yang mudah sekali ditemukan disini. Bar , Karaoeke, Pub, Club, CafĂ©, Diskotik, ada di mana- mana. 

Hanya tinggal kita saja, sanggup atau tidak untuk menjauhi nya.

Ketika sampai di rumah, ku serahkan sisa uang di dompet ku, Tiga ratus ribu rupiah! Aku memilih mendekatkan diri pada Allah.   

Beribadah dan berdoa.  






            Empat puluh hari aku mengurung diri, tidak keluar rumah kecuali memang memaksa. Istri ku membantu ekonomi kami dengan membuat kue-kue seada nya. Kondisi kami betul-betul sulit waktu itu.

Untung nya anak-anak ku masih tetap bisa sekolah. Putri kami, berusia enam tahun, duduk di bangku kelas satu sekolah dasar, dan adik nya, Putra kami, masih di taman kanak-kanak Nol Besar.

                 Kadang aku membantu istri ku, sambil menghibur nya,:” Sabar Fa, kita minta bantuan Allah, dan pasti akan datang jawaban nya, tunggu saja!”, kata ku pada istri ku. 

Dia hanya tersenyum, tanpa suara.

             Tepat hari ke empat puluh, tiba –tiba pintu ku di ketuk oleh seseorang, ketika kubu ka, ternyata teman ku yang cukup lama tak bertemu, berdiri di depan pintu. Kusambut dengan ramah kedatangan nya. 

Setelah mengobrol cukup lama, dia mengeluarkan selembar amplop putih panjang dari balik baju nya, dan menyerahkan pada ku, dengan pesan, :

” Ini titipan dari teman kita, kata nya serahkan saja!”

Aku menerima nya, dan teman ku itu pamitan pulang.

             Ketika ku buka ,:”Subhanallah!”, Isi nya selembar cek kontan, senilai tiga juta rupiah!. Ku panggil istri ku, dan kutunjukkan pada nya, terlihat mata istriku berkaca-kaca.

”Ini gaji dari Allah Fa, buat modal hidup kita,” kata ku dengan tak henti mengucapkan, ”Alhamdulillah, Alhamdulillah ya Allah,!’ 

Aku kemudian bersujud diatas sajadah, sujud sukur saat itu juga.  

Subhanallah!’”




Kapal ditengah lautan- TOP BGT Channel


              Waktu itu sekitar bulan Syaban, biasa nya jenis dagangan  yang laku keras menjelang Ramadhan kurang satu bulan ini adalah, : 

Perlengkapan dan busana muslim. Seperti baju koko, baju taqwa, mukena, songkok, sajadah dan atribut lainya. Tapi akan di pasarkan kemana?                 

Aku  mulai  putar otak, dan mencari info kontak. Kebetulan salah satu keluarga istriku, ada family nya yang menetap di Ujung Pandang. Sulawesi Selatan. Setelah mencari berbagai Informasi, kuputuskan aku akan berdagang ke Ujung Pandang.

             Beberapa teman ku yang berproduksi Baju koko, mukena, dan lainya, kuhubungi. Ku katakan aku mau ambil barang, tempo sebulan.

Mereka bersedia membantu ku, asalkan aku berjanji tepat waktu. segera Ku kumpulkan barang dagangan, ku kirim  kan via ekspedisi, dan aku naik kapal, berangkat ke Ujung Pandang.




Setelah 3 x 24 jam mengarungi lautan 
aku tiba di Ujung Pandang


               Bergegas aku turun dari kapal, dan mencari warung untuk sarapan, serta membeli selembar koran. Sambil menghirup kopi, kutelusuri kolom demi kolom iklan, yang menawarkan tempat kost-kost an. 

Dari beberapa lokasi, aku menemukan satu yang cocok buat ku. Luasnya lumayan, sekitar empat kali empat meter persegi. Ku bayar sewa nya untuk satu bulan,  dan aku segera merebahkan badan.




Kota Makassar - Raja Drone ID Channel


                 Dua hari kemudian barang dagangan ku baru tiba, segera kupasarkan dan hanya dalam dua minggu habis terjual. Alhamdulillah, uang nya segera kukirimkan pemilik barang, dan sisa nya ku buat tambahan modal serta menambah pesanan. Sekitar  hampir tiga tahun aku bolak –balik Ujung Pandang,

Sampai akhirnya tertipu dibayar giro kosong oleh pelanggan ku, yang sudah bertransaksi selama ini dengan ku. Aku kembali terpuruk, dan memulai lagi dari Nol.

           “- Ketika aku di Ujung Pandang ini, ayah ku meninggal di tanah kelahiran nya. Meski segala cara ku coba untuk bisa datang dan mencium mayat nya, tak ada penerbangan yang bisa sampai tepat waktu hari itu -"

Akhirnya terpaksa keberikan izin bagi adik-adik ku untuk mengebumikan beliau, tanpa kehadiran ku.


“Selamat jalan ayah ku, 

Maafkan  anak mu , 

yang tak  ikut  mengantar mu pulang menghadap Nya,!”



Makassar - CNN Indonesia Channel