Selasa, 26 April 2016

Bab.V.hal.17 # Pungguk Merindukan Bulan

BAB. V

Merantau Ke Malaysia

##, Bekerja di Kuching, 

Sarawak; tahun 1988 - 1990.




Gambar Ilustrasi 




Kemanakah kubawa hati ku? 


Tahun Sembilan belas delapan puluh delapan


                Kedatangan utusan itu tak bepengaruh banyak terhadap keputusan yang sudah aku ambil. Niat ku sudah pasti, tekad ku sudah bulat, aku akan merantau, keluar dari negeri ini. 


            Aku memutuskan berangkat ke Kuching, Malaysia Timur. Disana aku akan mencari kerja, apa saja , asal  halal.


          Dari besaran gaji memang  ada beda angka yang cukup mencolok, antara negeri jiran itu dengan negeri kita. Waktu itu kurs sekitar Rp.2.400 untuk $ 1 Ringgit Malaysia, sekitar tahun  Sembilan belas delapan puluh delapan




Izinkan selamanya namamu di hati


        Aku mendapat pekerjaan sebagai bagian operasional sebuah pergudangan Cold strorage.  Jasa menyimpan Buah –buahan , sayur dan makanan serta dagangan. yang diambil dari pemilik setiap sore atau pagi hari, tergantung jam buka mereka, dan kemudian diambil kembali, ketika mereka tutup, untuk disimpan dalam gudang majikan ku ini.  

Aku digaji sebesar $400 (empat ratus ringgit sebulan)


Aku bekerja dengan tekun,

          Hari hari ku dilalui dengan upaya keras untuk melupakan semua kenangan pahit yang telah kutinggalkan di kota kelahiran ku, Pontianak.  Sekarang aku sebatang kara di negeri orang. Aku harus bekerja keras, untuk supaya bisa makan dan bertahan hidup.



Usia ku baru menginjak dua puluh tahun saat itu

       Masih sangat muda memang. Tapi perjalanan hidup menyeret ku jauh dari keluarga dan orang tua. Aku mengisi hari –hari ku dengan kesibukan, kesibukan dan kesibukan.


Dalam kesendirian dan keterasingan di rumah kontrakan,: 

       Kami kongsi ber empat, mengontrak sepetak rumah, dengan dua kamar, lebar sekitar empat meter dan panjang sekitar delapan meter, dengan harga kontrak, empat ratus ringgit per bulan.  Dua orang menempati satu kamar.  Lumayan lah. Dikamar berlantai papan kayu, beralaskan tikar pandan, berbantalkan tas pakaian, kami berjuang jauh di negeri orang. 




Gambar Ilustrasi


Ketiga teman ku sesama  perantau dari Indonesia,  


      Atau biasa disebut orang Indon, oleh mereka, warga negara Malaysia. Teman ku  semua bekerja  di tempat berbeda. Kadang pada malam hari, hanya tinggal aku sendirian.  Sebab mereka kena tugas malam, ship malam.


Disaat seperti itu, luka batin ku kembali menganga. Sering aku menangis tersedu sedu, sampai tertidur lelap, karena keletihan. 



Sering aku menangis tersedu -sedu hingga terlelap



Disaat seperti itu, 


            Kadang kuputuskan untuk bertahajud, memohon bantuan dan pertolongan Allah, agar Ia mencabut rasa yang telah di tanam Nya, sehingga aku terbebas dari rasa sakit yang mendera ini. Rasa sakit yang tak kunjung lekah dari jiwa. Rasa sakit dirongga dada, karena tak mengerti mengapa aku harus jatuh cinta? 


Dalam sujud aku berdoa,

 Bermunajad pada Allah, 

Dengan cucuran air mata,:

“Ya Allah, Tuhan ku, 

           Apakah salah ku sehingga Kau hukum aku dengan rasa sakit luar biasa yang mendera batin, mengikuti setiap langkah ku, setiap tarikan nafas ku, setiap denyut jantung ku, dan setiap kedipan mata ku,?” 

Jika Kau ciptakan Ia bukan untuk Ku. 

Kenapa Kau tanamkan rasa begitu hebat di hati ku?”




Seperti bulan merindukan pungguk  - 
Siti Nordiana


“Tak pernah kupinta untuk jatuh cinta, ya Rabb, !! ,  


     Disaat usia ku masih sangat belia. Kau lah yang menggerakkan nya. Hingga aku tak sanggup menolak nya. Kau lah yang menghunjamkan beliung tajam kedasar jantung ku, sehingga aku tak sanggup mencabut nya !


Bebaskanlah aku ya Rabb, 

    Dari rasa sakit mencintai, seperti Qais mencintai Laila, seperti  yusuf dan Zulaikha, seperti Balqis dan Sulaiman, dan seperti Adam dengan Bunda Hawa,




Demi kebesaran Mu, cabutlah rasa ini 



            ”Demi kebesaran Mu, aku memohon dengan cucuran air mata, dengan hati yang luka parah,:” cabutlah rasa ini ya Rabb dari jantung dan hati ku!”

         “ Aku tak sanggup menanggung nya.  Sakit berkepanjangan, luka bernanah dan berdarah. Hati ku menderita,  jiwa ku  dirobek  cinta. Luka nya  semakin menganga, dan aku tak berdaya,!

Bayangan gadis itu mengikuti langkah ku. 

     Senyum nya muncul di dinding, di tengah pasar, di antara rimbun pepohonan, di atas perahu, di kaca bis, di atas permukaan air, di dalam kolam, di penghujung jalan, di dekat tiang listrik,  di kaca-kaca bangunan pencakar langit di Kuching, bahkan di depan pintu rumah kontrakan ku, tiap kali aku pulang dari bekerja. 

Alhasil, 

Kemanapun aku menolehkan kepala,

 Dia ada disana.!”




="Seperti pungguk merindukan bulan"=

Ketika purnama sempurna dilangit cerah,

Kulihat senyum Mu berarak bersama  awan,

tersipu malu, 

Menatap ku sumringah,!” 

Ackh rembulan, mengapa kau  melihat ku


 Yang tersenyum dalam tangis pilu


Yang mengharapkan kau jatuh kepangkuan?


Yang mabuk kepayang kepada bayang-bayang?


Maukah kau bisikkan pada angin yang membelaimu


Sampaikan salam dan rindu ku pada nya?


pada sesosok raga


Yang dijantung nya kutitipkan cinta,"


Lagu Tiara