Kamis, 28 April 2016

Bab.XII.hal.52 # Kutemukan Mutiara Yang Hilang

##, Kutemukan Mutiara Yang Hilang 



Jakarta,:  Tahun dua ribu sebelas


Untuk mengobati kerinduan, 
di baca nya surat ku yang dulu ku kirimkan
Hurup demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat
Setelah itu , surat itu kembali di lipat nya semula, : 
 Di simpan nya dengan cucuran air mata,"!,-


"Segurat Rasa,"
Tanpa menunggu embun,  
bunga kan  tetap tebarkan aroma
Tanpa ikatan pun 
dua hati kan tetap bicara

Tanpa dimintapun
 burung kan tetap berkicau
Tanpa bertemupun,
 di hati, 
dua cinta kan tetap merasa

Air kan tetap mengalir
Dunia kan tetap berputar
Semua kan berlalu
Seiring waktu yang menua

Dan yang tersisa, 
Hanya kenangan dalam ingatan
Yang tak mudah di hapuskan







"Ternyata cinta kami sama besar nya,
 terpendam di bawah permukaan.  
Seperti lahar gunung berapi, 
yang menggelegak dan  mendidih,!-

" Rupanya jarak tak dapat memisahkan  hati. 
Meski di batasi samudra, rindu itu tetap ada.
 Lautan bukan penghalang ketika rindu datang. 

Jarak , waktu,  serta samudra luas , hanya memisahkan raga,
 Ia tak punya kekuatan dan kekuasaan untuk memisahkan hati.

Dan ternyata, : 

Ada cinta  sebesar cinta ku di dada nya.  
Ada rindu sebesar rindu ku, di jantung nya !” 
Dan ada kehilangan yang sama besar nya 
dengan ke hilangan yang aku rasa. 



Ketika rindu datang, di ambang petang , 
Aku menunggu di bibir pantai, 
berharap mampu melihat seberang lautan ,
 mendengar kabar nya 


= ====================

Hari ini, aku agak malas bangun. 

            Setelah sholat subuh tadi, aku kembali tidur lagi. Kulihat jam tangan sudah pukul sebelas siang. Perutku terasa mulai lapar. Setelah mandi dan berpakaian, aku keluar dari kamar, membeli segelas  kopi dan beberapa biji kue di Dunkins Donat, mampir ke Indomaret buat beli rokok dan keperluan kecil lain nya 

          Aku langsung kembali ke kamar ku, dan mengunci pintu nya. Kuhirup kopi panas Dunkins Donut, dan ku lahap sebiji roti coklat kacang kegemaran ku. Perut ku terasa hangat. Ku sulut sebatang rokok, dan ku sedot dalam-dalam. Ahkkk, nikmaat, terasa dunia begitu lapang.


Iseng ku pencet tombol panggilan 
Mencoba menghubungi Dia yang ada di seberang  sana.


“Haloo, Salam alaikum,!” Sapa ku.

“Kom salam,  ape cerite?” tanya nya.

“Tak ade, pengen nelfon jak, ndak ganggu ke,?” tanya ku. 
 "age dimane nih?",  lanjut ku.

“Di rumah, baru habis masak, nunggu anak-anak balek sekolah, bentar age,”
  kata nya.

“ooh, berape anak Ente?, laki berape , perempuan berape,?”  lanjut aku bertanya.

Dia diam sejenak kemudian menjawab, :

” Dua gak, yang besar laki laki udah kelas tige SMA, yang kecil baru kelas tige SMP,!”

“Alhamdulillah,!” sahut ku.  




Gambar Ilustrasi 



Kami kemudian bertukar cerita kesana kemari, 
Tentang hal yang telah di lalui selama ini

Di sela –sela pembicaraan Aku bertanya,

; ” Dari mane dapat nomor ana?,

” Dia diam sejenak, kemudian menjawab, :

“Cobe Ente ingat, Ente ngasi nomor ke siape  yang kontak Ente di FB, ?”  

Dia balik bertanya.

         Aku coba mengingat satu persatu dan, memang, aku pernah memberikan nomor ku kepada salah satu  teman ku dulu. Teman Ku  semasa Es De yang mungkin mengenal nya, karena satu wilayah kelurahan dengan nya?


“Ente  kemane sekitar tahun sembilan puluhan?”, tanya nya.

        “Ana berangkat ke Jawe,!” jawab ku.

“Ooooh, Pantaslah,!” jawab nya lirih. 

Terdengar ada semacam nada penyesalan mendalam di situ. 

        ”Ngape?,;  aku balik bertanya.

 Ingin tahu lebih jauh, apa yang di maksud kan dengan kalimat,: ”Pantaslah !??” 




Ternyata di sana,  Dia juga sering melakukan hal yang sama.
Menatap Kapuas  dan  Pelabuhan di ambang petang, 
 menunggu  Aku datang untuk meminang,


Waktu itu, 
Ketika merasa siap menikah
 Ia mencari ku kemana-mana, 
Dari sumber yang bisa di dapat nya
 Dia menunggu aku datang, untuk meminang nya
Mengusir rindu dan mengobati hati nya
 Membalut luka yang menganga di sudut jiwa 
Harapan itu masih menggelora di dada nya
Harapan untuk dapat di pertemukan, 
Dalam suatu ikatan, 
 Bernama Pernikahan



##, Membuka tabir hati ,:


Dia kemudian mulai bercerita, ;

            Bahwa sekitar tahun delapan puluhan akhir, selesai SMA, dia langsung bekerja, membantu ekonomi orang tua nya, mendukung pendidikan adik nya. Berangkat jam tujuh pagi, pulang jam tujuh malam. 

Tak ada waktu tersisa untuk kegiatan lain. 

               Di rumah Dia langsung tidur.

 Itu berjalan sekitar lima  tahun, sampai adik nya lulus SMA, dan Dia mulai  bisa berfikir  untuk hidup nya.  Sekitar tahun  sembilan  puluhan waktu itu.


Dan hasil perjuangan nya mulai nampak. 

         Ekonomi keluarga nya mulai stabil, Dia mulai bisa menabung untuk keperlua nya sendiri. Dia membeli sebuah rumah, sebagai cadangan jika nanti ketika menikah dan membina rumah tangga nya. 

Kadang dia berupaya mencari info tentang keberadaan ku, dengan cara sembunyi-sembunyi, lewat teman – teman ku, yang juga menjadi teman nya. 

Tapi mereka tak banyak tahu dimana  aku berada. 

Aku  hilang lenyap seperti ditelan bumi. 

         Hingga tibalah Ia di usia dua puluh lima, target dimana Dia sudah siap untuk  menikah, dan membina mahligai rumah tangga. Dia mencoba mencari ku dengan segala cara. Tapi aku lenyap tak tau dimana rimba nya. 

Setelah  menyebar banyak informasi, akhir nya di dapat berita, bahwa aku sudah menikah, nun jauh  disana , di pulau Jawa.

 Hati nya hancur berkeping - keping,

         Remuk redam mimpi dan harapan. Akibat nya ia tak sanggup menerima pria lain yang mencoba mendekati nya. Hati nya tertutup rapat. 




Gambar Ilustrasi



Ternyata Ia juga merasakan perasaan yang sama, 

Persis, seperti yang aku rasakan, 

Cinta nya telah mati!. 

Separoh jiwa nya telah ikut bersama kepergian ku. 

           Separoh hidup nya , telah mati bersama kehilangan ku. Batin nya juga luka parah. Jiwa nya terguncang hebat. Hanya saja tak nampak di permukaan. Tersimpan rapat di bawah kesadaran.

            Padahal saat itu  sekitar  tahun sembilan belas  sembilan  puluh satu, berita yang ia terima tidak benar ada nya. Karena aku baru menikah di Jawa , lima tahun kemudian.  Entah   dari mana  berita itu di dapat nya? Dan entah dari siapa. -, 

           Dia juga berkata, bagaimana bahagia hati nya ketika mendapatkan nomor ku ini, disambar nya secepat kilat, dengan perasaan tak menentu dan dada  membuncah seperti mau pecah, karena kerinduan yang tersimpan begitu lama, - .

Dia juga bercerita,:

" Bahwa sejak menerima surat ku dulu, Dia tak pernah menolak ku, dan tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, kecuali sebatas teman. 

Kenapa dia tak sanggup menjawab ketika ku tanya? , 

           Ternyata kami sama menggigil nya jika berdekatan. Tubuh nya juga  panas dingin, nafas nya tersengal-sengal, dan suara nya tak mampu keluar dari tenggorokan. Dia juga salah tingkah  jika kami  bertemu muka.  Itulah  kenapa, Dia cenderung menghindar dari ku !. 

             "-"Ternyata cinta kami sama besar nya, terpendam di bawah permukaan.  Seperti lahar gunung berapi, yang menggelegak dan  mendidih,!-" Rupanya jarak tak dapat memisahkan  hati.  Meski di batasi samudra, rindu itu tetap ada.

          Lautan bukan penghalang ketika rindu datang.  Jarak , waktu serta samudra luas , hanya memisahkan raga, Ia tak punya kekuatan dan kekuasaan untuk memisahkan hati. 

Oooh, Tuhan kenapa ini menimpa  kami? 

"Aku tak mampu menahan haru, kami saling bertangisan via telefon.!"





Kau adalah tujuan hidupku - 
Bolynesia Official Channel


-"Baru sekarang aku tahu, ternyata cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan. 

             Aku bukan pungguk yang merindukan bulan.  Aku bukanlah “Gile Bayang “ Dan ternyata, hati ku tak salah tempat. Ketika cinta memilih, getar itu ternyata sama.

          Ada cinta  sebesar cinta ku di dada nya.  Ada rindu sebesar rindu ku, di jantung nya !” Dan ada kehilangan yang sama besar nya dengan ke hilangan yang aku rasa. 

             Sebenar nya ,:" kami saling mencintai,  dengan  getar dan rasa yang sama hebat nya."  Hanya saja Dia tak sanggup mengutarakan nya, takut menghambat cita-cita nya!-” Dia berharap aku mengerti dan mau bersabar menunggu nya, sampai usia dua puluh lima.

            Waktu itu, ketika merasa siap menikah. Ia mencari ku kemana-mana, dari sumber yang bisa di dapat nya. Dia menunggu aku datang, untuk meminang nya. mengusir rindu dan mengobati hati nya.

       Membalut luka yang menganga di sudut jiwa.  Harapan itu masih menggelora di dada nya. Harapan untuk dapat di pertemukan, dalam suatu ikatan,  bernama pernikahan. 



Gambar Ilustrasi


                Meskipun ada beberapa pria yang mencoba mendekati bahkan melamar nya, Dia tak sanggup membuka hati nya. Dia masih  mengingat Ku. Dia tak pernah melupakan Aku. 

            Pahatan nama di hati yang sudah terpatri begitu kuat tak sanggup di hapus nya. Dia terlanjur mencintai ku, dengan sepenuh jiwa. Itulah kenapa Dia pernah membuang cincin pertunangan nya, karena Ia tak sanggup membunuh cinta dan membunuh hati nya. 

Gejolak peperangan antara jeritan jiwa  dan kenyataan yang di hadapi. Antara cinta dan kesadaran. Antara impian  dan kejadian. Membuat nya putus asa dan bimbang untuk menjalani kehidupan. 

Apa yang harus dilakukan?

           Jika mempertahankan cinta, Ia akan terlambat menikah dan akan di panggil dengan sebutan "perawan tua," sebuah hukuman yang sangat berat untuk nya.


 Tapi jika Ia menikah, itu arti nya, pintu cinta nya tertutup untuk selama nya. Jika  pun nanti bertemu, tak mungkin lagi untuk dapat bersatu.


              Karena Ia harus mengubur hati nya, dan menerima suami nya. Meski Ia mungkin sanggup menyerahkan jasad nya , tapi apakah Ia mampu mengoyak hati nya, berbagi kepada suami ? Apakah Ia akan sanggup mengasihi anak - anak  yang lahir dari pernikahan yang dibangun di atas kuburan  cinta nya ? 

                Lalu berapa lama Ia sanggup mempertahankan pernikahan seperti ini? 




Untuk mengobati kerinduan, di baca nya surat pertama Ku  dulu, 

 
               Tengah malam, ditengah keresahan, diantara peperangan batin, ketika kerinduan  hadir mendekat, pekat, mengikat : 

-"Di buka dan di baca nya surat cinta pertama yang dulu Ku kirimkan. Hurup demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat. Setelah puas di baca , surat itu kembali di lipat nya semula, :


 ”- Di simpan nya dengan cucuran air mata,!-"

Hingga hari ini, surat itu masih Dia simpan.  Hingga saat ini, surat  itu  tak pernah Dia buang.

          Setelah bertahan selama kurang lebih setahun kemudian, ketika aku tak kunjung datang, dia memutuskan menerima lamaran seseorang dan mengakhiri masa lajang.

           -"Jika dia mengangkat  muka, dulu, ketika ber papasan dengan Ku di suatu waktu. Itu karena, Dia  tak sanggup menahan degup jantung nya yang riuh rendah, yang membuat hampir saja kaki nya tak bisa lagi melangkah. 

Dia hampir terduduk lemas, karena perasaan  yang tak bisa dia lepas!,-” 

-"Oooh Tuhan, alangkah bodoh nya Aku?-"

"- Dan ketika dia menjawab  dengan  jawaban ,”Biase –biase jak,” maksud nya adalah, untuk  saat itu, kami tak perlu menunjuk kan hubungan, keterikatan, dan perasaan. 

Sebab ia masih ingin sekolah, sampai tamat Es Em A. 

        Baru kemudian ia ingin  bekerja, dan membantu ekonomi keluarga nya, membantu orang tua nya. Menyelesaikan sekolah adik nya, mempersiapkan hidup nya.


 Setelah itu  baru kemudian Ia berfikir untuk diri nya, menikah dan berumah tangga,-".

             "Menurut nya, jalan cinta kami masih sangat panjang, butuh waktu paling tidak, sejak surat pertama itu ia terima, kami masih harus menjalani sepuluh tahun kehidupan kedepan, sampai ia merasa siap menikah, di usia dua puluh lima."



Kisah cinta  kita tak akan pernah lengkap,...


          Itulah kenapa dia mengirim sepupu nya, ketika meminta Ku untuk tidak berangkat keluar negeri, tempo hari. Sebab Ia tak sanggup melihat Aku hancur. Hati nya ikut remuk bersama kegagalan Ku. Dia merasakan perasaan yang sama, seperti yang Aku  rasakan , saat itu. 


-"Frustasi,! ya, Frustasi. -" 

        Aku merana karena merasa cinta ku di tolak, sementara Dia menderita, karena merasa aku tak mau mengerti dan bersabar menunggu nya. Sayang nya Aku tak pernah tau apa yang di simpan di hati nya, karena kami tidak berkomunikasi langsung. 


Gambar Ilustrasi


            Aku tak berani datang ke rumah nya, atau sekedar menulis surat, karena menganggap bahwa Dia tidak mencintai Ku. Sementara Dia tak bisa menulis surat dan tak punya waktu atau kesempatan untuk bertemu langsung dengan Ku.

Sebetul nya kami hanya di hantui prasangka. Salah faham yang akhir nya menjadi malapetaka. Derita jiwa seumur hidup !

 Lewat telfon itu Dia juga menyampaikan harapan nya pada Ku,"- 

              Dia ingin aku tetap bertahan sebagai pegawai negeri, tempo hari : 

"Itu pegangan pasti, buat  masa depan, rumah tangga kite, nanti,!”  

Kata nya, dengan suara terbata-bata, : 

” Ente tu memang keras kepala,” : lanjut nya.




Gambar Ilustrasi


            Dia menceritakan itu semua dengan isak tangis dan derai air mata, dari seberang  sana.  Sedu sedan kepedihan dari lubuk hati yang paling dalam. Rupa nya beban batin dan luka jiwa  yang menghimpit puluhan tahun lama nya di dalam dada , baru hari ini tumpah, dan  di luapkan nya!

Cukup lama kami tak dapat bicara, larut dalam kesedihan , kepedihan, kehampaan, nelangsa dan penyesalan, jadi satu dalam sesenggukan, tangis dan  sedu – sedan,  ber- dua-an, saling menyesali kebodohan.

Subhanallah,!

         Sampai sejauh itu keteguhan  hati, keteguhan tekat, keteguhan niat , keteguhan sikap dan keteguhan cinta nya!

Keteguhan niat hati nya untuk mengejar cita-cita luhur , membantu keluarga dan orang tua nya. Keteguhan tekat untuk mewujudkan mimpi adik nya. Keteguhan sikap dalam mempertahankan cinta nya. Dan keteguhan target tujuan hidup, baru akan menikah di usia dua puluh lima.
   
            "- Dan ketika Aku memutuskan berangkat ke Malaysia, tempo hari, maksud nya,  seharus nya aku datang menemui nya, seharus nya Aku kembali pada nya.  Tapi aku salah sangka, salah menduga, dan menganggap bahwa diantara kami tak pernah  ada rasa. 


Diantara kami tak pernah ada cinta, ..

             Hanya aku saja, yang bertepuk sebelah   tangan meng harapkan bulan turun kepangkuan.“Mabok Cinte, Gile Bayang,!!-” Dan kesalahan itu harus ku tebus dengan penderitaan batin yang hebat, berkepanjangan, puluhan tahun kemudian.




Gambar Ilustrasi



Aku memang bodoh, tak mengerti  isyarat dari nya,......               

Padahal, ketika aku akan berangkat menjalani pelatihan Suskalak Ke Pasir Panjang tempoh hari, sebagai syarat pengangkatan Pegawai Negeri. 

        Diatas mobil yang akan membawa kami hari itu, ketika tengah parkir di simpang tiga dekat pintu kota, menunggu peserta lain nya.  Dari balik jendela kaca, dengan sikap malu -malu, dan wajah memerah ter sipu - sipu,  Dia mendekati ku dan sempat menitipkan rantang berisi makanan. 

Secarik kertas kecil bertulisan kutemukan di dalam nya,:’ “Baik –baik jaga diri, hati-hati di tempat orang,”  itu  pesan  singkat nya, ada tanda - tangan  disitu.


Aku menyesali kebodohan Ku.

     Menyesali Ketergesaan Ku , kegopohan Ku, dan kesalahan Ku menilai nya. Mengapa Aku hanya menurutkan rasa, tidak menurutkan  akal dan fikiran.?

     "- Kenapa upaya nya menjaga jarak, kutafsirkan sebagai kesombongan dan keangkuhan? Kenapa aku tak berfikir  jika aku gemetar berdekatan dengan nya, mungkin Dia juga lebih kurang sama,?-"

         Tapi saat itu, aku hanya lah seorang remaja, yang belum panjang nalar nya. Sehingga tak pernah mengerti, ketika, kadang sepupu-sepupu nya memanggil ku dengan sebutan, : ”Buah Hati,”

"- Kami menyesali semua kesalahan. 

Kesalahan yang sangat  fatal dalam hidup kami. Kesalahan yang tak dapat di tebus kembali. Kami menyesali kebodohan kami. Kebodohan yang menyebabkan "luka batin kami berdua , yang sangat parah."  

          Kami menangis dan tertawa bersama, dari  ujung  telfon , satu di Jakarta, satu di Pontianak,  sekitar selama dua jam bicara.



-" Ya Allah, Tuhan kami,  jerit ku pecah!,  

Apa maksud Mu dengan semua kejadian ini?" Aku tak mampu lagi mengendalikan diri, dada ku terasa sesak, jantung ku terasa begitu sakit,  perih, seperti merekah rasa nya, nafas ku berubah cepat,
  

-"Sebelum akhir bicara, Dia sempat berkata, :

          " Jangan sedeh, selama ini,  kite kan tetap saling mengingat. Ente kan tak pernah melupakan saye? Jadi sebetol nye kite tak pernah ber  pisah. Kite tak pernah berjauhan. Saye kan selalu ade di hati Ente?. (Mungkinkah maksud nya aku juga selalu ada di hati nya?) Ini lah cerite , takder dan naseb cinte kite, kaseh tak sampai. Simpan jak, buat kenangan kite, nantek! " kata nya. 

         -" Tapi kalimat itu tak mampu mencegah tubuh ku berguncang hebat, seperti ada gemuruh tumpahan lahar yang ingin keluar dari dasar gunung ber api, menggelegak dan mendidih dengan sangat dahsyat, mencari puncak kawah, dan memuntah kan isi nya!  

Ketika telfon Kututup , -"Aku menangis se jadi-jadi nya, !!”-



Gambar Ilustrasi





##, Menjalani Cinta Terlarang


Sejak saat itu, kami sering kontak, : 

            Untuk  sekedar bertanya kegiatan sehari hari, kondisi anak-anak, cuaca, kesehatan, atau sekedar bertukar informasi dan keadaan  keluarga masing-masing. 

“- Kami  merasa  seperti  hidup kembali. Kami merasa menemukan lagi cinta kami. Kerinduan yang tersimpan dibawah permukaan selama hampir tiga puluh tahun, yang mengendap seperti fosil batubara, sekarang meluap dan membakar jiwa. Rasa nya kami tak ingin menutup telfon tiap kali  kontak. 

             Dada kami dipenuhi rasa yang menggelora dan siap menghanguskan apa saja. Kami lupa usia, kami lupa keluarga, kami lupa segala nya. Cinta dan kerinduan yang menemukan alur nya ini, seperti lahar dingin yang berubah menjadi magma, menggelegak, mendidih,  dan  rasa nya sulit untuk di lukiskan dengan kata - kata.-" 



Mutiara yang yang hilang dari dasar jiwa,
 yang kucari sampai ke ujung Pulau Sumbawa, 
kini  kutemukan kembali


"- Tiap ada waktu luang, kami menyempatkan diri untuk saling kontak. 


           Aku merasa seperti kembali remaja, barangkali begitu pula yang dirasakan nya. Tengah malam kadang kami terbangun, lalu tersenyum sendiri. Serasa, Ada taman bunga mekar di hati kami. Ada debur ombak menggemuruh, menghantam dan memecah kan bukit karang kerinduan yang telah membatu, membeku dan  menggumpal selama ini.-" 

"- Rasanya jiwa kami seperti kembali utuh, setelah begitu lama terbelah, setelah hampir tiga puluh tahun terpisah, setelah hampir tiga puluh tahun menderita memendam rasa cinta yang begitu besar dan begitu hebat nya. 


         Sekarang Aku  merasakan   mutiara yang hilang dari dasar jiwa, yang kucari sampai ke ujung Pulau Sumbawa, kini telah kutemukan  kembali,-"




Rindu kami yang terlarang

Kadang kami bernyanyi bersama,:

#Sekian lama sudah, kita tlah berpisah
Kurasa  kini engkau tak sendiri lagi

@Akupun kini juga seperti diri mu
Satu hati telah mengisi hidup ku

#@Tak perlu engkau tahu, rasa rindu ini
Dan lagi mungkin , kini kau telah bahagia
Namun andai kau dengar, syair lagu ini
Jujur saja , aku sangat, merindukan mu

Reff :    
#Memang tak pantas, mengkhayal tentang diri mu
Sebab  kau tak  lagi, seperti yang dulu
Kendati berat, rasa rindu ku pada mu,
Biarkan ku hadang, Rindu ku terlarang

#@Biar kusimpan saja, biar kupendam sudah
Terlarang sudah, rindu ku pada mu

#Ku puisikan rindu di hati ku
Kuharap tiada seorangpun tahu,


        “Lagu yang dinyanyikan Broery Marantika dan Dewi Yull ini, mengingatkan  kisah yang tengah kami jalani. Cinta yang terlarang, rindu yang terlarang.

 Apa yang dapat kami lakukan?  

          Rasa ini datang dengan kuatnya, seperti badai menggemuruh didada dan dasar jiwa kami. Kerinduan dan kehilangan, kepedihan dan kebahagiaan berkecamuk dalam rasa yang menggelora begitu kuatnya. 

           Kami tak sanggup menahannya, kami tak sanggup mencegahnya, kami tak mampu membunuhnya bagitu saja. Persoalan hati memang bukan hal yang mudah untuk di nalarkan. Ia membuncah seperti air bah. Menggemuruh seperti badai samudra. 

Itulah yang tengah kami rasakan saat ini.  
A



Kasih - Hetty Koes Endang


             Sesekali, Ia bernyanyi untuk Ku, lewat karaoke, lagu nya Hetty Koes Endang , dalam nada lembut dan syahdu, irama setengah keroncong, judul nya :" Kasih" 

Di sela - sela intro musik,  Ia berhenti, dan berkata :" Ini syair nye buat Ente,!"  

             Setelah hampir tiga puluh tahun terpisah, kami menyadari satu hal,: ketika kita saling mencintai dengan cinta yang sama besar dan sama kuat nya, tak diperlukan lagi kata- kata, peneguhan, pengukuhan, pengakuan, pernyataan, statemen, atau jawaban! 

Seharus nya aku memahami itu. 

Diam nya, adalah persetujuan hati nya. Sehingga,......  

                 Tak di perlukan  lagi ucapan " Aku cinta Kamu,"  yang harus dikatakan. Karena cinta adalah urusan hati, Ia tersimpan di dada, dan mengalir bersama darah, nafas, serta denyut jantung. Ia berdetak bersama detik kehidupan .

 Cinta adalah oksigen bagi sepasang hati yang saling mencintai dengan sepenuh jiwa,! 

Itulah yang sekarang tengah kami jalani saat ini. 

Itulah yang membuat kami, Kadang tertawa bersama, 

kadang menangis bersama. 

Meski hanya lewat telfon!,! ”-.......,


              “Rasa ini menggemuruh begitu hebat nya, bahkan melebihi ketika kami masih duduk di bangku sekolah yang sama, ketika kami masih remaja", 

 "- Ketika,,-  Rupa nya bukan hanya aku saja yang merasakan nya,- hatta kami  tak pernah bertegur sapa,!. ternyata, : "Gemuruh itu juga mengguncang dada nya, dengan tak kalah hebat nya!-" Rasa bahagia yang membuncah begitu indah nya, gelora cinta pertama remaja, dan baru sekarang sempat kami nikmati bersama, ..... 

 Rupa nya, rasa inilah yang dirasakan nya, dan  itulah yang membuat Ia  tempo hari, tak mau bicara dengan ku, karena tak mampu merangkai kata!,”

Kami merasa sangat dekat, kadang ku kirimkan puisi pendek untuk nya via sms, dengan bahasa jenaka.




Gambar ilustrasi


               Aku mengatakan, bahwa dalam waktu dekat, aku akan datang. Apakah kita boleh bertemu nanti, jika aku datang ke ponti. 

Di jawab nya, :  

” Tak boleh, saye takot, saye nak betapok jak, !” kata nya.

            Kami sekarang memang bukan kami yang dulu lagi.  Kami sekarang adalah seorang istri dan seorang suami.  Kami memiliki keluarga masing-masing.  Keluarga yang telah hidup bersama selama lebih dari dua puluh tahun.

Aku telah memiliki seorang anak gadis remaja, dan seorang putra yang menginjak dewasa.

Demikian pula Dia, 

Telah bersuami dan memiliki putra yang sudah dewasa dengan seorang anak  gadis menginjak remaja. Kami bukan lagi anak muda. Kami sudah jadi “orang tua,” Kami sudah menjadi  seorang ayah dan seorang bunda.

Pernah dalam suatu kesempatan via telfon , aku iseng bertanya, :

" Apa yang akan kita lakukan jika hal ini diketahui orang? " 

Dia diam sejenak, dan kemudian menjawab :

" Tak taulah, saye mungkin tak sanggup lagi melanjutkan hidup, mungkin lebih baik saye mati jak?"  kata nya. 

Apakah maksud kalimat ini? 

         Apakah artinya Dia tak ingin lagi kami terpisah? Tapi mana mungkin? Mana mungkin kami dapat bersatu? Kami telah terikat pernikahan dengan orang lain. Kami telah memiliki anak- anak yang menjelang dewasa. Kami menjalani hidup yang berbeda, sudah puluhan tahun lama nya.

         Ataukah maksudnya Dia tak sanggup menanggung malu atas cinta terlarang nya? Ataukah Dia dihantui rasa bersalah dan berdosa atas cinta yang disimpan nya, dan merasa seperti telah mengkhianati keluarganya, meski kami tak melakukan apa-apa hanya sekedar bicara saja ?  

Entahlah,! 

Satu hal yang kami sadari betul adalah :  

                Masa lalu cinta kami, tak mungkin kami hidup kan lagi. "Biarlah ini kan menjadi kenangan indah, kisah cinta dua anak manusia, yang tersimpan rapat di dalam dada, hingga  ajal memisahkan nya. 

Aku tak pernah menceritakan kisah ini pada istri Ku, dan Aku yakin, Dia juga tak mungkin  membuka kisah batin nya, kepada suami nya."






Bagaimana caranya kukatakan pada hati? 

Siang ini kata-kata yang mulai lelah 

Rebah di kepala Ku

Saat bayangan Mu

Yang dulu sempat memeluk Ku

Kembali mewujud 

Di temani tangis air mata waktu


 Lihatlah air kapuas yang mulai mengental

Dan puisi yang akan kembali tanggal

 Tertebas tajam ujung pena

 Yang saling melukai

 Begitu perih, Begitu pedih

Mencari peluang yang tak mungkin terjangkau


Adakah satu senja saja 

Bersedia menjadi tenda

 Untuk Kita ?

Menjadi senyawa merajut rasa 

Berpegangan tangan

 Dan berjalan

 Meski begitu pelan 

Tapi  tak akan lagi ada jeda ?

Selamanya ?

Akhh, !!

Klik Link ini :  ada Film Veer dan Zara,
 https://drive.google.com/file/d/1Yti9Za9A_N-vtW2VYARA3JUFonc2ErTN/view



Kisah cinta  Yusuf dan Zulaikha

Baca Juga :