Selasa, 26 April 2016

Bab.III. hal.11 # Luka Cinta Meneteskan Darah

##, Luka Cinta Meneteskan Darah


Pontianak : Sepanjang tahun 1982 - 1984.


Sakitnya Aku Mencintai Mu



              Beberapa kali aku mencoba berkomunikasi di sekolah dan di luar sekolah, tapi tanggapan yang kudapatkan  tak mampu membuat hati ku tenang.  Jawaban nya selalu mengambang. Yang kulihat, sepertinya ada peperangan yang sangat hebat di batin nya, antara kata hati dan akal nya. Antara perasaan dan logika nya.

           Konplik batin inilah yang memicu sikap antara menerima atau menolak. Aku tak tau, apa penyebab nya? Dan karena itulah posisiku menjadi  tanpa kepastian. 

Terakhir sempat keluar kalimat dari bibir nya, :

”Biase-biase jak,!”

Dadaku seperti dihantam godam besar,"Dug!" 

Lalu terasa sesak, dan hampir membuatku jatuh pingsan saat itu.

 Habislah sudah!.

             Harapan yang terlanjur ku gantungkan di hati nya, tak mendapat tempat. Hati ku telah melakukan kesalahan ketika memilih dan menyerahkan dirinya. Ia memilih tempat yang salah, hati yang salah, situasi yang salah, kondisi yang salah. 





Benarkah ?


Ya! Aku telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.

         Hari itu, rasanya bukan saja aku telah kehilangan cinta, bukan hanya kepedihan hati, tapi rasa nya jiwa ku ikut mati. Terbunuh bersama tiga kata yang diucapkan nya. 

            Hancurlah harapan dan cinta ku. Ternyata apa yang kutakutkan selama ini, memang benar ada nya.  Dia tak punya rasa , seperti yang aku rasa. Dia tak pernah simpati, apalagi mencintai. 

 Tapi apakah itu memang dari lubuk hati nya terdalam?



"Rasa ini membunuh ku"

Cintaku,

Mengapa kau angkat muka mu

Waktu kita berpapasan

Dan bersikap, seolah tak pernah mengenal ku

Keangkuhan kah itu?

Tahukah kamu, luka ini kembali menganga

Perihnya merobek  jiwa, menghambat langkah,

Melumpuhkan raga!


Gambar Ilustrasi


            “Kadang aku membaca isyarat, samar samar, bahwa sebetul nya, ia pun ada rasa, sama seperti yang kurasa. Tapi mengapa ia menyimpan, dan menyembunyikannya?,  bahkan untuk sekedar dapat kuketahui dengan pasti? 

Sorot mata nya menyimpan kerinduan

Wajah nya  lebih cerah dari biasanya

Suara nya  terdengar lebih manja dan mendesah, jika ia bicara dengan teman nya di sebelah ku

Dia juga tak mampu mengangkat muka jika melintas dihadapan ku, apakah karena rasa malu? Kata orang, malu adalah salah satu perhiasan wanita yang tengah jatuh cinta 

Benarkah?  

Akh, seandai nya?  



Ketika kami belajar bersama di belakang istana, 

          Sempat kulihat keceriaan yang terpancar dari mata nya. Binar nya menusuk jauh sampai  kerelung jiwa. Yang membuat aku tak dapat tertidur lelap malam nya. Alangkah indah nya jika aku mendapat tempat dihati nya? 

               Bahasa nya mendesah manja, dengan senyum yang menggoda, tiap kali ketika Ia bertanya soal dan jawaban  yang tengah kami bahas.  Sesekali Ia tertawa renyah dan lepas, meng ekpresikan kebahagiaan hati nya, apakah karena aku ada disamping nya? 

Karena kami berdekatan?  

         Tanpa dapat menahan diri, kadang kusentuh kaki nya di bawah meja, sambil melihat reaksi di mata nya. Ternyata Ia hanya  tersenyum dan tersipu, sambil menundukan kepala. 

Apakah Ia juga mencintai ku? 

Entahlah, ! 

             Saat itu, yang kurasakan adalah kebimbangan dan kegalauan karena tak mendapatkan jawaban. Apalah daya, aku masih remaja, tak pernah mengerti, bahwa wanita, memiliki kemampuan bersandiwara atas perasaan nya,   bahwa wanita, mampu berkata tidak, meskipun hati nya berkata “Ya’. 

             Apalah daya, Aku hanyalah anak manusia, yang sedang jatuh cinta, tanpa tau kesudahan dan akhir nya. Aku hanyalah Anak Adam,   yang mencintai Putri Hawa, seperti asal nya!,”


Gambar  Ilustrasi


Waktu yang paling menakutkan bagi ku, akhirnya tiba juga

Akhir tahun pelajaran sudah dekat. 

          Ujian akhir sudah dilaksanakan, kami hanya tinggal menunggu pengumunan. Untuk kemudian menentukan langkah ke jenjang berikutnya. Itu artinya, kami akan berpisah. Seperti Galih dan Ratna, dalam film Gita Cinta dari SMA. Perpisahan adalah hal yang paling mereka takutkan,  Tapi  apakah itu mungkin di hindari??



"Tetes - Tetes Cinta"

Cinta seperti hujan,

Tiada yang tahu kejatuhan nya

 tanpa asal muasal;  

Tiada yang melupa dimana sang hujan tercurah;

 Ia yang hanya jatuh berlinangan terbasahi penuh sesal;

 Ia yang menanti ketiadaan hari-hari yang cerah;

Terberkatilah wahai pepohonan yang berdesah;

Terberkati jualah hati yang menanggung gelisah;

 Meneteslah wahai keakuan butir-butir awan;

Terlepaslah apa yang seharusnya terlepaskan;

Apakah mungkin ini semilir kerinduan;

Yang terbungkus erat-erat oleh kebolehjadian?

Ataukah ini hanya segumpal perasaan;

 Yang mengkal diantara kebahagiaan dan kesedihan?

Yang masih belum berjatuhan;

Biarlah ia tetap pada semestinya;

Yang masih belum tercurahkan;

 Biarlah kelak ia tetap menjadi rahasia;

Wahai  belahan jiwa ku 

dengarlah irama hujan itu;

di setiap rintik nya

 kusebut nama mu





Sedang apa Dia saat ini?