Rabu, 27 April 2016

Bab.VIII.hal.34 # Kutemukan" Khadijah", di Pulau Jawa,

##,  Persiapan Menikah

Singkat  kata, segalanya berjalan begitu cepat, dan lancar tanpa hambatan.




Khadijah Sang Pembela - 
Cash Projeck  Channel


        Aku segera mengatur segala persiapan untuk menikah dengan dukungan dan bantuan teman-teman dan sahabatku di Malang. Pada hari yang ditentukan, aku masih ingat, saat itu bertepatan bulan Ramadhan,  sekitar tahun Sembilan belas Sembilan puluh enam, rombongan kecil bersamaku berangkat dari Malang, untuk melakukan prosesi lamaran atau “Fatehah,” menurut adat setempat.


        Sebelumnya  aku sudah sampaikan, bahwa aku minta dinikahkan, dengan tujuan agar nanti ketika aku menemuinya, kami tidak melanggar syar’ie, melanggar syariat, berpacaran sebelum menikah, sementara menunggu hari besar perayaan nantinya.


       Ketika rombongan kami tiba, keluarga calon istriku ternyata mengundang beberapa kerabat mereka dalam acara fatehah tersebut. Diantara undangan ada beberapa kerabat dan orang dekatnya.




Bidadari Surga - Utje



        Upacara digelar dengan cukup khidmat. Prosesi lamaran berjalan singkat dan aku dinikahkan oleh salah satu Ustadz, saat itu juga. Dengan demikian, sejak hari itu, aku sudah resmi menikah. Aku sudah menjadi seorang suami. Aku  sudah lepas dari salah satu jerat syaitan. 


Alhamdulillah ya Allah,!


        Sebelum kembali ke Malang bersama rombongan, aku minta izin untuk menemui istri ku, yang menunggu di kamar nya. Dengan diantar oleh salah satu kerabat nya, kuhampiri wanita yang baru saja kunikahi,  yang baru saja melepas hati dan jiwa nya untuk berbagi dengan ku sebagai suami nya.


       Istri ku terlihat cantik sekali. Dengan balutan baju  brokat biru muda dan kain batik  kecoklatan bersanggul dirambut nya. Dia menyambut ku sambil berdiri, dan mencium tangan yang kusodorkan pada nya. 



Reflek, kurengkuh pundak nya
 dan kucium kening nya,...


       Reflek kurengkuh pundak nya, dan kucium kening nya. Keluarga nya yang tadi mengantar ku tersenyum melihat kemesraan kami yang masih canggung dan malu- malu. 


   Kami diberikan kesempatan sejenak untuk sekedar berbincang ringan,  sebelum teman –teman dan sahabat ku  yang menunggu diluar kemudian terdengar memanggil ku  dengan sapaan dan candaan mengajak pulang ke Malang.


Waktu terasa berjalan lambat, ....


      Aku menunggu hari perayaan pernikahan kami dengan penuh semangat. Dalam masa penantian itu, aku sesekali menelfon istri ku.  Kami berbincang tentang persiapan resepsi yang  tengah dirancang oleh keluarganya. 


      Katanya sekitar seribu undangan telah disebar. Persiapan sedang dimatangkan. Rencana tengah dirampungkan. Kami saling berharap, agar segalanya berjalan lancar, tanpa hambatan.


         Perlahan, rasa cintaku mulai bersemi kepada wanita ini. Dia adalah istriku. Dia adalah pendampingku. Dia akan menemani hari –hari hidupku. Dan dialah yang nantinya akan melahirkan anak-anakku.



        Di waktu sengggang, diantara kesibukan ku bekerja dan belajar di Malang, aku kadang menyempatkan diri mengunjungi istri ku. Biasa nya malam minggu. Kami bercengkrama dan mengobrol dirumah nya. Yang dihuninya bersama nenek yang telah membesarkan dan memelihara nya sejak bayi,  seperti putri  sendiri.


      Istri ku merupakan anak tunggal dari ayah nya yang ,- setelah kelahiran nya, kemudian berpisah dengan  ibu kandung nya, lalu beliau menikah lagi di Jawa Barat,- sejak saat itu, istri ku diasuh dan di besarkan oleh nenek nya, sampai saat ketika menikah dengan ku.


       Istri ku termasuk wanita sederhana, meskipun nenek nya dan keluarga mereka merupakan keluarga  yang cukup dihormati ditempat itu, dengan kondisi ekonomi cukup ber ada, tapi  tidak terkesan kesombongan diwajah nya.  Ia tampil sederhana, berpakaian sederhana, berbicara sederhana, dan tak terlintas merasa lebih tinggi atau lebih mulia dari ku.



Aku bersyukur Tuhan memilihkan Dia buat Ku, ......

        Dia memang wanita yang baik. Aku bersyukur, Tuhan memilihkan jodoh buat ku dan dipertemukan dengan nya.


      Aku mulai mengenal karakter dan kepribadian nya.  watak nya sedikit keras,  tapi tegas.  Ia cukup memahami dan mengerti agama, cukup taat beribadah, hormat pada orang tua, menghargai sesama, dan  tidak suka ghibah. 


Sikap nya apa ada nya, tidak suka berpura-pura, serta teguh memegang rahasia. Ia menerima ku dengan segala kelebihan dan kekurangan. 


         Satu hal, ia tak pernah bertanya tentang masa lalu. Bagi nya, masa lalu adalah hal yang telah lewat, siapapun aku, apapun aku, sekarang, aku  adalah suami nya.! 


Dengan tegas dia katakan,:" Bahwa  dia akan membela suami nya, kehormatan nya, rumah tangga nya, dengan segenap kemampuan yang sanggup di lakukan nya.!"


        Bagiku Dia adalah - "Khadijah,"- ku di tanah Jawa ini. tempat dimana aku tak punya siapa - siapa, kerabat atau saudara. 



Gambar - Ilustrasi



Alhamdulillah, 


Subhanallah!