Kamis, 28 April 2016

Bab.XII.hal.53 # Terbang ke Ponti

##Kusujudkan Cintaku di Mesjid ”Sultan Abdurrahman”




Nelangsa - Nidji 


Pertengahan tahun dua ribu sebelas,.......

       Hari baru pukul tujuh pagi, ketika aku bangun dan begegas mandi.Setelah Sholat subuh tadi, aku memang tidur lagi. Hari ini, aku akan terbang ke Ponty. 

        Menjenguk ibuku, dan memohon doa dari beliau. Tadi malam, koper ku sudah kusiapkan.  Dari apartmen, aku mencegat taksi, minta di antarkan ke stasiun Gambir. Disitu ada Bis Damri jurusan Bandara Soekarno – Hatta.




Pesawat ku jadwal nya jam sepuluh pagi.  

Jakarta- Pontianak.  


          Sekitar jam Sembilan, aku sudah sampai di Bandara Soekarno- Hatta. Setelah Chek In, sekarang aku sudah duduk di ruang tunggu dalam. Panggilan Boarding terdengar dari pengeras suara, kami semua segera naik ke pesawat Lion Air, yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan. Tak terasa, satu jam lebih perjalanan,

    Terdengar suara dari pramugari memberi kan pengumuman,:

“Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan segera mendarat di Bandara Supadio Pontianak, Ibu Kota Kalimantan Barat, Waktu sekarang menunjukan pukul  sebelas lewat tiga puluh menit, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Pontianak. 

        Silahkan anda tetap di tempat duduk, mengenakan sabuk pengaman, melipat meja, menegakkan sandaran kursi, sampai nanti pesawat ini berhenti dengan sempurna di tempat nya. Handphone dan  perangkat elektronik lain nya, harus tetap di matikan,  sampai anda berada di ruang  tunggu Bandara, trima kasih telah terbang bersama kami, Lion Air, dan sampai bertemu lagi dalam penerbangan kami berikut nya,” Suara Pramugari terdengar lembut bersahabat, mengantarkan pesawat ku mendarat.






Tunggulah  Aku di persimpangan hati Mu


Dada ku berdebar hebat,...... 

        Dari udara, terlihat kota ku yang sudah banyak berubah. Deretan bangunan terlihat merata dimana-mana. Tak pernah terbayang, dulu nya,  aku bisa terbang. Aku yang hanya anak orang biasa untuk beli tiket pesawat adalah termasuk barang mewah bagi kami yang hidup sederhana, bahkan untuk sekolah pun harus membiayai diri nya,  sekarang datang naik pesawat terbang. Subhanallah!

          Pintu  pesawat  terbuka, para penumpang turun dengan tertib satu persatu, menelusuri tangga. Aku turun dan menunggu koper ku di tempat bagasi. Sekitar sepuluh menit, koper ku sudah ditangan,  aku keluar dari ruang kedatangan Bandara Supadio Pontianak. Segera kucari taksi, dan minta diantarkan ke rumah adik ku di daerah Pontianak Utara.

Sepanjang perjalanan, mata ku tak lepas menyapu tiap sudut kota, yang sudah banyak berubah, dan tak ku kenali lagi. Bangunan baru di mana- mana.



Kota Pontianak dari Udara


Kemaren,

             Aku sudah menelfon adik ku, agar menjemput ibu ku,  (Mak), dan menunggu ku di rumah nya. 

Sekitar satu jam perjalanan, aku tiba di tempat tujuan.

         Ibu ku menyambut ku di depan pintu. Segera kucium tangan dan kening beliau, lalu ku peluk dengan erat, pundak nya. Adik bungsu ku, terlihat berkaca-kaca mata nya .Dia segera mendekati ku, mencium tangan ku, dan ku balas dengan memeluk dan mencium kening nya.




Kompleks Makam 
Kesultanan Batulayang- 
Pena Kepri channel


Kami melepas rindu dengan penuh rasa haru. 

            Ini adalah kedatangan ku yang  ketiga  kali nya. Yang pertama tahun Sembilan puluh Sembilan, yang  kedua sekitar dua ribu dua, dan sekarang tahun dua ribu sebelas, setelah sekitar sembilan tahun kemudian, aku baru datang kembali.

 Beda nya , biasa nya aku naik kapal laut, dan baru sekarang naik pesawat terbang, Alhamdulillah ya Allah, syukur ku tak berhingga Pada Nya.



Jembatan Kapuas Satu - TribunNews channel  


Sudah tiga hari aku di kota ku,.....


       Pontianak maju luar biasa.Hotel, cafĂ©, restoran, sekarang ada di mana-mana. Warung kopi berderet di sepanjang  jalan  Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol, Jalan Penjara, (KH.Wahid Hasyim), Jalan Merdeka.

              Di Jalan Gajahmada, situasi nya sudah mirip Pecinan Surabaya, atau mirip PLuit di Jakarta. Hotel –hotel dimana-mana, Bangunan megah  berjejer rapi dikiri kanan nya. Malam hari, banyak pedagang kaki lima menggunakan tenda, menjajakan dagangan mereka, berupa makanan dan minuman.




"Mungkinkah Terjadi ,"


       Kawasan yang dulu ku kenal sebagai bioskop PT ( Pontianak  Theater), sudah berubah juga. Simpang tiga itu terlihat rapi sekali. Di depan nya, Gereja Katedral berdiri dengan megah.

            Kawasan PSP, lapangan sepak bola, ,- dulu kami biasa jogging di sini, jam lima pagi sampai  jam tujuh,-  juga sudah rapi dan tertib. Di sebelah nya, berderet toko menghadap kejalan berseberangan dengan pasar Sudirman.  Di pojok jalan, ada Matahari Mall.




Shopping Mall Pontianak -
 Feed Back Channel


Kota Pontianak terlihat tertib , bersih, dan rapi sekali.  
Tak kalah dengan kota besar  di Jawa.

             Di persimpangan empat jalan Cemara, jalan Ahmad Yani baru dan lama membentang dua arah.  Ada Pontianak Mall disana, kawasan pertokoan modern mirip CITO ( City Of Tomorrow ) di Surabaya. Jalan ini menghubungkan Bandara Supadio dengan pusat kota.

           Persimpangan Jembatan Kapuas satu juga tak kalah megah nya. Ada hotel Garuda berdiri di sudut nya, sederetan dengan Pasar Flamboyan, - dulu aku biasa ngembun disitu, (Ngembun = begadang), bersama beberapa teman ku, sampai pagi, sambil jualan durian,-  sekarang terlihat rapi.





Kedua Ortu Ku



           Di simpang dekat UNTAN ( Universitas Tanjungpura), ada tugu bambu runcing yang bagus sekali. Tugu Digulis nama nya. Kemaren aku juga melihat, Tugu Khatulistiwa, kawasan Pall empat,- dulu sebutan nya begitu,- berdiri megah di tengah jalan arah ke luar kota, Ke Mempawah. 




Taman Digulis - Evi Bong Channel


Semua sudut dan jengkal tanah sudah terisi. Toko, Ruko, Rumah, bertaburan di mana-mana. Luar biasa. Gumam ku  dalam hati.

             Hari ini aku memang diajak  berkeliling  kota bersama teman ku semasa remaja dulu, yang sudah cukup mapan dan sukses sekarang. Dengan menggunakan mobil Sedan Honda Jazz Silver nya, kami berkeliling kemana saja, semua tempat yang kusebut dan ku ingat di antarkan nya.




Jogging Track  - 
Guidofamula Channel


Kami kemudian parkir di rumah makan  Beringin, memesan menu khas nya, dan makan siang disana.

            Selesai makan kami mengobrol hangat. Sahabat ku ini tak banyak berubah. Dia tetap sahabat ku, seperti yang kukenal sebelum nya. Sambil bercanda, dia sempat bertanya, :



Kota Pontianak, 2019 - Water front area

” Ape gak kabar orang kite tu,?”

Aku sedikit  kaget dan tertawa renyah.

”Tak tau ana, !” 

Jawab ku menyembunyikan wajah yang mungkin sedikit berubah merah, dengan mengeluarkan sapu tangan dari kantong celana, dan mengusap muka.




Hamparan Gertak (  Jembatan Kayu  )
 sekarang di corr semen, 
Sepanjang pinggiran Kapuas

Sampai jam dua siang, kami berpisah..... 

           Aku minta di turunkan di Pasar Sudirman, dan mencari warung kopi, menelfon sahabat ku satu nya, lalu nongkrong disana, sambil menunggu kedatangannya.

 Hari ini aku sangat bahagia, dan puas menikmati kota ku yang penuh dengan kenangan dan kerinduan.




Pontianak dari Udara - Raja Drone ID Channel
Baca Juga :
https://duababterakhir.blogspot.com/2019/10/3.html